Jatuh cinta sejak masih remaja. Sayangnya, pria yang ia cintai malah tidak membalas perasaannya hingga menikah dengan wanita lain. Namun takdir, memang sangat suka mempermainkan hati. Saat sang pria sudah menduda, dia dipersatukan kembali dengan pria tersebut. Sayang, takdir masih belum memihak. Ia menikah, namun tetap tidak dianggap ada oleh pria yang ia cintai. Hingga akhirnya, rasa lelah itu datang. Ditambah, sebuah fitnah menghampiri. Dia pada akhirnya memilih menyerah, lalu menutup hati rapat-rapat. Membunuh rasa cinta yang ada dalam hatinya dengan sedemikian rupa.
Lalu, apa yang akan terjadi setelah dia menutup hati? Takdir memang tidak bisa ditebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Part 21
Iky malah tidak peduli dengan kakak nya. Senyum kecil dia layangkan sambil dirinya keluar dari ruang pribadinya itu.
Si kakak yang kesal tidak bisa berbuat apa-apa. Adiknya memang sulit untuk dia kendalikan. Mendadak, hatinya merasa kesal dan menyesal atas apa yang sudah pernah bibirnya ucap beberapa waktu yang lalu.
Puk. Tangan Karya memukul pelan bibirnya sendiri. "Aduh bibir, kenapa sih waktu itu aku malah bilang padanya minta dia bersikap sedikit normal pada lawan jenis? Sekarang, aku malah merasa sangat cemas akibat perubahannya itu. Bagaimana kalau dia salah pilih?"
"Aduh ... aku yang salah kalau gini ceritanya."
....
"Kak Saga."
"Astaga!" Saga terkejut bukan kepalang akan kemunculan Marsel ketika dia membuka pintu rumahnya pagi ini.
"Ngapain kamu ke rumah ku pagi-pagi begini, Marsel?"
"Ya Tuhan ... apakah pikiran adik sepupu ini semakin tidak sehat saja sekarang?"
Yang dikatain malah tersenyum manis.
"Apaan sih? Aku itu mampir setelah sekian lama mencari waktu yang tepat untuk datang ke rumah mu, kak."
Marsel malah menerobos masuk ke dalam rumah meski tidak di suruh oleh Saga. Dia berjalan pelan melewati Saga. Lalu, duduk di sofa ruang tamu tanpa rasa bersalah.
"Ini semua karena papa, Kak. Masa dia dengan kejamnya memberikan aku banyak kerjaan. Aku yang baru pulang dari luar negeri dia suruh bekerja tanpa henti. Tidak sedikitpun dia izinkan aku keluyuran. Padahal aku sedang ingin menikmati hari dengan damai setelah selian lama terpuruk di luar negeri sana."
Saga tidak tahu harus bicara apa untuk menjawab apa yang adik sepupunya katakan. Ditambah lagi saat ini, Lusi ada di kamarnya. Pikiran Saga malah sedang terfokus pada istrinya itu saat ini.
Kemunculan Marsel langsung mengingatkan Saga akan ucapan Marsel yang mengatakan kalau dia suka Lusi. Dia bahkan sedang ingin tahu banyak hal tentang wanita yang dia taksir selama ini.
'Ya Tuhan. Bagaimana kalau Marsel melihat Lusi? Dia akan--'
'Tidak. Marsel belum boleh tahu kalau aku sudah menikah dengan Lusi. Aku tidak siap untuk mempertemukan mereka sekarang,' kata Saga dalan hatinya lagi.
Sementara itu, Marsel yang sibuk ngerocos bak emak-emak yang sedang ngomel itu langsung bangun dari duduknya. Dia beranjak mendekat ke arah Saga, lalu berdiri di samping Saga.
"Kak Saga tahu? Terkadang aku berpikir kalau aku ini bukan anak mama papa. Kenapa mereka tega padaku, padahal-- "
"Itu karena mereka sayang kamu." Saga berucap cepat memotong perkataan Marsel.
Tak hanya itu saja, dia juga memutar tubuh Marsel supaya tidak menghadap ke arah tangga penghubung lantai dua. Sebab, dia tidak ingin Marsel melihat Lusi kalau-kalau Lusi tiba-tiba membuka pintu kamar tersebut.
"Sel, sebaiknya kamu pergi sekarang. Nanti aku temui deh kamu ke kantor yah. Nanti kita ngobrol lagi."
Marsel langsung memberikan tatapan tajam penuh curiga pada kakak sepupunya ini. Maklum, sikap Saga kali ini sedikit aneh bagi Marsel.
"Kak Saga tidak sedang menyembunyikan sesuatu kan dari aku?"
"Hah? Apaan maksud kamu?"
"Pergi sekarang. Karena aku juga akan pergi. Ada banyak masalah yang harus aku selesaikan. Jangan tangguh pekerjaanku, Sel."
"Hei! Aku-- "
'Ah! Tidak ada waktu lagi. Lusi mungkin akan keluar sekarang,' kata hati Saga.
Gegas Saga mendorong Marsel menuju pintu utama. Setelahnya, dia tutup pintu tersebut supaya apa yang ada di dalam rumah tidak terlihat oleh Marsel.
"Kak Saga. Apa-apaan ini? Kenapa kamu malah main dorong aja sih?"
"Aku lagi buru-buru, kamu harus bantu aku. Antarkan aku ke rumah sakit sekarang juga, Sel."
"Hah? Kenapa aku harus antar kan kamu, kak? Kamu kan punya mobil."
"Mobil ... mobil ku rusak. Anu, jadi sekarang. Tolong bergegaslah."
"Hei, tapi-- "
"Tidak ada tapi-tapinya. Karena kami sudah datang, jadi kamu harus bantu aku."
Saga terus mendorong Marsel. Namun, saat mereka akan beranjak, mata Marsel melihat ke arah garasi. Di sana ada dua mobil yang sedang terparkir.
"Kamu punya dua mobil, kak. Gak mungkin kalau dua-duanya rusak."
"Eh, tunggu. Mobil itu .... "
Ingatan Marsel langsung di bawa berkelana hanya karena melihat mobil hitam pekat milik Lusi. Seketika, dia teringat dengan sangat jelas kalau pujaan hatinya waktu itu keluar dari halaman rumah Saga dengan menggunakan mobil tersebut.
"Mobil itu bukannya mobil .... "
"Mobil siapa?"
"Mobil yang pujaan hatiku kendarai waktu itu, kak. Dan dia-- "
"Sudah pasti kamu salah orang, Sel. Mobil itu adalah mobil adik temanku. Dia kemarin ke sini untuk ambil dokumen. Mm ... sekarang, dia sedang berlibur. Dia titipkan mobilnya ke rumah ku."
Marsel langsung menoleh ke arah Saga. Sungguh, ada bermacam-macam perasaan dalam hati Marsel saat ini. Terutama rasa bingung dan tak percaya, juga sedikit rasa kecewa.
"Apa benar aku salah orang?"
"Tentu saja iya. Lagian, kamu itu sudah lama di luar negeri. Pulang-pulang malah langsung lihat orang yang salah. Heh ... dasar anak muda."
Lega Saga bukan kepalang. Tapi, itu hanya sesaat saja. Hatinya masih merasa cemas ketika ingat akan keberadaan Lusi yang mungkin akan segera keluar dari rumah.
"Ayolah, Sel! Antar kan aku ke rumah sakit. Aku punya pekerjaan mendadak sekarang."
Kali ini, Marsel tidak lagi membantah. Dia pun langsung beranjak beriringan dengan Saga menuju ke arah mobilnya yang sedang terparkir di samping jalan.
Takdir memang tidak akan bisa di lawan. Ketika mereka sudah duduk di dalam mobil, Lusi malah langsung keluar dari rumah. Tepat di saat Lusi membuka pintu rumah, Marsel melihat ke arah rumah tersebut. Mata Marsel langsung membulat. Berulang kali dia yakinkan diri kalau apa yang dia lihat kali ini bukanlah orang yang salah.
"Dia .... "
Saga ikut melihat ke arah yangMarsel lihat. Deg. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat karena apa yang dia lihat saat ini adalah hal yang sangat ingin dia sembunyikan.
"Kak Saga. Dia pujaan hatiku. Aku tidak salah lihat kali ini."
"Sel, it-- "
Marsel tidak lagi memberikan kesempatan untuk Saga menjelaskan. Tapi saat dia ingin turun, Lusi malah sudah menjalankan mobilnya. Kesempatan untuk menyapa sang pujaan hati malah terlewatkan karena halangan Saga untuk yang kesekian kalinya.
"Kak Saga! Apa yang kamu lakukan?"
"Tidak! Aku tidak akan membiarkan kamu mengejarnya, Sel."
"Kenapa? Lepaskan tanganku sekarang juga!"
"Karena ... karena dia sudah pergi."
"Semua gara-gara kamu, kak Saga. Jika kamu tidak berulah, aku sudah pasti bisa menyapanya."
Dengan tatapan sangat kesal, Marsel menoleh ke arah Saga. "Sekarang katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi? Jangan bohongi aku lagi. Aku ingin tahu semua kenyataan yang sedang kamu tutup-tutupi dari aku, kak Saga."
Tapi thank's ya thor buat tulisannya. tetep semangat menulis
. q tunggu cerita br nya🥰
sebenernya masih kurang sih... he he..
tpi kalau emang kk author lelah, y udh berhenti aja jngn dipaksakan...🥰🥰🥰
ditunggu karya barunya..🥰😍
pdahal blm puas... he he... effort saga buat deketin lusi masoh kurang...😢
dan satu... kmu menghukum saga aja bsa knp kmu gak bsa mnghukung org yg telah mmfitnah menantu mu itu... ayooookkk begerak cepat papa... jgn mw kalah ma cewek2 ular itu