Kisah Manis Seorang Penulis

Mama Kayra berjalan mendorong troli belanjaan sembari memilih-milih barang yang ia butuhkan. Di belakangnya, Paul tampak terus mengikuti sang Mama sembari ikut mengambil snack ciki yang ia inginkan. Namun, saat sedang asik memilih jajanan, Paul menghentikan langkahnya saat melihat sang Mama yang sudah berdiri dengan berkacak pinggang di depannya.

"Tadi syarat dari Mama apa kalau mau ikut belanja?"

Paul merengut mendengar ucapan Mamanya. "Pelit sekali Mama ini. 'Kan adek juga mau jajan."

"Iya, Mama tidak melarang adek jajan, tapi jangan banyak-banyak, Sayang. Memang kau mau nanti dimarahi abangmu karena jajan sebanyak ini?"

"His, abang itu pelit sekali. Mau tukar tambah abang 'lah." ucap Paul merengut.

Mama Kayra hanya geleng-geleng kepala mendengar penuturan putra bungsunya. Akhirnya, mau tak mau Mama Kayra mengmbil snack yang sudah terlanjur Paul pilih dan memasukkannya ke keranjang belanjaan.

"Sudah ya pilih-pilihnya, snack-mu ini sudah banyak sekali. Bahkan lebih banyak dari belanjaan Mama."

Mama Kayra kembali mendorong trolinya menyusuri setiap lorong supermarket untuk mencari beberapa sayuran dan perbumbuan yang sudah hampir habis. Di belakangnya, Paul terlihat mengikuti langkah sang Mama dengan wajah datar sangking kesalnya. Bagaimana tidak kesal, jika keinginannya untuk jajan ciki justru dihentikan oleh Mamanya. Padahal, ada banyak jenis ciki terbaru yang membuat Paul penasaran dengan rasanya.

Karena merasa tak terima, Paul kembali mendekati rak ciki dan mengambil beberapa snack yang ia inginkan. Namun, baru saja tangannya mengambil snack tersebut, tatapan Mama Kayra sudah membuatnya berhenti dan kembali meletakkan snack pada tempatnya, dan kejadian itu 'pun berlangsung terus menerus hingga membuat Paul benar-benar kesal dibuatnya.

"Sayang, adek tunggu di sini sebentar, oke. Mama mau mencari daun seledri di bagian sana. Ingat, jangan kemana-mana."

Paul mengangguk patuh meski dengan kekesalan yang masih tampak ketara. Ia berdiri di tempat semula sambil menunggu sang Mama yang terlihat memilih sayur-sayuran di ujung sana. Namun, karena Mama Kayra tak kunjung selesai, akhirnya Paul ikut mendekat ke arah Mama Kayra.

"Mama, adek capek." keluh Paul.

"Sebentar, Mama ambil paprika dulu."

Paul memperhatikan kegiatan Mamanya yang sedang asik dengan segala jenis bahan dapur itu. Disaat yang sama, mata Paul tertuju pada tumpukan buah yang berjejer tepat di samping sayur-sayuran, dengan segera Paul mendekat dan melihat-lihat buah yang ada. Paul memperhatikan sekitar sejenak, setelahnya ia 'pun dengan berani mengambil satu buah anggur dan langsung memakannya begitu saja.

"Adek!" Entah kapan Mama Kayra berada di dekatnya, tapi yang pasti Mama Kayra melotot tajam saat melihat tingkah putranya itu.

"Adek lapar, Ma."

Huh! Meski kesal, Mama Kayra akhirnya mengambil bongkahan anggur tersebut untuk dibayar. Ya, sudah terlanjur diambil, jadi tidak ada pilihan lain selain membayarnya.

"Pokoknya, lain kali tidak usah ikut Mama belanja. Kau itu belanja jajanan banyak sekali. Nanti dibilang Abangmu gendut kau tidak terima."

"Kakak cantik," pekik Paul.

"Heh! Dinasehatin sama Mama malah sempat-sempatnya lihat Kakak cantik," omel Mama Kayra tak habis pikir.

"Itu Ma, Kakak cantik." tunjuk Paul.

Mama Kayra mengikuti arah tunjuk putranya, dan seketika itu ia langsung tersenyum cerah saat melihat Sefty berada di deretan rak ciki. Mama Kayra langsung menggandeng tangan Paul dan mendekat pada Sefty.

"Hai, Sayang. Membeli apa?" tanya Mama Kayra.

"Eh? Apa kabar, Tante?" sapa Sefty canggung.

"Tante baik, bagaimana denganmu?"

"Aku juga baik, Tan."

"Syukurlah."

"Oh iya, ke sini dengan siapa?" tanya Mama Kayra.

"Bersama Mama, eh?" Sefty terkesiap saat tidak melihat Mamanya di belakangnya. "Tadi bersama Mama, Tan. Mungkin, Mama sedang ke toilet."

Mama Kayra mengangguk paham. Tampaknya, Mama Diana sengaja mengajak Sefty berbelanja ke supermarket setelah tadi Mama Kayra mengabari bahwa dirinya akan belanja. Ya, duo Mama itu memang sedang asik-asiknya bertukar kabar demi kesuksesan misi mereka untuk mendekatkan Rahm dan Sefty. Dan Mama Kayra akan memanfaatkan waktu ini dengan baik untuk mengenal Sefty lebih dekat lagi, dan menceritakan hal-hal baik tentang putranya kepada Sefty agar Sefty tertarik.