"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 6. Gosip Sekolah
Beberapa hari setelah nya.. Jingga dan Gani sampai di sekolah. Ada yang melihat Gani selalu turun dengan Jingga sejak Gani masuk sekolah di sekolah itu, mereka pun mulai menggosip bahwa Gani adalah pacar Jingga.
Apalagi Gani seolah sangat melindungi Jingga dalam hal apapun dan selalu berada di dekat Jingga kemanapun Jingga pergi.
Jingga sama sekali tidak terganggu dengan gosip itu, toh dia dan gani adalah sahabat pikirnya. Menurut Jingga itu lebih baik agar tidak ada siswa yang mengganggunya, gosip itu cukup menguntungkan karena kini dia tak di incar anak laki - laki di sekolah.
"Jingga, kamu udah denger gosip yang tersebar tentang kamu sama aku?" Tanya Gani, dia khawatir.
"Mereka semua tukang gosip, tiap hari pasti ada yang baru." Gumam Jingga sambil berjalan menuju ke kelas.
"Jingga, tapi aku bukan pacar kamu, aku..."
"Kenapa kalo aku bukan pacar kamu?" Potong jingga dan menatap Gani, Gani sedikit gugup di tatap Jingga, ia langsung menurunkan pandangan nya.
Jingga sedikit bingung dengan Gani yang semakin hari semakin aneh menurut nya, Gani tak lagi menatap nya seperti dulu, sekarang Gani lebih sering menurunkan pandangan nya dan tidak menatap Jingga.
"Gani, kamu sakit?" Tanya Jingga.
"Ah! E- enggak, aku nggak apa - apa." Sahut Gani, gugup.
"Akhir - akhir ini kamu aneh, apa ada yang nindas kamu di sekolah!?" Tanya Jingga khawatir.
"Nggak ada." Sahut Gani.
Jingga mengangkat wajah Gani agar menatap nya dan Gani terkejut dengan tindakan Jingga sampai wajah nya memerah.
"Demam ya, kamu!? Muka nya merah banget, ayo ke UKS." Jingga langsung menarik Gani pergi.
"Eh! Jingga aku nggak sakit." Ujar Gani, tapi Jingga kukuh menarik Gani ke UKS, sampai di tengah jalan dia bertemu dengan Elang.
Elang melihat Jingga yang menggandeng tangan Gani, Elang pun menatap Gani dengan tatapan dingin nya.
"Elang, tolongin Gani, dia sakit." Ujar Jingga, Jingga sudah panik duluan.
Sejak hari dimana Jingga berkata akan membantu Elang, Elang pun kini lebih dekat dengan Jingga. Tapi hanya dengan Jingga saja, bukan dengan Gani. Jingga sudah menceritakan masalah yang di alami Elang pada ustad Sholeh dan kini Elang sudah merasa sedikit membaik.
"Yah, Dokter nya mana?? (Sambil celingukan) Elang, tungguin Gani bentar ya, aku cari dokter." Ujar Jingga dan berlari pergi.
"Jingga, aku nggak sakit!" Teriak Gani hendak mengejar Jingga tapi bahu nya di tahan Elang.
Elang menatap datar pada Gani dan Gani pun menatap Elang dengan tatapan heran, dan Gani terkejut karena Elang meremas bahunya, ia pun menatap Elang kembali dan bertanya.
"Kenapa lu?" Tanya Gani karena Elang menekan bahunya.
"Lu suka sama Jingga?" Tanya Elang spontan, seketika Gani menelan ludah nya mendengar itu.
"Gue sama dia sahabatan sejak kecil, nggak ada alasan gue nggak suka Jingga." Sahut Gani, tapi Elang hanya tersenyum miring mendengar nya.
"Gue yakin lu nggak bodoh, lu tau kemana arah pembicaraan gue. Yakin rasa suka lu ke Jingga cuma sebates sahabat?" Ujar Elang, dengan tatapan semakin dingin.
Gani terdiam.. Dia tidak bisa menjawab, melihat itu Elang tersenyum miring lalu berbisik di dekat telinga Gani.
"Lu seneng kan, di jadiin bahan gosip di sekolah? Lu nggak sadar status lu apa? Minimal sadar diri, Jingga sangat menghargai lu sebagai sahabat, jangan ngotorin kepercayaan dia." Ujar Elang, lalu pergi meninggalkan Gani sendiri di ruang UKS.
Gani termenung mendengar ucapan Elang, sejujur nya dia pun tidak suka menjadi bahan gosip sekolah, lebih lagi dia sadar status nya hanya penjaga Jingga sekaligus sahabat nya.
Gani sangat tahu dimana dia harus menempatkan dirinya, dia sadar dirinya memiliki perasaan lain pada Jingga, tapi dia tetap sebisa mungkin menyembunyikan nya dan terus berusaha menjadi sahabat yang baik untuk Jingga.. Tidak di sangka Elang menyadari itu.
Di luar UKS, Elang berpapasan dengan Jingga yang membawa dokter dengan tergesa - gesa, Elang menahan tangan Jingga di tempat sementara dokter nya masuk ke UKS.
"Gani masih di dalem kan?" Tanya Jingga, dan Elang mengangguk dengan senyum nya.
"Dia cuma demam, udah gue kasih paracetamol, ntar juga baikan." Ujar Elang berbohong.
"Oh, Alhamdulillah.." Jingga lega.
"Ayo." Elang malah tiba - tiba narik Jingga pergi dari depan UKS.
"E- eh! Gani nya belum kelar." Ujar Jingga.
"Dia udah gede, nggak perlu di jagain terus." Sahut Elang sambil menggandeng tangan Jingga pergi.
Gani melihat itu di ambang pintu, dia tidak sakit tentu menolak di periksa oleh dokter. Gani hanya bisa diam melihat Jingga yang pergi dengan Elang, ia pun menghembuskan nafasnya.
Sementara itu, Elang membawa Jingga masuk ke kelas dan semua teman kelas nya kembali berbisik tentang Jingga dan Elang yang terlibat cinta segitiga.
"Jingga, semalem di rumahku banyak ular masuk, gue nggak tau dari mana asal nya tapi tiba - tiba udah banyak di kamar gue." Ujar Elang setelah mereka duduk di meja Jingga.
"Sepertinya Ratu nya sangat marah, Ustad Sholeh bilang dia sudah senggang dan akan sampai nanti malam, aku akan bawa dia dateng ke rumah kamu ntar." Ujar Jingga dan Elang mengangguk.
"Kamu jangan lupa terus tebarin garam kasar yang aku bilang, terus jangan lupa sholat dan ngaji juga." Ujar Jingga.
"Iya.." Sahut Elang halus sambil senyum.
Gani masuk kedalam kelas dan dia melihat keakraban Jingga dengan Elang, dan Elang juga melihat tatapan Gani yang sendu itu. Elang malah dengan sengaja mengusap kepala Jingga seolah gemas, Gani pun mengalihkan pandangan nya.
Tak lama guru masuk, dan saat itu Jingga baru menyadari keberadaan Gani saat sudah duduk di tempat nya masing - masing.
"Gani, kamu udah oke??" Jingga bicara tanpa suara tapi Gani tahu apa yang Jingga tanya dan dia pun mengangguk sambil senyum.
"Aku baik - baik saja." Sahut Gani, dan Jingga memberikan dua jempolnya sambil tersenyum manis.
'Jangan bodoh Gani, Jingga udah bukan Jingga kecil yang dulu. Jingga selalu menganggapmu sahabat baiknya, jangan membuat nya kecewa dengan perasaan konyolmu.' Batin Gani sendiri.
Di tempat lain..
Ustad Sholeh sedang bersiap akan berangkat ke Jakarta di antar oleh murid nya. Istri Ustad Sholeh salim tangan dengan Ustad Sholeh.
"Ati - ati ya, bah." Ujar istrinya.
"Iya, ma. Assalamualaikum." Ujar Ustad Sholeh dan di jawab oleh istrinya.
"Waalaikumsalam.."
Ustad Sholeh pun berangkat menggunakan motor dan di antar ke stasiun. Meski dia pemuka agama tapi hidupnya sangat sederhana, ustad Sholeh tidak suka membeli barang berlebihan, motor pun beliau tidak punya dan hanya punya sepeda.
Saat di perjalanan menuju ke stasiun, murid Ustad Sholeh yang menyetir motor tiba - tiba mengerem mendadak dan terkejut melihat seekor ular besar melintas.
"Astagfirullah, Ular pak Ustad." Ujar murid Ustad Sholeh.
Ustad Sholeh melihat seekor ular piton hitam yang tiba - tiba melintas dan berhenti di tengah jalan, dan posisi jalan nya sepi saat itu. Ular itu seolah menghadang jalan Ustad Sholeh.
Ustad Sholeh membaca doa dalam hatinya lalu ia mencari sebuah kayu, ia mengutik ular itu dengan kayu lalu menyingkirkan nya ke tepi.
"Ati - ati Ustad." Ujar murid Ustad Sholeh.
Ular piton hitam itu tiba - tiba hendak menyerang ustad Sholeh namun tidak kena, Ustad sholeh membaca doa dan meniupkan pada ular itu dan ular itu pergi dengan sendirinya seolah kabur.
'Sepertinya kau sudah ketakutan sampai mengirim patihmu datang, biar aku tunjukan kuasa Allah padamu, siluman ular.' Batin Ustad Sholeh.
"Ayo, lanjut jalan." Ujar Ustad Sholeh, ia kembali naik ke atas motor dan pergi dari sana.
Lalu setelah sekolah selesai, Jingga, Elang dan Gani berjalan beriringan menuju ke Lobby. Mereka baru selesai dari sekolah sekitar jam 5 sore karena mengikuti ekstrakulikuler yang sama, jadilah jam 5 baru selesai.
"Tungguin kabar dariku ya, El? Kalo ada apa - apa, baca doa aja. Kalo sekira nya bener - bener nggak kuat, kamu keluar aja dari rumah." Ujar Jingga.
"Oke." Sahut Elang, lalu ia berbalik menatap Jingga dan Gani yang sejak tadi berwajah murung.
"Gue duluan ya, Ngga." Pamit Elang, tapi ia tak mengajak Gani bicara.
"Sip, ati - ati di jalan." Ujar Jingga dan Elang mengangguk. Ia memberikan kepalan tinjunya pada Jingga, sebagai toss perpisahan lalu pergi.
Jingga menatap Gani yang sejak tadi terus berjalan sambil menunduk, tanpa aba - aba Jingga menyentuh kening Gani sampai Gani tersentak kaget.
"Ni, kamu yakin nggak kenapa - napa? Dari tadi kamu murung banget." Ujar Jingga, Gani pun tersenyum.
"Aku nggak kenapa - napa, efek puyeng mau ujian kayak nya." Ujar Gani sambil terkekeh.
"Ya Allah, jangan di bikin puyeng lah.. Aku jadi ikut kepikiran ini." Jingga menampol bahu Gani dan Gani terkekeh karena nya.
Saat sedang asyik tertawa, tiba - tiba Jingga merasakan energi jahat di sekitar nya. Dan Jingga bisa melihat sesosok perempuan tua beraura merah kehitaman berdiri di ujung lorong lobby, dan itu bukan manusia..
'Kok bisa ada energi sekeras ini?' Batin Jingga.
BERSAMBUNG...
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang
pokok Ny Makasih 😍,
Msh Ada 2 Jones Belum Ada Jodoh Ny tu