Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Rehan Berubah?
HAPPY READING...
***
Sasa dan Karin. kedua gadis itu tengah duduk di bangku taman. Ya.. hanya berdua karena Mika memilih untuk pulang duluan entah apa alasannya. tapi yang jelas Mika pulang dengan sebuah mobil yang biasa terlihat mengantarkan gadis itu pergi kuliah. dan supirnya juga sama, seorang pria muda yang terbilang tampan dan diakui sebagai sepupu oleh Mika sendiri.
entah sepupu yang bagaimana sampai mau mengantar jemput Mika setiap hari tanpa mengeluh. karena biasanya yang melakukan itu adalah kekasihnya. Ya.. Supir gratis yang tidak digaji. hahaha..
"Aku rasa Mika memang menyembunyikan sesuatu dari kita..." Sasa yakin akan hal itu. karena semakin hari Mika justru terlihat aneh saja.
"Benar... aku juga sepemikiran denganmu... tapi apa yang coba ia sembunyikan dari kita?" ucap Karin. ia tak punya keahlian layaknya deketif dalam memecahkan sebuah rahasia.
"Bagaimana kalau kita cari sendiri...?" ucap Sasa yakin. karena ia juga tak tahan untuk bermain tebak-tebakan. Sasa ingin mencari bukti sendiri.
"Kau yakin, Sa?" tanya Karin. ya walaupun seharusnya Karin tau bagaimana sifat sahabatnya yang satu ini. Sasa yang selalu terlihat enerjik dalam segala hal. gadis keras kepala yang tak mau kalah dalam hal apapun. keingintahuannya yang tinggi, membuat Sasa selalu ingin tau banyak hal.
termasuk dengan masalah yang Mika hadapi sekarang. karena perasaan sahabat tak mungkin salah.
"Ayo kita ke rumah Mika..." ajak Sasa penuh semangat.
Ha?
"Ayo Rin.. kita selidiki mulai dari sekarang..." ajak Sasa menggebu-gebu.
bahkan dialah yang terlihat paling semangat.
"Saaa...". Percuma saja, pada akhirnya mereka benar-benar pergi untuk mengunjungi rumah Mika.
Sampai lah keduanya di depan rumah Mika. pagar besi itu masih menjadi penghalang untuk Sasa dan Karin masuk ke dalam sana.
Sama seperti yang dilakukannya tempo hari, Sasa maupun Karin sama-sama mengintip dari celah pagar. "Tidak ada mobil disana..." ucap Karin.
"Benar..." jawab Sasa. dan tangan gadis itu langsung menekan Bell di dinding. berulang kali tapi tak juga ada yang merespon.
"Apa Mika pergi?" gumamnya sendiri. dan melihat suasana rumah itu yang terlihat sepi.
"Atau dia pulang ke rumah orang tuanya?" timpal Karin.
"Biar ku coba lagi..." ucap Sasa tak mau menyerah. gadis itu kembali menekan Bell untuk kesekian kalinya.
tapi hasilnya tetap sama.
"Dia tak ada di rumah..." ucapnya yakin.
dan pada akhirnya dua gadis itu menyerah dan meninggalkan rumah Mika. sedangkan untuk menjadi Detektif, tentu saja gagal begitu saja.
Di lain tempat.
Mika tak langsung pulang setelah Rehan menjemputnya tadi. mobil itu melaju ke suatu Mall yang tak jauh dari tempat tinggalnya.
tapi karena jalanan yang macet, membuat perjalanan yang seharusnya di tempuh dengan waktu yang singkat menjadi sangat lama.
"Kenapa kita kesini?" tanya Mika. dan dia tetap menjadi orang yang tak pernah tau tujuan Rehan membawanya pergi. karena pria di sampingnya itu tak pernah memberitahunya lebih dulu.
Yang Mika tau, mobil itu membawanya ke parkiran Mall.
"Ada sesuatu yang ingin ku beli..." jawab Rehan singkat.
Dasar... selalu saja seperti ini... batin Mika sedikit sebal degan tingkah Rehan yang seenaknya saja.
Dan keduanya turun setelah memarkirkan mobil. berjalan masuk ke tempat itu.
Mika sengaja berjalan mengikuti Rehan. menatap punggung pria itu dadi belakang yang terlihat lebar.
Dia benar-benar mirip Papa Bima... batinnya.
Papa Bima juga memiliki postur tubuh seperti Rehan. tinggi dan juga kekar.
Kekar? hehehe... terlalu berlebihan gak sih? batin Mika.
Ya.. pokoknya postur laki-laki macho dan menawan lah. seperti itulah sosoknya.
Badan tegap terlihat ketika Rehan berjalan. bahkan lebih dari itu, banyak wanita yang sengaja melirik pria itu di tempat ini. entah sekedar kagum atau tepar pesona siapa tau Rehan tertarik pada mereka.
asal mereka tau saja, kalau Rehan sudha beristri. Ya.. walaupun pernikahan bohongan, tapi tetap bisa Mika banggakan bukan?
Bodoh! kenapa aku membanggakannya? batinnya menolak.
"Apa kau perlu ke RS?" tanya Rehan. membuat Mika berhenti melangkah dan menampakkan wajah bingungnya. kenapa? ada apa dengan RS?
"Bergumam seperti orang gila!" cerca Rehan.
Sialan! umpat Mika dalam hati. dan kenapa Rehan tau saja kalau Mika tengah merdebat dengan batinnya sendiri.
sepertinya pria itu cocok menjadi psikolog. karena bisa membaca pikiran orang lain.
Rehan menuju ke sebuah toko kosmetik. dan membuat Mika semakin bingung. kenapa kesana? sisi lain hatinya juga mengejek sosok Rehan yang ia kira ingin membeli skincare.
"Ambil yang kau butuhkan..." ucap Rehan.
Ha? Mika melongo tak percaya. yang ia kira Rehan akan membeli sesuatu, nyatanya pria itu menawarkan sesuatu yang Mika butuhkan.
"Kenapa?" tanya Mika dengan bodohnya.
"Kau tidak membutuhkan sesuatu?" protes Rehan. kesal sendiri karena tanggapan Mika yang entah polos atau bodoh itu.
bodoh dan polos memang beda tipis sih.
"Ya sudah kalau tidak..." ucap Rehan dan hendak memutar tubuhnya keluar dari toko itu.
"Tunggu!" cegah Mika. "Baiklah kalau kau memaksa... memang ada beberapa produk milikku yang habis..." jawab Mika dengan senang hati. dan Rehan benar-benar menunggu gadis itu membeli produk untuk dirinya sendiri.
Hingga beberapa produk telah berada di kasir untuk dibayar.
"Apa itu?" tunjuk Rehan pada sesuatu yang bukan seperti kegunaan untuk para wanita.
"Itu buatmu... kau juga perlu menjaga kulit mu..." jawab Mika. "Tenang saja... aku berbaik hati padamu...".
"Ck...". Rehan berdecak sekaligus tersenyum melihat tingkah Mika. padahal dia juga yang membayar untuk semua keperluan gadis itu tadi. Dasar!
Selesai membeli produk perawatan kulit, Keduanya kembali berjalan. menyusuri setiap toko yang ada di dalam Mall tersebut.
"Apa kau perlu baju?" tanya Rehan.
Pertanyaan Rehan tentu saja membuat Mika semakin waspada.apa ada yang dia rencanakan setelah ini? kenapa tiba-tiba dia berubah baik padaku? apa dia akan membunuhku? batin Mika curiga.
"Kau mencurigai ku apa, ha?" protes Rehan. Lagi-lagi bisa membaca isi pikiran Mika yang buruk tentangnya.
"Ti-tidak..." elak Mika. mana ada ia mengaku.
"Mau beli baju tidak?" ulang Rehan.
"Tidak..." jawab Mika tegas. "Bajuku masih banyak dan masih bagus... aku tidak ingin membeli baju lagi.." ucap Mika.
Jawaban gadis itu terdengar penting bagi Rehan. karena ia kira Mika itu seperti gadis lain pada umumnya yang selalu gila akan barang baru. walaupun sebenarnya tidak begitu penting. padahal latar belakang Mika adalah orang yang berkecukupan, tapi tak membuat gadis itu merasa sombong dan berfoya-foya.
Rehan kembali tersenyum.
Baiklah... aku salah kali ini... batinnya bicara dan kembali berjalan.
Toko kedua yang Rehan kunjungi adalah Toko Perhiasan.
dan disana juga Mika kembali membulatkan matanya. kenapa juga kesana? karena Mika tak memintanya membeli sesuatu disana.
Jangan-jangan dia memang punya rencana jahat padaku? batin Mika buruk lagi.
Seolah tindakan Rehan saat ini benar-benar tak wajar seperti biasanya.
"Aku ingin sebuah kalung yang cocok untuknya..." ucap Rehan pada pelayan toko itu. dan dengan sigap, diperlihatkan lah beberapa model kalung dengan motif dan harga yang berbeda pula.
Diantara banyaknya kalung itu, Rehan terpikat pada sebuah kalung dengan liontin indah berwarna merah jambu. terlihat sederhana tapi sangat cantik.
dan tanpa ragu Rehan membayar kalung itu.
Ehh.. apa dia tidak membelikannya untukku? batin Mika tersadar ketika Rehan tak meminta pertimbangan darinya tentang kalung tadi. pria itu kembali meninggalkan toko dengan seenaknya.
Sialan! umpat Mika. seharusnya ia memang tak usah terlalu berharap pada Rehan.
"Mau makan apa?" tanya Rehan pada akhirnya.
Akhirnya dia ingat kalau aku belum makan sampai jam segini... batin Mika. karena ia kira Ia hanya akan menemani Rehan tanpa diberi makan oleh pria itu. tapi dugaan Mika salah.
"Apa saja..." jawab Mika. karena ia tak pilih-pilih soal makanan. apapun yang ada, Mika mau memakannya.
"Bagaimana kalau makanan jepang?" tanya Rehan memberi pilihan.
"Oke...".
Baru melangkah hendak menuju ke Restoran makanan Jepang, Keudnaya dikejutkan oleh seseorang.
"Rey...".
Membuat Mika dan Rehan sama-sama menegang.
***