"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salim om salim
Awalnya Mentari hanya akan menaruh ponsel yang dia beli di meja kerja Tian, namun karena diberitahu jika Tian akan segera keluar dari kelasnya, Mentari pun memilih menunggu sang Om.
Menunggu sambil menikmati coklat yang memang menumpuk di meja kerja Tian, seperti yang dikatakan pak guru yang dia temui tadi.
Mentari tadi sempat bertanya pada pak guru yang dia temui, apa setiap hari seperti itu, banyak coklat di meja kerja Tian dan jawaban Pak Guru membuat Mentari kaget, karena setiap hari selalu ada coklat di meja kerja Tian dan pak guru juga bilang jika itu pemberian penggemar rahasia Tian.
Jawaban pak Guru itu tantu menjawab pertanyaan Mentari tadi, yang bertanya-tanya apakah sang Om sering membeli coklat tanpa sepengetahuan dirinya.
Namun setelah pertanyaan itu mendapat jawaban, justru pertanyaan lain muncul dibenaknya, jika setiap hari ada saja yang mengirimkan coklat pada sang Om, lantas kemana perginya coklat coklat itu.
Jika dibawa pulang dan dimakan dirumah? bukankah pasti akan ada bungkus coklat di tempat sampah, sedangkan ini, setiap hari Mentari melihat tempat sampah, tidak satupun pernah dia melihat sampah pembungkus coklat batangan itu.
Mentari terus menikmati salah satu coklat milik Tian tanpa izin, sambil berselancar di dunia maya, dan karena hal itu dia tidak sadar jika yang punya meja sudah ada dihadapannya dengan tangan yang di lipat didada.
"HEM" sebuah deheman yang cukup keras dikeluarkan Tia, Karena mentari tidak juga melihat kearahnya.
Mentari tersentak? tentu saja ya, sampai ponselnya pun hampir terlepas dari genggamannya saking kaget.
"Eh Om, maaf, apa sudah dari tadi?" ucap Mentari saat melihat wajah jutek sang Om, Yang pasti marah karena dia sudah duduk di kursi Tian tanpa Izin dan satu lagi sudah memakan coklat Milik Tian tanpa izin juga.
Oh iya Mentari sekarang sudah bisa menatap Tian karena saat menatap Tian, matanya selalu di fokuskan kearah mata Tian.
"Kenapa kamu ada disini?"
"Tenang om, lebih baik Om duduk dulu, tarik nafas dalam-dalam, redam amarah ingat ini di tempat kerja Om, nanti kalau marah-marah Om akan di sebut guru kiler." ucap Mentari dengan senyuman terbaiknya.
Setelah melihat Tian duduk dengan nyaman Mentari berkata "Om, apa boleh coklatnya untuk aku?"
"Jawab dulu pertanyaan Om!!" ucap Tian yang masih belum bisa bicara lembut, dan dia belum menjawab permintaan mentari karena dia ingin tahu terlebih dulu apa tujuan Mentari datang ketempat kerjanya, karena setelah tinggal bersamanya selama berbulan-bulan baru kali ini Mentari datang ketrmpatnya bekerja.
"Galak amat, ini," ucap Mentari sembaru menyodorkan ponsel baru yang baru dia beli.
"Apa ini?" ucap Tian sambil meraih ponsel yang masih terbungus paperbag kecil dan setelah dia melihat isi paperbag itu Tian berkata "ini untuk Om?"
"Ya"
"Tidak usah" ucap Tian sambil mengembalikan paperbag tersebut
"Untuk sementara Om, soalnya ponsel Om akan lama diperbaiki, bukankah ribet jika di jaman sekarang tidak pegang ponsel?"
Tian hanya diam tapi diamnya itu diartikan ya oleh Mentari.
"Nah jadi pakai ini dulu, syukur syukur kalau dipake selamanya, soalnya mas Fatih bilang kalau ponsel Om memang bisa diperbaiki tapi tidak akan kembali seperti semula, karena sudah berumur."
"Oh, lalu apa Om harus mengganti uang kamu?" ucap Tian yang ternyata sudah tahu harga ponsel yang disodorkan Mentari karena dia juga pernah berpikir untuk membeli ponsel yang merek juga modelnya sama dengan ponsel yang diberikan mentari.
"Tidak perlu Om, ini gratis asal semua coklat yang om dapat untuk aku."
"Enak saja, tidak akan, tidak satu pun dari coklat-coklat ini yang boleh kamu makan dan yang tadi yang sudah kamu makan harus kamu diganti" ucap Tian diluar prediksi.
"Apa Om, apa aku tidak salah dengar?" ucap Mentari kaget dan benar-benar tidak menyangka jika Omnya berkata seperti itu.
"Ih dasar pelit, awas saja besok-besok minta bantuan gak akan aku bantuin" ucap Mentari yang memang sering dimintai bantuan oleh Tian saat Tian kewalahan demgan pekerjaannya.
"Ya sudah aku juga harus kuliah," ucap Mentari lagi, lalu dia menengadahkan tangannya pada Tian.
"Apa?" tanya Tian bingung pasalnya dia tidak tahu maksud tangan Mentari yang menengadahkan tangannya.
"Salim Om, salim," ucap Mentari sambil tersenyum karena tahu Tian salah sangka atas sikapnya yang sedang menengadahkan tangan.
semangat Thor 💪
makasih 🙏😘
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.