Alvia Alianza, wanita yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama satu tahun. Ia menikah dengan Bintang Askara. Pemuda tampan yang membuat para wanita selalu mengejarnya.
Namun pernikahannya bukanlah pernikahan yang di idamkan oleh setiap wanita.
Karena pernikahannya hanyalah sebuah tameng untuk menutupi hubungan Bintang dan kekasihnya.
Bintang telah membayarnya untuk menikah dengannya selama satu setengah tahun ke depan. Karena orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasihnya.
Bagaimana kisah kehidupan Via selanjutnya? ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 10
Via masih menangis meringkuk di samping Bintang yang kini terlelap setelah mengambil hal paling berharga miliknya.
Rasanya dirinya sudah tak berharga lagi setelah apa yang Bintang lakukan padanya. Dia membenci pria di sampingnya, namun perasaan cinta untuk Bintang masih tetap ada
Sungguh Via sangat membenci dirinya sendiri saat ini. Ia tidak dapat mengontrol dirinya untuk tetap mencintai Bintang meskipun jutaan perih yang suaminya torehan dalam hatinya.
Tapi Via harus tetap terus berusaha untuk menghapus rasa di hatinya untuk Bintang. Via ingin sekali segera pergi jauh dari sana. Agar ia tidak lagi merasakan sakit yang teramat sakit seperti yang ia rasakan saat ini.
Via menatap Bintang yang kini terlelap di sampingnya. Ia tidak menyangka Bintang akan tega melakukan itu kepadanya.
Air matanya semakin deras saat mengingat Bintang yang juga melakukan hal yang sama kepada Alesha. Rasanya ia seperti menjadi seorang simpanan saja.
Via memutuskan untuk bangkit. Ia mulai menampakkan kakinya di lantai. Ringisan dan desisan jelas terdengar dari bibir gadis malang tersebut. Rasa sakit di bawah sana masih jelas terasa. Namun Via tidak ingin berada di kamar Bintang terlalu lama. Ia harus segera keluar dari sana.
Dengan langkahnya yang tertatih, Via berjalan dengan melilitkan selimut di tubuhnya. Ia tidak mengenakan pakaiannya karena Bintang sudah mengoyak pakaiannya hingga robek dan tak dapat di kenakan lagi.
Tubuh Via merosot di balik pintu saat ia sampai di dalam kamarnya. Via menangisi nasibnya yang begitu miris.
Namun ia akan tetap berusaha untuk kuat. Semuanya yang ia lakukan adalah untuk ibunya.
"Ibu, Aku akan menahan segala rasa perih ini hanya untuk mu ibu. Via ingin ibu sembuh seperti sedia kala lagi," lirihnya dalam tangisnya.
Via pun melepaskan selimut yang bertengger pada tubuhnya menuju ke kamar mandi.
Via mengguyur tubuhnya menggunakan shower. Merasakan setiap tetesan dan kucuran air yang mengalir dari ujung rambut hingga kakinya.
Via kembali menangis. Ia memikirkan bagaimana kehidupannya nanti setelah berpisah dari Bintang. Akankah ada pria yang akan menerimanya dengan keadaannya yang seperti itu setelah ia berpisah nanti?
Via sudah tidak memiliki apa-apa lagi dalam hidupnya. Bahkan sesuatu yang berharga dan selalu ia jaga telah di renggut oleh suaminya sendiri.
***
Bintang mulai terbangun dari tidurnya saat merasakan hangatnya sinar matahari yang terpancar dari bilik jendela kamarnya.
Bintang terbangun dengan begitu cepat saat ia tengah mengingat sesuatu.
Matanya mengitari seluruh sudut kamarnya seolah tengah mencari sesuatu.
Lalu pandangannya terhenti pada bercak merah di atas sprei miliknya. Bintang juga mendapati pakaian yang terkoyak tengah teronggok di lantai kamarnya.
Perlahan putaran ingatan kejadian semalam kembali memutar dalam otaknya.
Bintang mengepalkan tangannya mengingat keseluruhan kejadian semalam. Tangannya mengepal dan memukuli tempat tidur yang ia duduki saat ini.
"Si..al...! Si..al...!! Kenapa Aku bisa melakukan hal itu padanya?! Alesha tidak boleh tahu mengenai hal ini." Bintang terus saja bergumam. Namun ia kembali menyadari sesuatu.
"Tapi tunggu. Dia tidak pernah melakukan hubungan dengan pria lain. Aku adalah pria pertama yang melakukanya. Argh...!" Bintang merasa begitu menyesal karena telah melakukan hal itu terhadap Via. Namun dalam hatinya yang terdalam Ia senang karena dirinya lah pria pertama yang merenggutnya.
Namun ia kembali berpikir. "Bukankah aku adalah suami sahnya? Jadi wajar bila Aku melakukannya terhadap Istri sah ku," gumamnya kembali. Hatinya mulai menjadi egois.
Bintang pun segera melangkah menuju ke dalam bathroom. Ia ingin membersihkan dirinya setelah semalaman melakukan kegiatan yang begitu panas.
***
Bintang mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya setelah mandi dan sudah rapi.
Sejenak ia menoleh ke arah pintu kamar Via yang masih tertutup. Bintang berpikir Via sudah turun ke bawah untuk sarapan.
Ia pun melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan.
Bintang mengerutkan keningnya saat tak mendapati Via di ruang makan. Ia pun bertanya kepada pelayan apakah Via sudah sarapan atau belum.
"Apakah Via sudah sarapan pagi ini bik?" tanya Bintang saat ia mulai duduk di kursinya.
"Belum Tuan. Nona Via belum turun sejak tadi. Bibik juga heran Tuan, sebelumnya Nona Via akan bangun lebih awal. Tapi hari ini beliau belum juga turun. Mungkinkah Nona Via sedang sakit Tuan?"
Ucapan pelayan membuat Bintang teringat tentang yang Ia lakukan pada Via semalam.
Ia menyadari bahwa dirinya telah menyakiti fisik istrinya karena sebuah kemarahan. Ia sudah memaksa Via untuk melayaninya tanpa menghiraukan penolakan dari Via.
"Kalau begitu tolong bawakan sarapan Via ke kamarnya bik," perintah Bintang.
"Baiklah Tuan."
Pelayan pun melakukan perintah Bintang membawakan sarapan pagi untuk Via.
***
Bintang pun menyantap sarapan paginya. Namun bayangan saat Via menangis semalam membuatnya tidak berselera untuk melanjutkan makannya.
"Tuan ... Tuan...!"
Pelayan mendatangi Bintang yang masih berada di meja makan dengan terpogoh-pogoh.
"Ada apa bik? Kenapa bibik berlarian seperti itu?" Bintang bertanya dengan mengerutkan keningnya heran.
"Itu Tuan... Nona Via...." Pelayan itu menghentikan ucapannya karena masih mengatur nafasnya akibat berlari dari kamar Via menuju ruang makan.
Sementara Bintang begitu penasaran dengan apa yang akan pelayannya katakan selanjutnya.
"Ada apa bik cepat katakanlah"
"Nona Via Tuan. Nona Via badannya panas sekali," ucap pelayan itu akhirnya.
Bintang terkejut. Iapun segera berdiri dan bergegas meninggalkan ruang makan menuju ke kamar Via.
Bintang membuka pintu kamar Via dan langsung berjalan mendekati Via yang kini berbaring meringkuk di atas kasurnya.
Melihat hal itu rasa kasihan muncul di hati Bintang. Tangannya segera mengulur menyentuh kening Via.
Dan ternyata benar saja. Suhu tubuh Via sangatlah panas. Rasa bersalah muncul di hati Bintang. Mungkinkah Via sakit karena perlakuannya semalam? Bintang terus saja memikirkan hal tersebut.
Bintang pun menekan tombol interkom di kamar Via. Ia menyuruh pelayan untuk mengambilkan air kompres untuk Via.
Tak berapa lama kemudian pelayan datang dengan membawa yang Bintang suruh tadi.
Bintang segera menyuruh pelayan itu membuatkan bubur untuk Via, karena Bintang memutuskan untuk merawat Via sebagai bentuk dari rasa bersalahnya.
"Nanti bawakan bubur dan obat kemari bik!"
"Baiklah Tuan." Pelayan segera keluar dari sana dan melakukan perintah Bintang.
"Aku membenci mu... Kau sama saja seperti dia yang sudah meninggalkan ku dan ibu. Aku membenci mu Bintang," ucap Via mengigau.
Sementara Bintang terdiam mendengar Via yang mengigau. Mungkin itu terjadi karena saking panasnya suhu tubuh Via.
"Kenapa melihat mu yang seperti ini membuat ku begitu kasihan kepada mu? Sebenarnya Kau itu gadis yang baik atau buruk Via?" Gumam Bintang seraya mengompres kening Via.
Tak berapa lama kemudian, pelayan kembali memberikan satu mangkuk bubur dan obat kepada Bintang.
"Terimakasih bik," ucap Bintang.
"Kalau begitu Saya permisi Tuan. Semoga Nona Via segera sembuh," ucap pelayan itu tulus. Ia pun segera pergi meninggalkan kamar Via.
Bintang pun berusaha untuk membangunkan Via agar dapat memakan buburnya dan meminum obatnya.
Namun Via sepertinya begitu lemas. Bahkan ia masih saja mengigau.
"Kenapa Kau selalu menyusahkan ku saja!" Bintang berkata dengan menggelengkan kepalanya. Bintang harus membuat Via memakan buburnya dan meminum obatnya. Ia terus saja berpikir bagaimana caranya.
Bintang mendapatkan sebuah ide. Tapi ia masih begitu ragu melakukannya. Namun itulah pilihan terakhirnya agar Via bisa meminum obatnya.
Bintang akhirnya akan melakukan apa yang ada di otaknya. Dengan hati-hati Bintang sedikit mendudukkan tubuh Via
dengan menyenderkan tubuh istrinya pada bantal yang sudah ia susun.
Bintang mulai menyuapkan bubur itu kedalam mulutnya, kemudian menempelkan bibirnya pada bibir Via. Memasukkan bubur itu kedalam mulut istrinya hingga Via menelannya. Begitulah seterusnya hingga bubur itu pun hampir tandas.
Bintang juga menggunakan metode tersebut untuk meminumkan obat kepada Via.
Dan alhasil semua metodenya berhasil. Bintang merasa lega karena Via sudah meminum obatnya.
"Semoga dengan semua ini bisa mengurangi rasa bersalah ku padamu," ucap Bintang seraya membalikkan kain kompres di kening istrinya.
***