NovelToon NovelToon
The Power Of Mbak Jamu

The Power Of Mbak Jamu

Status: tamat
Genre:Tamat / Janda / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.1M
Nilai: 4.7
Nama Author: Buna Seta

Tidak pernah terbersit di pikiran Mia, bahwa Slamet yang sudah menjadi suaminya selama lima tahun akan menikah lagi. Daripada hidup dimadu, Mia memilih untuk bercerai.

"Lalu bagaimana kehidupan Mia setelah menjadi janda? Apakah akan ada pria lain yang mampu menyembuhkan luka hati Mia? Kita ikuti kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Power Of Mbak Jamu. Bab 15

Di ruang tamu rumah mewah saat ini nenek tengah menunggu kedatangan Mia. Tetapi nenek yang sudah mempunyai tiga cucu dari kedua kakak Vano itu, kini kecewa. Sudah dia pastikan bahwa Mia tidak jadi datang dalam lebatnya hujan seperti sekarang.

"Sudahlah Mam, kalau hujan sudah reda nanti kita lebih baik ke dokter saja" jawab Dona yang sejak tadi selalu menjelek-jelekkan Mia. Jamu palsu, cara membuatnya tidak bersih, kalau di urut malah bengkak, dan perkataan yang intinya menjatuhnya Mia. Begitulah cercaan Dona yang hanya di dengar nenek.

"Kamu salah Dona" Nenek membantah ucapan Dona. Mengatakan bahwa kakinya sebelum di pijat tadi sakit sekali, tetapi sekarang sudah lebih ringan.

"Atau begini saja Mam, aku pesan obat online saja ya" Dona membujuknya dalam hati tidak ingin tukang jamu itu datang.

"Tidak Dona, Mama bosan minum obat terus" nenek keukuh dengan keputusannya.

Karena calon mertua tidak mau mendengarkan kata-katanya, Dona pun ke ruang kerja Vano. Di dalam sana, Vano masih mantengin komputer. Tentu saja melanjutkan pekerjaan yang tadi siang dia tinggalkan.

"Van..." ucap Dona.

"Heeemm..." hanya itu jawaban Vano tanpa menoleh. Tentu saja Dona merengut merasa diabaikan sana, sini .

"Kamu akhir-akhir ini sibuk terus Van, nggak ada waktu buat aku" Dona sudah kesal dengan Paulina, kini ditambah lagi kesal dengan Vano. Sengaja hujan-hujan datang kemari tetapi dicuekin.

"Sekarang kan memang waktunya kerja Na, kalau tadi aku pulang itu, karena di telepon Mama" Vano menjelaskan.

"Kamu pulang karena tukang jamu itu mau datang bukan? Jangan jadikan Mama alasan" tuduh Dona. Dona memang orangnya cemburuan hingga kadang kelewatan.

"Mulai deh" Vano melempar tatapan sekilas dengan wajah dingin. Setiap hari Dona selalu mengajak ribut, tetapi yang diributkan hanya itu-itu saja.

"Kamu jangan seperti anak kecil Dona, Mbak jamu datang itu karena Mama," Vano mencoba untuk bersabar.

"Bohong saja terus," Bantah Dona. Dona menoleh Vano dengan harapan, Vano mendekat dan merayunya seperti yang sudah-sudah tiap kali Dona ngambek. Tetapi Vano sama sekali tidak bergerak dari duduknya.

"Kalau kamu tidak percaya ya sudah" Vano menjawab pendek. Lebih baik bekerja daripada ribut. Tanganya bergerak mengetik tidak mau menoleh Dona. Vano tahu jika diladeni Dona akan terus mengajak ribut dan merusak mood.

"Kalau gitu aku pulang" gertak Dona, segera bangkit dari duduknya yang berada di sebelah Vano. Dia sengaja melambatkan langkah agar Vano mencegahnya. Namun, hanya terdengar keyboard yang menggema. Dona melanjutkan keluar sembari menghentakkan kaki. Tidak menyangka bahwa Vano akan secuek itu. Dona menyangka, Mia penyebabnya. Padahal jika Dona berpikir, sikap Vano berubah itu karena ulahnya sendiri.

Tiba di depan pintu, Dona disuguhkan dengan pemandangan yang tidak dia suka. Di sana sudah ada Mia tengah cekikikan dengan Paulina. Rupanya Mia menceritakan ketika masuk ke rumah ini memanjat pagar.

"Mia... kamu ini lucu sekali" Ibu sepuh tertawa sambil memegang perut. Lalu menceritakan bahwa di sudut pagar ada bel.

"Mam, aku pulang" pamit Dona dengan raut wajah yang tidak baik-baik saja.

Mia yang awalnya tertawa pun seketika berhenti, karena tatapan mata Dona kepadanya setajam pisau belati.

"Kamu pulang sendiri? Vano mana?" Tanya Paulina.

"Dia sibuk Mam" jawab Dona sambil berlalu pergi.

"Anak itu... selalu ngambek" ujar nenek, memandangi Dona hingga tidak terlihat disambung hembusan napas yang panjang.

Mia hanya diam tidak mau ikut campur karena itu privasi keluarga ini, walaupun dalam hati heran. Mia pernah mendengar bahwa Dona dengan Vano itu hanya sebatas hubungan kekasih, tetapi mengapa bisa Dona dengan Vano berada dalam satu ruangan.

"Kalau gitu, saya juga pulang Ibu sepuh" Mia merasa tidak nyaman melihat wajah Paulina tidak ceria seperti tadi.

"Di luar masih hujan, sebaiknya kamu menginap saja," Paulina tidak tega jika Mia pulang sekarang, walaupun masih jam delapan. Berbeda dengan Dona yang mengendarai mobil sendiri.

"Terimakasih Ibu sepuh, lain kali saja" Mia beralasan jika menginap disini tidak bisa membuat jamu pagi-pagi sekali. Walaupun alasan itu benar.

"Besok jangan lupa jamunya di antar ya" pesan nenek. Nenek minta, jamu yang dia pesan agar Mia antar ke kantor saja. Paulina adalah salah satu pemilik saham di PT Sandranu. Maka dia pun harus menghadiri rapat penting yang akan diselenggarakan jam sembilan pagi.

"Tapi kaki Ibu sepuh kan masih sakit," Mia tidak habis pikir. Padahal sudah ada Vano tetapi masih juga akan menghadiri rapat.

"Sudah nggak sakit kok, berkat kamu," nenek menggerakkan kakinya.

"Baik Bu" Mia pun salim tangan lalu beranjak.

"Bibi... tolong panggil Vano agar mengantarkan Mia" titah nenek. Tetapi Mia menolak, lalu cepat keluar dari rumah itu. Mia tidak mau membuat masalah. Begitu membuka pagar, taksi yang dia pesan sudah menunggu. Hujan hanya tinggal gerimis kecil saja, Mia ambil payung yang dia simpan di pinggir gazebo ketika baru tiba sore tadi.

**************

Pagi ini cuaca mendung tetapi tidak hujan, Mia yang sudah menggendong bakul dengan berpakaian baju kebaya telah turun dari angkutan. Tanpa ragu dan malu, dia masuk ke PT Sandranu grup. Sebelum jualan keliling, Mia mengantarkan pesanan nenek lebih dahulu.

"Eh, kok ada tukang jamu masuk kesini sih?" Bisik para karyawan yang belum masuk karena belum jam delapan. Mereka heran karena tidak biasanya satpam mengizinkan orang baru masuk

"Iya, kok aneh, aku bicara dengan satpam ya," ucap salah satu dari mereka.

Tak tak tak.

"Mbak Mia ya?" Tanya satpam sebelum para karyawan memanggilnya, satpam yang sudah kenal Mia karena dipesan Paulina pun menghampiri.

"Iya Pak"

"Mari ikut saya Mbak" kata satpam segera berlalu akan mengantar Mia ke ruangan Paulina. Tetapi ketika lewat di depan ruang meteeng ada yang memanggil Mbak Jamu.

"Saya Bu" Mia dengan satpam pun berhenti di hadapan sekelompok pria dan wanita yakni para kepala bagian masing-masing divisi yang akan menghadiri rapat.

"Jamunya masih ada Mbak?" Tanya wanita cantik salah satu dari mereka, yakni kepala divisi.

"Masih Bu, Ibu mau coba?" Mia tersenyum manis.

"Saya mau beras kencur"

"Baik Bu" Mia menurunkan bakul ke lantai, lalu menuang jamu untuk si ibu. Puluhan orang di tempat itu memperhatikan Mia, terutama yang pria. Bukan memperhatikan jamu tersebut tetapi wajah cantik Mia.

"Waaahhh... seger banget" kata wanita yang sudah meneguk jamu.

"Saya juga mau Mbak" Satpam pun ikut membeli. Semua yang berada di tempat itu pun memesan tidak terkecuali pria dan wanita.

Muncul seorang pria yang tengah membawa pel, sapu, dan ember, baru keluar dari ruang meteeng berhenti di depan pintu memperhatikan Mia yang dikerubungi pembeli.

"Mia..." gumamnya lirih.

"Kamu kenapa ikut berdiri disini? Apa ruangan sudah bersih semua" Semprot Supervisor cleaning service, bukan hanya mengejutkan pria itu.

Mia pun kaget lalu mendongak menatap ke arah pintu. Mia melihat pria itu sempat melirik ke arahnya, tetapi sedetik kemudian si pria menunduk.

Tak tak tak.

Ruangan itu mendadak sunyi. Tatapan Mia beralih kepada pria dari arah lain, keduanya sempat bertemu pandang. Namun, pria tampan pun melangkah hendak masuk ke ruang rapat. Orang-orang yang berada di tempat pun minggir memberi jalan orang nomor satu di PT Sandranu grup, kemudian mengikuti.

Entah kemana perginya Slamet, Mia pun segera menggendong bakul yang sudah kosong. Mia mengucap syukur karena laris manis, kemudian mengantarkan jamu ke ruangan Paulina yang sudah siap berangkat ke ruang rapat.

"Ibu hanya sendiri?" Mia memeriksa kaki Paulina.

"Tidak apa-apa, kaki saya sudah normal" Paulina terkekeh. Nenek itu pun mengait lengan Mia, berjalan bersama sambil ngobrol lalu berpisah di depan ruang meteeng.

Mia memutuskan untuk pulang ketika tiba di loby, seorang wanita tiba-tiba saja hendak melayangkan tamparan, tetapi bukan Mia jika tidak bisa menangkis.

~Bersambung

1
MiLa Rossa
Luar biasa
Uji Coba
Biasa
Raisa Nur Adqia
maaf thor kyak nya kta2 mase kurang pas,lebih enak di baca mas dri pada mase,
Eka 'aina
kyknya bagus² novel nya Bun, sayang nya waktu buat baca cuma sedikit
Eka 'aina
aku telat bacanya kali yaa mknya gk dapet pulsa🤔
Eka 'aina
di tunggu mlm pertama nya kirain hot ternyata gitu doank😀
Eka 'aina
berarti disini yg gk tau diri itu ya si Vania udh di rawat dari bayi balasannya mlh kyk gitu
Eka 'aina
dasar gk waras tuh si Vani bisa²nya suka ma adek sendiri yg jls². lebih muda dari dia
Trisna
itu pasti orang suruhaan Dona
Eka 'aina
apes temen to Mia Mia 🤦
Eka 'aina
mesti kelakuan si donat ini ganggu aja ada yg mau MP😠
Eka 'aina
klo gk di novel juga gk mungkin calon penganten mengatasi mslh sndri pdhl punya tetangga punya saudara, kadang² greget juga ma Mia yg sok merasa bisa segala nya bikin emosi aja😡😠
Eka 'aina
adaaa aja mslhnya🤦
Eka 'aina
nah gitu donk Van, gercep istri dlm bhya jngn santui gitu
Eka 'aina
makin kesini makin seru cerita nya
Eka 'aina
mesti si Vani ini wataknya kok mirip sama donat sih😡
Eka 'aina
hadeeh kok ke rmh vano dulu bkln perang dunia ini klo ktmu Vani
Trisna
Slamet kerja apa sih kok Sumiati banting tulang kerja untuk kebutuhannya?
peran Slamet sebagai suami apa?
kalau pengangguran gampang banget poligami
Eka 'aina
kok mimpi nya buruk gitu jadi tkt pernkhnnya ggl lg
Afrina Wati
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!