Duke Armand sama sekali tak menyangka jika istri yang selama ini dia sakiti dan abaikan adalah penyelamat hidupnya.
Begitu Duke Armand sadar, semuanya sudah terlambat.
Sang istri sudah pergi meninggalkan dirinya bersama anak semata wayangnya dalam penyesalan yang dalam.
Akankah Duke Armand berhasil mendapatkan cinta dan kepercayaan sang istri kembali....
Ataukan dia harus kembali jatuh terperangkap dalam kebohongan wanita yang menjadi cinta pertamanya....
Penasaran....
Ikuti kisahnya dalam cerita baruku ini....
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCI - 21
Di sebuah kastil berwarna putih yang terletak di lereng pegunungan Atlas di kelilingi oleh naga terbang diatasnya yang bertindak sebagai penjaga wilayah tersebut tampak sunyi.
Semua orang tengah menunggu Duke Raymond Heber, pemilik kastil yang sedang menakhlukkan ular es.
Hewan melata yang dianggap langkah dan memiliki kekuatan magis seta mematikan tersebut dipercaya akan mendatangkan keberuntungan jika bisa mengendalikannya.
Tak banyak orang yang bisa menundukkan hewan angkuh tersebut dan entah bagaimana ular es itu bisa muncul dalam pelelangan malam.
Meski masih bayi namun dia juga sudah memiiki kekuatan yang besar dibandingkan dengan para monster buas yang berkeliaran bebas di pegunungan Atlas yang dingin.
Didalam kastil, Dunchess Roselyn terus bergerak gelisah sambil sesekali melihat pintu kayu dengan ukiran naga didepannya.
“Tenanglah dik, aku yakin Duke Raymond mampu menaklukkan ular es tersebut sehingga racun dalam tubuh Nathan bisa dihilangkan”, ucap Grand Duke Sebastian optimis.
Bagaimana tidak cemas, sudah cukup lama Duke Raymond berada didalam ruangan bersama dengan Nathan dan ular es namun pintu berukiran naga itu masih juga belum terbuka.
Dunchess Roselyn tak tahu jika Duke Raymond terpaksa merelakan inti monster yang paling berharga untuk diberikan kepada ular es yang Grand Duke Sebastian beli dalam pelelangan tersebut agar hewan melata itu mau menghisap racun yang ada dalam tubuh Nathan.
“Sudah. Jika bukan karena demi inti monster ribuan tahun yang bisa membuatku berevolusi dengan cepat maka aku tak akan sudi menghisap racun buatan manusia tersebut dengan mulutku”, desis sang ular menggerutu.
Duke Raymond yang bisa mengerti bahasa binatang hanya terkekeh melihat tatapan sinis yang dilayangkan ular es tersebut kepadanya.
“Ini imbalan yang kujanjikan dan kamu bisa bebas pergi dari sini secepatnya sebelum ada yang menangkapmu kembali”, ujar Duke Raymond sambil melempar tiga bola berwarna merah darah yang merupakan inti monster naga berkepala lima yang telah hidup ribuan tahun yang berhasil dia takhlukan kemarin lusa dengan senyum mengejek.
Setelah membaca surat yang Grand Duke Sebastian kirimkan, Duke Raymond yang merasa jika membujuk ular es yang angkuh itu tak akan mudah pun segera berburu monster didalam hutan es yang terdalam.
Mungkin sudah merupakan takdir jika dirinya bisa membantu keponakan sahabatnya itu sembuh dari racun es, Duke Raymond yang baru saja masuk kedalam inti hutan langsung bertemu dengan naga berkepala lima yang berusia ribuan tahun dan langsung membunuhnya demi bisa mendapatkan inti kehidupannya yang akan dia jadikan bahan negosiasi dengan ular es.
Setelah menelan tiga inti naga berkepala lima, tubuh ular es bercahaya dan sisiknya pun mengelupas dan berevolusi menjadi monster ular es yang sangat besar.
“Akhirnya, aku bisa mencapai level ini dengan cepat. Terimakasih ”, ucap ular es tulus.
Selanjutnya, monster ular es tersebut berubah menjadi serpihan cahaya berwarna putih seperti salju yang langsung terbang tertiup angin, meninggalkan Duke Raymond dengan senyum penuh kepuasan.’
Setelah memastikan jika kondisi Nathan telah stabil, Duke Raymond pun membuka pintu yang langsung disambut oleh Dunchess Roselyn dan kakaknya yang sedari tadi menanti dengan cemas.
“Bagaimana kondisi anakku Duke ?”, tanya Dunchess Roselyn penuh kecemasan.
“Kondisinya sudah stabil dan kemungkinan nanti malam dia sudah sadar kembali”, ucap Duke Raymond menyampaikan kabar bahagia yang membuat semua orang bisa bernafas lega.
“Terimakasih Duke, jika tidak ada anda entah bagaimana nasib anakku sekarang”, ucap Dunchess Liona tulus.
Akibat terlalu gembira, Dunchess Roselyn tak sadar jika dia terus mengenggam tangan Duke Raymond dengan erat, membuat telinganya memerah karena malu.
Grand Duke Sebastian yang melihat sahabatnya itu salah tingkah segera mengingatkan sang adik sebelum Duke Raymond pingsan.
“Cepatlah masuk karena Nathan membutuhkanmu”, bisik Grand Duke Sebastian pelan.
Dunchess Roselyn yang tersadar langsung melepaskan genggaman tangan Duke Raymond dan bergegas masuk kedalam kamar diikuti oleh Jesi dan nenek Ji’en dibelakangnya.
“Hey, sadarlah”, ucap Grand Duke Sebastian sambil menjentikkan jarinya tepat diwajah Duke Raymond, membuatnya langsung membuang pandangan salah tingkah.
“Apakah adikku sangat cantik sehingga kamu terpesona seperti itu”, ujar Grand Duke Sebastian menggoda.
“Apa sih kamu”, ujar Duke Raymond yang langsung merangkul bahu sahabatnya itu dan mengajaknya pergi karena dia bisa pingsan beneran jika kembali mendapati perlakuan manis seperti itu dari Dunchess Roselyn.
Jika Dunchess Roselyn saat ini sedang bahagia karena kondisi Nathan sudah stabil lain halnya dengan kondisi Duke Armand yang sedang kacau.
Semua pertanyaan yang diajukan oleh penyidik berhasil dia jawab dengan baik tanpa keraguan sedikitpun namun tidak dengan pertanyaan yang kaisar Orlando lontarkan kepadanya.
Pertanyaan yang diajukan oleh orang nomor satu dikekaisaran Apollo tersebut sangat memojokkan dirinya, seolah kaisar Orlando memiliki dendam yang dalam kepadanya.
Semua pertanyaan yang dilayangkan membuat Duke Armand terpojok, apalagi pertanyaan yang berkaitan dengan istri dan anaknya.
Kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut kaisar Orlando seakan menamparnya berkali-kali, membuat dirinya benar-benar menjadi lelaki bajingan sesuangguhnya.
"Ya Tuhan, ternyata aku benar-benar sekejam itu kepada istri dan anakku", batinnya sedih.
Meski tak mencintai istrinya namun Duke Armand sama seklai tak berniat untuk menyakitinya sedalam itu.
Semua hal yang dilakukannya itu karena hasutan Dunchess Liona yang tanpa sadar telah mengendalikan ego dan pemikirannya mengenai istri dan anaknya dengan sangat baik, bahkan tak Duke Armand sadari jika tamparan demi tamparan realita terus menerpanya.
Melihat jika kaisar Orlando tampak memiliki dendam pribadi kepadanya, Duke Armand pun lebih berhati-hati dalam menjawab semuanya dan berusaha menekan egonya agar tak terpancing oleh ucapan provokatif snag kaisar.
"Dendam apa yang membuat kaisar Orlando mengejarku seperti ini ?"
"Apakah ini berkaitran dengan Roselyn dan keluarga Lunox ?", batinnya berspekulasi.
Pemikiran Duke Armand tersebut tidak salah karena kaisar Orlando memang tak terlalu menyukainya karena jebakan yang dibuat oleh nyonya Bernard empat tahun lalu meneybabkan dia kehilangan calon menantu idamannya.
Jika bukan karena permintaan sahabatnya, Duke Antonio mungkin kaisar Orlando tak akan pernah memperlakukan Duke Armand sebaik sekarang.
Jadi begitu ada kesempatan emas untuk menyalahkan lelaki tersebut seperti ini maka kaisar Orlando tak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk menjatuhkannya.
Duke Armand keluar dari istana dengan tubuh lunglai, seakan semua energy tubuhnya terserap habis didalam istana.
Melihat mood majikannya tak baik, Jonathan hanya bisa terdiam sambil mengikuti Duke Armand dari belakang dan memastikan keselamatannya hingga tiba di mansion Bernard.
Jonathan beberapa kali menggelengkan kepala melihat Duke Armand galau seperti itu karena ini baru pertama kalinya dia melihat tuannya sefrustasi itu.
Tiba-tiba, ditengah perjalanan keduanya diserang oleh sosok misterius yang bersembunyi dalam kegelapan
SETHHH
SETHHH
SETHHH
BRUAKKK
Beberapa anak panah melesat dan menghujani Duke Armand yang kurang fokus menunggang kuda hingga mengenai bahunya setelah menangkis beberapa namun sayangnya badan kudanya terkena anak panah dan terjatuh sehingga tubuhnya terlempar dengan keras ke depan.
Jonathan yang melihat musuh yang menyerangnya hendak kabur segera mengejar menggunakan kudanya.
Lelaki misterius berpakain hitam tampak berlari sangat cepat dari satu atap rumah keatap rumah warga yang lainnya, membuat Jonathan yang sedang mengendarai kuda kesulitan mengejarnya.
“Brengsek, dia berhasil melarikan diri”, umpatnya penuh amarah.
Melihat musuhnya berhasil kabur, Jonathan pun kembali ketempat semula untuk melihat kondisi Duke Armand.
“Siapa mereka ? apa mereka juga yang telah menculik Dunchess Roselyn dan tuan muda”, batin Jonathan berspekulasi.
Jonathan menghampiri beberapa tubuh pengawal bayangan Duke Armand yang jatuh tergeletak tak jauh dari posisi keduanya diserang dalam kondisi tak bernyawa.
Melihat musuh begitu kuat, Jonathan kembali naik keatas kudanya dan dari kejauhan dia melihat Duke Armand berusaha mencabut panah yang menancap di bahunya disamping kudanya yang tergeletak tak bernyawa.
“Tuan”,panggil Jonathan dengan nada penuh kekhawatiran.
“Bawa aku pulang kemansion sekarang”, ucapnya sambil meringis menahan sakit dibahunya.
Tampaknya panah yang mengenai bahu Duke Armand beracun sehingga dia merasakan rasa panas yang teramat sangat disana.
Melihat Duke Armand hampir pingsan, Jonathan segera memacu kudanya dengan kecepatan penuh agar bisa segera sampai di mansion Bernard.
Andrea yang melihat Jonathan membantu anaknya berjalan masuk kedalam mansion merasa cemas karena wajah Duke Armand begitu pucat.
“Apa yang terjadi sebenarnya ?”, tanya Andrea penuh kekhawatiran.
Melihat darah mengalir dari bahu sang putra, Andrea pun segera memerintahkan pelayannya untuk menjemput dokter Arnold.
“Oh Tuhan, cobaan apa lagi ini”, guman Andrea frustasi.
akhirnya... masa jaya mu tak selamanya abadi Liona 😜
jadi g berlarut kyak sinetron 🙏🙏🙏😚
updatenya semoga selalu sehat thor biar up selaluu
/Smile//Smile//Smile/
Dan harus menghukum nya sprti apa yg dilakukan nya🥺
dan segera bisa menyingkirkan selir baru .. /Smile/