Muda, cantik dan seksi, tidak melulu membuat hidup seseorang baik. Buktinya Berta harus melakukan banyak hal gila agar bertahan hidup, mulai dari pura pura kesurupan, jadi wanita murahan sampai wanita tidak punya adab.
Tapi takdir mempertemukan dirinya dengan Wildan, Pengacara muda, tampan dan sukses tapi terjerat dengan kehidupan tiga keponakannya yang harus dia besarkan.
Simak kegilaan mereka bersama yok!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khorik istiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Berta mulai mencari lowongan pekerjaan di laman laman internet . Tidak masalah dia tidak digaji meski gaji bulanannya termasuk tinggi. Mengurus murid murid bermasalah itu membuat dirinya lelah berpikir. Jangankan nilai moral, nilai pelajaran yang hasilnya hafalan saja mereka tidak bisa. Peran orang tua tentu saja juga salah satu faktor nya. Memenuhi materi itu ternyata bukan segalanya. Perhatian dan kasih sayang juga bisa membuat sangat anak mungkin tidak merasa sendiri, ada pendukung yang bisa jadi landasan anak untuk mengambil setiap keputusan.
Sekolah sekolah elit itu mereka tidak benar benar bisa mendidik anak jadi cetakan anak anak terbaik, sebab mereka juga tunduk pada penyokong danaa sekolah mereka.
Berta mulai banyak melihat banyak hal. Dunia yang luas itu mengajarkannya banyak pelajaran hidup. Sekedar mencari uang saja ternyata tidak semudah itu.
Keluarga atau apapun itu, Berta merasa kalau dia masih harus bertahan hidup seorang diri. Sejak orang tuanya meninggal dia sudah kehilangan segalanya. Saudara satu satu nya pun tidak perduli dengannya. Berta hanya merasa bahwa beradaptasi dari dunia adalah keahliannya.
Kacamata anti radiasi Berta itu memantulkan cahaya dari laptopnya. Banyak lowongan yang sudah Berta klik untuk mengajukan lamaran pekerjaan. Dia hanya berharap situs itu tidak menipu.
"Apa aku kembali kerja paruh waktu ya?" Dia berkata pada dirinya sendiri.
Memang, gajiii yang dia terima tidak akan banyak, paling paling gali lubang tutup lubang lagi. Kalau dia berhemat mungkin dia bisa hidup. Tapi dia juga ingin mengubah hidupnya, paling tidak dia ingin merasakan membeli barang tanpa melihat label harganya.
Fiuh.... Berta bangkit dari kursi duduknya. Dia kemudian melemparkan dirinya ke ranjang kamar kosannya. Kepalanya tengkurap menghadap kasur. Kemudian dia mengangkat kepalanya.
"Aku harus segera mencari cara."
Sejujurnya Berta sangat suka mengajar, bayangkan saja, kamu bisa berbagi ilmu tapi juga dibayar. Tapi keinginannya itu berbanding terbalik dengan keadaan. Mungkin kalau kedua orang tuanya masih ada atau yahhh paling tidak support dari orang terdekat dia akan lebih semangat menjalani hidup.
"I Miss Clara....." Berta segera meraih ponselnya dan memencet tombol dengan nama kontak Clara.
Drrrtttt...... Drrrrrrttttt.... Drrrrrttt... Suara berdering di ponselnya .
Berdering tapi gak di angkat . Berta menggembungkan mulutnya lalu membuang nafas. Dia lalu membuang ponselnya kembali .
"Tidak berguna!"
Kenapa hidup sesepi ini ya? Sesulit ini?
Rasanya dia hanya ingin dipeluk dalam dekapan seseorang. Rasanya akan menenangkan kali ya. Berta berangan angan.
Kondisi uangnya sudah menipis.
"Tuhan kalau ... Memmmanggg.... benar benar ada, tolong aku lapar... Beri aku makan!"
Kata Berta seketika. Baru saja dia selesai bicara tiba tiba saja pintu kamarnya terketuk.
Membuat kaget saja.
Berta bangkit dari kasur kamarnya dan membuka kamarnya.
Ibu kos ada di depan pintu membawakannya sup ayam.
Sang Ibu tersenyum ayu, membawa sebuah mangkuk sedang.
Aroma sup itu menguap membuat air liur di mulut Berta banjir.
Glek.... Dia menelan ludahnya.
"Halo.... Gimana harimu hari ini?"
Fiuh.... "Sedikit berat, tapi semuanya masih oke."
"Kamu sudah melewati hari ini dengan baik."
"Owh... Aku lupa... Ini untukmu. Hari ini aku memasak banyak dan sengaja membagikannya kepada para penghuni kos."
"Terima kasih banyak... Kebetulan saya belum makan Bu."
"Semoga suka."
"Sekali lagi terimakasih... Semoga kamu suka."
Sang Ibu setelah berbasa basi pergi. Mangkuk itu berpindah tempat dari tangan ibu kost ke tangan Berta.
"Sepertinya Tuhan memang ada!"
Pintu kamar kosannya tertutup, dia kemudian membawa mangkup sup saham penuh itu ke meja.
Hidangan itu sangat rumahan sekali. Awalnya Berta yang sangat lapar kemudian malah berpikir kemana mana.
"Kapan ya? Terakhir kali makan makanan seperti ini?" Seketika air matanya mengalir.
Dia mengaduk ngaduk sup tersebut.
Lalu menyeruput sesendok penuh. "Sangat lezat." Dan matanya mulai banjir .
Sepertinya Besok akan sangat bengkak karena dia menangis semalaman.
Ada kalanya wanita uang terlihat kuat adalah wanita yang sangat rapuh.
di tunggu kelanjutannya ya 😊
semangat 💪🏼👏🏼