Juliet Laferriere, gadis muda asal Prancis yang berakhir menjadi tawanan seorang mafia asal Italia.
Bermula saat Matteo Baldovino Dicaprio, pria dari keluarga mafia dengan kekuasaan terbesar di Italia, berlibur ke kota Paris, Prancis.
Pria dengan marga 'Dicaprio' itu mengalami kecelakaan mobil saat berada di kota Lyon. Kota beribu momentum dan lampu yang menghalangi cahaya bintang. Tepat saat kecelakaan terjadi, Juliet muncul seperti malaikat dan membantu pria berdarah dingin itu keluar dari mobil yang berasap.
Namun, kebaikan yang dia lakukan untuk menyelamatkan hidup seseorang, malah berakhir menghancurkan hidupnya sendiri.
"Rantai ini untuk mengingatkanmu, bahwa kau adalah milikku."
Bagaimana cara Juliet melarikan diri dari seorang Predator gila? Lalu, apa pria itu akan luluh dan membebaskannya dari ancaman? Yuk ikuti kisah mereka, dan jangan lupa beri dukungan kalian!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Italia
Matteo tidak membuat tanggapan. Ekspresinya terasa semakin asing. Saat Juliet menatap mata hitam itu, sebuah angin malam terasa meruyup mencapai tulang. Seolah sebuah es terjun menyelundup ke dalam pakaian, dia merasa sangat kedinginan. Entah itu karena angin malam yang semakin dingin, atau karena melihat mata Matteo yang seruncing tombak es.
Merasa suasana semakin canggung, Juliet memutuskan untuk segera pergi dari hadapan Matteo. Saat Juliet berbalik untuk pergi, dia menoleh dan membungkuk sekali.
Matteo mengabaikannya. Namun, raut wajahnya terlihat tidak setuju, tidak di ketahui apa artinya itu.
*
*
*
Keesokan harinya, saat Matteo membuka mata setelah mengalami mimpi yang sama berulang-ulang, dia sudah di suguhi sebuah laptop dengan wajah seseorang di dalamnya.
"Wah, lihat Mafia libur itu. Kau baru bangun di jam makan siang?"
"Berisik. Kenapa kau menghubungiku?"
"Alexander romanovich ada disini. Dia menunggu kepulanganmu dari dua hari yang lalu. Segeralah kembali."
Matteo tidak membuat tanggapan. Di sisi lain dia memang harus segera kembali ke Italia untuk mengurus bisnisnya. Namun, di sisi lain dia merasa akan gila jika pergi tanpa Juliet.
Dia masih belum menemukan cara untuk mengeluarkan Juliet dari mimpi dan pikirannya, kecuali melihat wajah gadis itu secara langsung.
Karena terus berpikir keras, tanpa sadar dia bergumam, "Sepertinya aku harus membawa gadis itu bersamaku."
Dengan pemikiran seperti itu, dia bangkit dari kasur dan mulai mempersiapkan diri untuk kembali ke Italia. Setelah bersiap, dia menyerahkan urusan lain pada Gabriel, sementara dirinya akan pergi untuk mengajak Juliet.
*
*
*
Sesampainya di restoran, dia mulai mencari Juliet, namun gadis itu tidak terlihat dimanapun. Semakin lama dia menunggu, maka semakin banyak waktu terkuras. Karena semakin kesal, pria itu mulai bertanya pada wanita pemilik restoran, atau yang tak lain adalah ibu dari Juliet itu sendiri.
"Permisi, dimana gadis yang sering mengantar makanan?"
Wanita itu terlihat kebingungan. Namun, bukan sikap baik jika mengabaikan pelanggan yang bertanya. Tak punya pilihan, dia menjawab, "Maksud anda Juliet? Pacarnya mengajak dia makan siang bersama beberapa waktu lalu."
Ekspresi Matteo kembali seperti malam itu. Seolah sebuah emosi yang mendalam tertanam dalam mata dinginnya, dia terlihat dapat menghancurkan batu besar dalam sekali pukulan.
Tanpa bertanya lagi, dia pergi dari restoran itu begitu saja. Dia hanya memberi beberapa lembar uang tanpa di hitung ulang, lalu pergi dengan tergesa-gesa.
"Tuan, uangnya kelebihan!"
"Kau bisa menyimpannya untuk membeli salad yang lebih bagus."
*
*
Tidak butuh banyak usaha, pria itu berhasil menemukan Juliet di sebuah rumah makan sederhana. Dia tidak mengerti, kenapa gadis itu memilih makan di luar sementara dia sendiri memiliki sebuah restoran.
Di sana juga terdapat Jeff, kekasih brengsek Juliet yang memiliki hobi berjudi dan menghabiskan uang Juliet untuk membayar hutang.
Matteo memperhatikan Juliet dalam jarak tertentu. Tepat saat gadis itu beranjak dan pergi setelah menghabiskan waktu sampai hari mulai gelap, Matteo mengikutinya dari belakang. Jeff tidak lagi terlihat saat Juliet berjalan mengitari jalanan tanpa kendaraan.
Ini kesempatan bagus. Saat Juliet berjalan masuk ke dalam gang untuk mengambil jalan pintas, Matteo mendahuluinya dan menahan langkahnya.
Gadis itu terkejut. Jalanan yang sepi dan gelap semakin membuat dia takut. Bahkan wajah Matteo tidak terlihat jelas. Saat itu, dia beringsut ke samping dan kembali melangkah. Namun, tangan Matteo meraih dan menariknya kembali.
"L-lepaskan aku!"
Juliet berseru dalam bahasa Prancis. Matteo tidak mengerti, namun dia yakin gadis itu sedang meminta pertolongan.
"Berhenti merengek."
Saat suara bariton itu muncul, Juliet langsung tersadar dengan nadanya yang terasa familiar. Apalagi pria itu berbicara dalam bahasa Inggris. Siapa lagi jika bukan pria luar yang mengalami kecelakaan beberapa hari lalu.
"Apa kau pria--"
Matteo membungkam mulutnya. Dia lalu menyeret Juliet untuk ikut dengannya masuk ke dalam mobil.
"Hmmp!!!"
Gadis itu berontak, menepis sekuat tenaga, melawan dan berteriak dalam cengkraman Matteo. Namun, semua itu tidak dihiraukannya. Setelah Juliet masuk ke dalam mobil, Matteo mengunci pintunya dengan cepat.
"Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku sekarang!"
Saat Juliet terus berusaha membuka pintu mobil, Matteo meraih tangannya dengan lembut. Saat ini, dalam matanya tidak terlihat satupun emosi.
"Sttt... Berhenti berontak. Aku tidak akan menyakitimu."
Juliet menoleh dengan tajam. Giginya bergemelatuk, bersamaan dengan kerutan tajam di antara alisnya.
"Lalu untuk apa kau membawaku kesini? Apa aku berhutang sesuatu padamu?"
Matteo tidak membuat tanggapan. Dia hanya menatap Juliet dalam waktu yang cukup lama. Dia sadar, kenapa kepala dan mimpinya terus di penuhi oleh gadis itu.
Karena Juliet begitu cantik. Setiap ekspresi yang tergambar dalam wajahnya selalu membuat Matteo semakin bersemangat. Raut wajah khawatir, senang bahkan marah. Semuanya membuat pria itu gila.
"Ikutlah denganku ke Italia."
Juliet di buat terkejut sekali lagi. Dia semakin tidak mengerti, kenapa pria asing itu tiba-tiba menculik dan menyuruhnya untuk ikut bersamanya.
"Apa kau sudah gila? Kenapa aku harus ikut denganmu?"
Matteo menghela nafas berat. Dia menatap Juliet tanpa tanggapan sekali lagi. Tatapan itu semakin membuat Juliet tidak nyaman. Dia bukan sebuah barang dagangan, jadi kenapa pria itu menatapnya sedalam itu?
"Kau harus ikut denganku."
"Aku tidak mau!"
Matteo menghela nafas berat sekali lagi. Rahangnya mulai mengeras, dan ekspresi wajahnya semakin berubah.
"Aku akan membayarmu, berapa harga yang kau mau?"
"Kau benar-benar pria gila. Aku tidak menjual tubuhku pada siapapun!"
Tatapan Matteo semakin tajam, saat Juliet melakukan penolakan ke tiga kalinya. Dia tidak pernah memaksa seorang wanita untuk tinggal dengannya sebelumnya. Jadi menurutnya, melakukan itu sama mudahnya dengan membeli barang di pelelangan.
"Lalu apa yang kau mau? Aku akan memberikannya."
"Buka pintu ini. Aku hanya ingin itu."
Matteo semakin di buat kesal. Padahal dia sudah menawarkan segalanya, tapi kenapa? Kenapa Juliet masih tidak mau ikut dengannya?
"Juliet, ikutlah denganku."
"Darimana kau tau namaku? Kau semakin membuatku takut."
"Juliet."
"Aku tidak mau."
Kesabaran Matteo sudah terkuras habis. Apalagi dia harus segera kembali ke Italia. Karena Juliet terus menolak, Matteo berakhir membuat gadis itu tidak sadarkan diri dengan memukul tengkuknya.
...***...
Keesokan harinya, Juliet terbangun setelah pingsan beberapa jam. Dia mulai melihat sekeliling dan sadar, bahwa kamar yang di tempatinya sangat asing.
Mengingat kejadian semalam, dia langsung bangun dan mencoba melarikan diri. Dia berlari keluar kamar. Di tempat itu tidak ada siapapun yang menjaganya, seolah sudah di persiapkan beberapa kesulitan untuk Juliet keluar.
Tepat saat gadis itu berlari mencapai pintu, Matteo berdiri tepat di belakangnya.
"Kau sudah sadar? Aku membuatkanmu makanan. Mari sarapan."
Juliet menoleh dengan cepat. Matanya penuh dengan amarah, namun dia masih bisa menahan diri untuk tidak meninju pria itu.
"Kau! Dimana ini?"
Matteo menggenggam tangannya. Dia juga merapihkan rambut Juliet yang sangat berantakan. Dia tersenyum lalu menjawab, "Italia."
tar lanjut lagi sa kalo dokter nya udah pergi