Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. JADI ART
JADI ART
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Alya duduk dengan canggung di kursi tamu yang besar dan mewah, masih dengan perasaannya yang merasa tidak pantas berada di tempat seperti ini.
Ruang tamu itu begitu megah, dihiasi ornamen-ornamen mahal yang mencerminkan kekayaan dan status pemiliknya, namun justru membuat Alya semakin merasa kecil.
“Mbak... Tolong bawakan air untuk Alya,” ujar Andin pada seorang ART yang berdiri tak jauh dari sana.
"Alya, duduklah, aku mandi dulu," ucap Andin.
"Terima kasih Nyonya," balas Alya.
Setelah memastikan Alya duduk dengan nyaman. Andin kemudian naik ke lantai atas, menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Tidak lama kemudian, seorang ART datang menyajikan camilan dan minuman di hadapan Alya.
Saat menyuguhkan minuman itu, ART tersebut melirik Alya sejenak, namun segera menundukkan kepala ketika tatapan mereka bertemu.
Sesaat kemudian, ART itu berlalu menuju dapur, di mana bisik-bisik mulai terdengar di antara para ART lainnya.
Suara lirih mereka terasa seperti gemuruh di telinga Alya, seakan membawa kembali kenangan pahit dari kampungnya. Kenangan saat dirinya sering menjadi bahan pergunjingan dan hinaan.
Alya semakin merasa kecil di tengah kemewahan ini. Ia hanya duduk mematung dan tidak berani menyentuh makanan atau minuman yang ada di depannya, meskipun tenggorokannya terasa kering dan perutnya mulai melilit lapar.
Rasa malu dan rendah diri menahan tangannya untuk meraih segelas air sekalipun.
Keheningan yang mengisi ruangan itu membuatnya merasa terisolasi, seolah dunia ini bukan tempat yang tepat baginya.
Sementara di lantai atas, suasana berbeda terjadi di kamar Andin dan Arman. Arman yang sudah lebih dulu berada di sana, tampak santai di sofa dengan laptop di pangkuannya.
Ketika Andin masuk dan mulai membuka bajunya hingga hanya mengenakan bra dan celana dalam, Arman hanya melirik sekilas lalu fokus kembali ke laptop.
Seolah tidak ada percikan gairah atau ketertarikan dalam pandangannya saat melihat tubuh Andin yang seksi itu, Arman seakan tidak melihat keberadaannya, sementara Andin hanya melanjutkan kegiatannya tanpa banyak bicara.
**
Tak lama kemudian, Andin turun dari tangga dengan langkah anggun, wajahnya lebih segar setelah membersihkan diri. Lalu ia mendekati Alya yang langsung berdiri dengan gugup.
“Alya, maaf membuatmu menunggu,” kata Andin sambil duduk di hadapan Alya.
Wajahnya tampak serius, namun suaranya lembut yang berkata, “Aku sudah memikirkan situasimu. Kalau kamu kembali ke kampung halamanmu, kemungkinan besar masalahmu akan terus berlanjut. Orang-orang akan terus bergunjing, dan hidupmu tidak akan tenang.”
Alya menunduk mendengar kata-kata Andin yang memang benar. Ia tahu jika kembali ke kampung, ia hanya akan menghadapi cemoohan dan hinaan, bahkan mungkin ancaman dari anak buah Anton.
“Jadi, aku punya tawaran untukmu,” lanjut Andin. “Kamu bisa tinggal di sini, bekerja sebagai asisten rumah tangga. Dengan begitu, kamu tidak perlu kembali ke kampung dan bisa memulai hidup baru.”
Alya terkejut mendengar tawaran itu. Matanya membesar, dan tidak percaya dengan kebaikan hati Andin. “Benarkah, Nyonya? Tapi… saya tidak tahu apakah saya pantas…”
“Kamu tidak perlu merasa rendah diri, Alya. Aku tahu situasimu sulit, dan aku ingin membantu. Lagipula, aku bisa melihat jika kamu adalah gadis yang baik dan jujur. Aku butuh seseorang yang bisa dipercaya di rumah ini," balas Andin dengan tersenyum lembut.
“Terima kasih banyak, Nyonya. Saya benar-benar berterima kasih… Saya akan bekerja keras dan tidak akan mengecewakan Nyonya," jawab Alya dengan air mata yang hampir menetes karena saking terharu dan bersyukur.
“Bagus. Kamu bisa mulai besok pagi. Sekarang, aku akan meminta ART menyiapkan kamar untukmu. Istirahatlah dulu malam ini," balas Andin seraya mengangguk puas.
**
Malam itu, Alya pun tidur di kamar yang disediakan untuknya, sebuah ruangan sederhana namun nyaman.
Hatinya sangat bersyukur karena mempunyai harapan baru.
Meski hidupnya baru saja mengalami goncangan besar, ia merasa bahwa ini adalah awal yang baru. Ia akan bekerja keras dan membuktikan bahwa ia pantas mendapat kesempatan ini.
***
Keesokan harinya, Alya mulai bekerja di rumah besar itu. Pagi-pagi sekali, ia sudah bangun dan mulai membantu ART lainnya.
Ia mencuci, menyapu, dan membersihkan seluruh sudut rumah dengan telaten. Setiap pekerjaan ia lakukan dengan sepenuh hati, dan tidak pernah mengeluh, meski ia merasa mulai lelah.
Sementara, Andin yang mengawasi dari kejauhan, ia semakin yakin bahwa keputusannya mempekerjakan Alya adalah langkah yang tepat.
Alya bekerja dengan giat, bahkan lebih rajin daripada ART lainnya. Ia selalu memastikan setiap pekerjaan selesai dengan sempurna, tanpa ada yang terlewat.
Selain itu, Alya juga selalu bersikap sopan dan hormat hingga membuat Andin merasa nyaman dengan kehadirannya.
Suatu pagi, saat Alya sedang membersihkan ruang tamu, tiba-tiba Andin mendekatinya. “Alya, aku lihat kamu bekerja sangat baik. Aku senang kamu mau tinggal dan bekerja di sini.”
Alya tersenyum, meski tangannya terus bekerja menyeka debu di meja. “Terima kasih, Nyonya. Saya hanya ingin membalas kebaikan Nyonya.”
“Kamu sudah lebih dari membalasnya,” balas Andin. “Jangan ragu untuk meminta apapun yang kamu butuhkan. Kamu adalah bagian dari rumah ini sekarang.”
“Saya tidak membutuhkan apa-apa, Nyonya. Bisa bekerja dan tinggal di sini sudah lebih dari cukup bagi saya," balas Alya, hatinya merasa hangat mendengar kata-kata itu.
**
Hari demi hari berlalu, dan Alya terus bekerja dengan dedikasi tinggi. Ia tidak hanya menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, tapi juga membantu ART lain yang kesulitan.
Ketekunan dan kerendahannya membuat para ART lain mulai menghormatinya, bahkan beberapa di antaranya mulai bersahabat dengannya.
Andin semakin terkesan dengan Alya. Ia merasa bahwa kehadiran Alya membawa suasana positif di rumahnya.
Alya tidak hanya seorang pekerja yang baik, tapi juga seseorang yang membawa kebaikan hati dan kehangatan, sesuatu yang sudah lama hilang di rumah besar ini.
Andin tidak menyesali keputusannya sedikitpun. Justru, ia mulai merasa bahwa mempekerjakan Alya adalah keputusan terbaik yang pernah ia buat dalam beberapa tahun terakhir.
Alya, dengan segala kesederhanaannya, telah membawa harapan baru di tengah kesuraman yang selama ini menyelimuti kehidupannya.
Namun, tidak pernah Andin bayangkan sama sekali, jika kehadiran Alya itu akan menjadi malapetaka untuk kehidupan rumah tangganya.
Next episode...