Rebirth: Moon Sword

Pagi itu, disambut dengan teriakan Gu Yinchen yang terdengar sangat senang. Padahal, baru lima menit Qing Luan tertidur dan dia sudah dibangunkan oleh suara teriakan yang entah disebabkan karena apa. Udara dingin tidak lagi berani menembus pakaiannya. Di depannya sekarang ini, terlihat sebuah cahaya merah, yang berkobar ke udara, mengeluarkan hawa panas yang membuat pagi itu terasa sangat hangat.

Qing Luan mendapati jubahnya telah kembali pada dirinya. Ketika itu dia tertidur sambil duduk bersandar pada sebuah batu besar. Seperti yang dilihat dan diharapkannya saat ini, Gu Yinchen bangun lebih awal darinya dan sudah berlatih selama sepanjang malam.

Api itu hendak memakan tumpukan kayu bakar sampai berubah menjadi arang bersama dengan tumpukan dedaunan yang bertumpuk mengitarinya seperti sengaja di sapu dan dikumpulkan. Apa yang dilihatnya saat ini mungkin jauh dari apa yang diharapkan olehnya. Dia sulit mempercayainya. Saat dia melihat Gu Yinchen menggenggam sebuah batang kayu bakar lalu, dengan seluruh energi yang berkumpul di telapak tangannya, dia mampu membakarnya dan melemparnya ke setumpuk kayu yang sedang dibakar.

Tak ada satupun tanda kelelahan. Dia tampak bersemangat usai menyelesaikan pembelajaran pertamanya yang terbilang tidak terlalu sulit baginya jika dibandingkan dengan elemen es yang dimiliki oleh Sekte Bulan.

”Apakah kau berlatih semalaman?”

Gu Yinchen memandangi Qing Luan dengan bola matanya yang terbuka lebar serta bekas kehitaman yang ada di bawah matanya. Dia tampak lelah dan kurus bahkan sepertinya, percuma saja Qing Luan bertanya. Semuanya terlihat di wajah Gu Yinchen yang tampak kelelahan.

”Ya. Aku berlatih semalaman. Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi di sini.” jawabnya.

Qing Luan menghampiri. Perhatiannya tertuju pada kedua telapak Gu Yinchen yang terlihat melepuh karena terlalu memaksakan diri. Bagi seorang anak berusia 10 tahun, mereka mungkin akan mudah sekali menyerah pada hal-hal yang bisa membuatnya tertusuk duri kecil. Tetapi, hari ini Qing Luan merasa kalau Gu Yinchen tidak bisa disamakan dengan anak kecil yang biasa dilihatnya.

”Jangan terlalu memaksakan diri. Tubuhmu juga perlu istirahat.” Qing Luan mengeluarkan segulung perban dari balik pakaiannya kemudian membungkus tangannya yang terluka.

”Ini hanya semalam. Aku pernah tidak tidur berhari-hari karena melawan Raja iblis.” batinnya hampir mengarahkannya di depan Qing Luan yang bukan berasal dari masa lalunya. Gu Yinchen akan sangat kebingungan jika sampai dia tidak sengaja mengatakannya dan Qing Luan akan menganggap dirinya sebagai anak yang suka berkhayal.

”Kemana kita akan pergi selanjutnya?” Gu Yinchen penuh semangat usai dia menyelesaikan latihan pertamanya.

Qing Luan berpikir. Melihat wajah Gu Yinchen yang terlihat kelelahan membuatnya ragu ingin melanjutkan. Sekalipun dia meminta agar Gu Yinchen beristirahat dengan tenang di sini, mereka tidak akan aman dengan gangguan para bandit gunung dan kemungkinan monster yang datang menyerang. Tak terlihat satupun rumah yang terbangun diantara bukit-bukit yang mengepung mereka. Bahkan asap yang dikeluarkan dari dalam cerobong tak tampak sedikitpun dari perhatian mereka. Tempat itu hanyalah tanah tandus yang tak dihuni oleh manusia bahkan hewan. Banyak sekali tempat bekas peperangan yang tidak lagi dihuni oleh makhluk hidup dan sepertinya, tempat lembah perbukitan yang menjadi tempat beristirahat malam mereka merupakan salah satunya.

”Kita hanya akan berjalan lurus ke depan. Mungkin kita akan menemukan sesuatu.” tunjuk Qing Luan ke arah sebuah jalan lurus yang tak tampak sedikitpun ujungnya.

”Tapi, sebelum itu aku ingin kau menenteng ini.” Qing Luan kembali merogoh sesuatu yang ada di balik pakaiannya.

Sesuatu itu terlihat seperti sebuah batu kecil berukuran telapak tangan biasa namun memiliki warna hitam legam dan sedikit corak kemerah-merahan seperti larva yang membeku usai keluar dari gunung yang aktif. Qing Luan tampak biasa saja saat dia memberikannya pada Gu Yinchen namun, dia menyarankan agar Gu Yinchen tidak menadahkan tangannya lebih dulu dan membiarkannya menjatuhkannya ke tanah.

Benar apa yang diucapkannya. Batu itu dijatuhkan ke tanah. Muncul suara dentuman benda keras yang mendarat ke tanah hingga membuat tanahnya berubah menjadi cekung dan berlubang. Melihatnya, sudah terbayang dalam benak Gu Yinchen bahwa batu itu sangatlah berat bahkan melebihi berat badannya sendiri.

Oh! Itu kelihatannya hanya batu biasa tetapi kenapa dia terlihat begitu berat sampai mengeluarkan dentuman besar seperti tadi?! Darimana dia mendapatkan benda keramat yang bahkan tidak pernah ada di zaman 50 tahun yang lalu?!

Qing Luan tampak tersenyum-senyum sendiri, menyaksikan kesengsaraan yang akan terjadi pada Gu Yinchen karena dia harus mengangkut batu itu sampai perjalanan mereka selesai. Keheningan itu terjadi selama beberapa saat ketika Gu Yinchen mencoba menghitung berapa berat batu itu namun, berapa kali pun dia memperkirakannya, dia tidak pernah tahu berapa hasilnya.

”Guru! Kau serius ingin membuat jari-jari ku patah dalam sekejap? Aku lebih baik naik turun gunung daripada membawa batu keramat seperti ini!”

”Kau sendiri yang meminta ku. Benda ini berasal dari empedu monster yang membeku namun, masih memiliki energi spiritual di dalamnya. Kau sudah tahu kan? Setiap bagian tubuh monster pasti dialiri energi spiritual sama seperti manusia begitu juga dengan empedu mereka yang keluar dan mengeras seiring waktu. Pertama kali kamu mengangkatnya, batu ini tidak seberat yang kau lihat. Malah lebih ringan dari berat tubuhmu. Namun, seiring berjalan waktu dan seiring kamu bisa mengangkat batu ini, dia akan semakin berat sehingga kamu akan terpaksa mengeluarkan seluruh energimu agar tetap bisa membawanya kemanapun kamu pergi.”

”Maksudnya, pertama kali aku mengangkatnya, batu ini akan sama saja seperti batu biasa?” Gu Yinchen ragu. Kemudian dia mencoba mengangkatnya dengan satu tangan. Benar saja. Batu itu sama seperti batu biasa bahkan terasa sangat ringan seperti helai daun kering.

”Batu itu akan semakin berat bahkan sampai melebihi berat badanmu sendiri. Semua itu, dilakukan untuk melatih fondasi mu agar tidak mudah terjatuh. Sama seperti kau memulai membangun rumah. Kamu pasti memerlukan fondasi yang kuat agar rumah yang kau bangun tidak mudah hancur diterjang angin.”

Gu Yinchen berkedip beberapa kali. Dia mengerti betul apa yang dikatakan Qing Luan padanya. Sama persis yang dikatakan oleh gurunya dulu yang meninggal sebelum perang dengan Raja iblis. Dia mati diserbu oleh para pengkhianat Sekte Matahari. Dan sampai saat ini bahkan setelah kematian pertamanya, dia masih tidak tahu apa yang jadi alasannya.

”Ayo, mulai perjalanannya. Kita akan terus berjalan sampai menemukan sebuah desa atau kota. Dan sampai kita menemukannya, kau harus terus memegangi batu itu, seberapa pun beratnya nanti.” Qing Luan mengacungkan jari telunjuknya ke arah Gu Yinchen. Dan bersamaan dengan itu, berat batu yang ditanggungnya mulai terasa jauh lebih berat dari batu biasa.