NovelToon NovelToon
Kebebasan Berahasia

Kebebasan Berahasia

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Suami ideal / Office Romance
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jojo ans

Kanesa Alfira, yang baru saja mengambil keputusan berani untuk mengundurkan diri dari Tano Group setelah enam tahun dedikasi dan kerja keras, merencanakan liburan sebagai penutup perjalanan kariernya. Dia memilih pulau Komodo sebagai destinasi selama dua minggu untuk mereguk kebebasan dan ketenangan. Namun, nasib seolah bermain-main dengannya ketika liburan tersebut justru mempertemukannya dengan mantan suami dan mantan bosnya, Refaldi Tano. Kejadian tak terduga mulai mewarnai masa liburannya, termasuk kabar mengejutkan tentang kehamilan yang mulai berkembang di rahimnya. Situasi semakin rumit dan kacau ketika Kanesa menyadari kenyataan pahit bahwa dia ternyata belum pernah bercerai secara resmi dengan Refaldi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jojo ans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 23

Keesokan harinya Mas Adi merealisasikan ucapannya. Kami akan kembali ke Jakarta sore ini, aku juga tak berani membantah, Kalau pun aku bersuara belum tentu juga Mas Adi mau mendengarkan sebab dia sudah terniat sekali untuk kembali membawaku ke Jakarta. "Jam berapa berangkatnya?" tanya

Mama

"Jam 3 atau jam 4 gitu besan," jawab Mami

Kami sedang bersantai di depan rumah pagi itu, sedang para lelaki lagi jogging di sekitaran kompleks sekalian beliin

aku mangga, lagi ngidam kayaknya aku. Namun sampai hampir pukul 9 gini mereka belum balik, kata Mama kalau bukan singgah di rumah pak RT paling liatin orang-orang mancing di kolam

Ikan besar milik pak lurah. Masuk

bayar 5000 ribu mau dapat banyak.

atau nggak tetap bayarnya segitu. Ya, biarlah mereka senang-senang sejenak, lagi pula aku tahu Papi itu kalau udah balik Jakarta ya sibuk dan banyak kerjaan, sekali-kali kayak gini malah termasuk langka.

"Selamat pagi."

Terdengar suara perempuan dari arah depan gerbang rumah kami. Aku sangat kenal dengan suara itu, siapa lagi kalau bukan sepupuku yang cerewet bernama Nadia.

"Pagi Nadia, masuk nak," ucap Mama.

Tidak heran sih kalau Nadia berkunjung, kebiasaannya memang seperti itu, ada aku atau tidak di tetap akan datang berkunjung. Namun, ini super bencana.Nadia tidak datang sendiri, dia membawa Dito bersamanya. Bagaimana kalau Mas Adi pulang? Bencana pasti akan terjadi, Nadia astaga.

"Kok nggak bilang kalau ada mertua

kamu di sini?" bisik Nadia. Perempuan itu sepertinya terkejut

dengan keberadaan Mami dan Papi di

sini. "Ya kamu nggak nanya, lagi pula aku kan pikirnya kamu bakal datang

sendirian." "Terus ngapain mertua kamu di sini?"

"Ya suka aja, Mas Adi juga ada." Ku lihat Nadia melotot. "Kalian rujuk?"

Aku menganggukkan kepala. "Sialan Nes, Aku berencana bawa Dito kemari mau pedekatean sama kamu

juga sama Mama dan Papa." Kali ini Aku yang melotot horor mendengar pengakuan Nadia. "Pokoknya nggak mau tahu, gimana caranya kamu bawa Dito pergi dari sini sebelum Mas Adi kembali dari

jogging," tekanku.

"Kalian ngapain sih di depan pintu,

ayuk masuk, tegur Mama.

Aku dan Nadia kemudian masuk ke

dalam rumah. "Dit, masuk," ajak Nadia sementara aku hanya memelototinya.

"Nggak mungkinlah aku langsung

panggil pulang, baru nyampe juga,"

hisik Nadia.

Aku hanya menghela napas sembari berdoa semoga saja Mas Adi dan para bapak tidak segera pulang. Aku tahu sifat Mas Adi akhir-akhir ini, selain

menyebalkan, bucin, manja dia juga emosian. Cermin aja ditonjok apalagi manusia. "Ini siapa?" tanya Mama hingung.

"Eh ini temen Nadia Ma, Dito namanya. Kebetulan kenal dengan Nesa juga. Sengaja Nadia ajak kemari karena.

katanya Nesa mau periksa kandungan,

Dito ini dokter kandungan." Periksa kandungan pantatnya? Astaga Nadia. Kenapa juga aku menceritakan kehamilanku padanya via telpon, kini hal itu dia gunakan sebagai alasan yang tidak masuk akal..

Oh iya sampai sekarang aku masih

bingung dengan laki-laki bernama Dito

itu. Dia mengatakan padaku usianya

27 tahun tapi dia sudah jadi dokter

kandungan. Aneh, itu terlalu muda.

Aku jadi waspada dengannya.

"Halo Tante, saya Dito," tutur Dito

sembari menyalami tangan Mama dan

Mami secara bergantian.

Sementara Aku menginjak kaki

Nadia di balik meja hingga membuat

perempuan itu menutup matanya

dan meringis. Gila saja dia bilang aku

mau periksa kandungan, iya aku tahu

bahwa Dito itu dokter kandungan tapi

memeriksakan diri pada lelaki itu

hanya akan menghantar amarah Mas

Adi nantinya.

"Kenapa Nes, perut kamu nggak enak?

Nggak nyaman?" tanya Mama yang

tiba-tiba panik.

"Nes, kamu baik-baik aja kan? Ya udah

kamu periksa dulu deh," imbuh Mami.

Rasanya aku ingin pergi menceburkan

diri ke kolam yang dipenuhi lumpur.

Sementara ku lihat Dito yang duduk di

antara kami nampak bingung.

"Ehm, iya tadi pagi-pagi sekali perut

aku agak nyeri dan kurang nyaman,

tapi kayaknya sekarang udah

mendingan," dustaku.

Kemarin anaknya pak lurah aja diusir

sama Mas Adi apalagi ini Dito, aku

yakin bukan hanya mengusir, Mas Adi

bakal nonjok deh kayaknya.

"Periksa aja, mumpung teman Nadia

udah di sini," saran Mama.

Aku menjerit dalam hati.

Oke, semoga Mas Adi nggak pulang

dalam 10 menit ke depan.

"Ya udah deh, ke ruang tamu di lantai

atas aja. Nad, temenin dong."

Nadia menganggukkan kepala

kemudian memanggil Dito ikut dengan

kami.

Sesampainya di ruang tamu, Aku

langsung mengumbar rasa kesalku.

"Nad, Kamu ih!" kesalku.

"Ada apa sih ini?"

Kami menatap Dito dan langsung

bingung menjelaskannya dari arah

mana.

"Mbak Nesa hamil? Eh bukannya udah

cerai ya? Maať kalau saya lancang."

"Nggak jadi cerai To, udah rujuk."

Jawaban itu seketika membuat raut

wajah Dito yang ku perhatikan tampak

berubah, tidak seramah seperti awal

tadi.

"Beneran Mbak?" tanyanya.

Aku hanya menganggukkan kepala,

untuk apa juga berbohong.

"Yang tadi itu mertuanya," tambah

Nadia.

Rasanya aku ingin sekali

menghentikan situasi ini. Sebentar lagi

Mas Adi mungkin akan pulang.

"Ah jadi batal ya saya pedekatenya

dengan Mbak Nesa."

"Maaf Dito," sahutku.

Dito tertawa.

"Nggak apa-apa kali Mbak, tenang

aja, entar saya minta dikenalin sama

teman-teman mbak Nadia yang lain.

Dito mengulas senyum, namun senyum

itu tidak lantas langsung membuatku

lega.

"Ya udah To, entar ngomong aja

kalau kandungan Nesa baik-baik aja

di depan para orang tua. Kamu juga

nggak lagi bawa alatkan?"

Dito mengangguk.

Benar-benar situasi yang melegakan

tapi tidak sepenuhnya demikian, aku masih harus segera mengusir Dito dari sini secara halus sebelum Mas Adi kembali.

Setelah beberapa saat akhirnya kami

memutuskan turun.

"Gimana hasilnya?" tanya Mami kepo.

"Iya Gimana Nes?"

Kali ini suara Mama.

"Semuanya baik-baik saja Ma, Mi."

"Iya Tante, kandungannya cukup sehat, namun udah mulai muncul stretchmark."

Pandai sekali Dito mengarang, dia

bahkan tidak memeriksa apapun dari

bagian tubuhku. Lagi pula di perutku

tidak muncul stretchmark.

Tuhan, ampuni kami yang suka

berbohong ini.

"Bagus deh kalau gitu," tutur Mami

dengan senyum sumringah.

"Eh Tante, katanya tadi ada pasien

mendadak di rumah sakit. Dito

kayaknya harus segera pulang," ucap

Nadia dengan kerlingan mata.

"Eh iya? Ya, udah deh."

Beberapa saat kemudian Nadia dan

Dito bergegas pergi dari sana. Aku

mengantar Nadia dan Dito di depan

gerbang. Hingga mataku melotot

melihat sosok Mas Adi di sana.

Kacau.

Kacaulah dunia ini..

1
Kakashi Hatake
Seru banget, thor harus cepat update lagi dong!
Jojo ans: baik, besok aku update ya😇❤️
total 1 replies
Yami CB
Ada apa thor, kok masih lama update? Aku berharap cerita ini tidak berhenti sampai di tengah jalan.
Jojo ans: besok update kok😇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!