NovelToon NovelToon
Lovestruck In The City

Lovestruck In The City

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Keluarga / Karir / Romansa / Bapak rumah tangga / Office Romance
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Bagi beberapa orang, Jakarta adalah tempat menaruh harapan. Tempat mewujudkan beragam asa yang dirajut sedemikian rupa dari kampung halaman.

Namun, bagi Ageeta Mehrani, Jakarta lebih dari itu. Ia adalah kolase dari banyak kejadian. Tempatnya menangis dan tertawa. Tempatnya jatuh, untuk kemudian bangkit lagi dengan kaki-kaki yang tumbuh lebih hebat. Juga, tempatnya menemukan cinta dan mimpi-mimpi baru.

“Kata siapa Ibukota lebih kejam daripada ibu tiri? Kalau katamu begitu, mungkin kamu belum bertemu dengan seseorang yang akan membuatmu menyadari bahwa Jakarta bukan sekadar kota bising penuh debu.”—Ageeta Mehrani, 2024

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Deep Talk

Setelah mengantarkan Scarlett tidur dan memastikan Theresa tidak akan lagi mondar-mandir di luar kamar, Reno bergerak menuruni tangga, menyusul Ageeta yang sebelumnya telah ia minta untuk menunggu di ruang tengah.

Persis di pembatas ruang tengah enggan dapur, Reno menghentikan langkah. Beberapa meter di depannya, Ageeta duduk anteng di atas sofa dengan televisi menyala. Lampu berwarna hangat yang tergantung di sana membuat suasana menjadi lain, seakan memberikan penekanan berlebih bahwa malam ini, Ageetalah sang main character.

Mengatur napas sebentar, Reno melanjutkan langkahnya. Kedua tangannya tidak dalam keadaan kosong, ada dua cangkir teh melati yang sempat ia seduh sebelum datang menghampiri Ageeta.

“Nonton apa kamu?” tanyanya begitu tiba di sisi sofa. Yang ditanya menoleh dan langsung bergeser cukup jauh ke sisi kanan, memberikan Reno ruang untuk duduk.

“Inside Out 2,” jawab gadis itu ketika Reno sudah duduk di sebelahnya. “Scarlett udah tidur?”

Reno mengangguk. Satu cangkir teh dioper langsung ke tangan Ageeta, satu lagi ia genggam erat di kedua tangan demi merasakan sensasi hangatnya menyebar.

Untuk beberapa lama, tidak ada lagi percakapan di antara keduanya. Mereka sama-sama memfokuskan pandangan pada layar televisi, di mana film yang ditayangkan di sana sudah hampir mencapai klimaksnya.

Sesekali, Reno menyesap teh melati miliknya, membiarkan cairan beraroma harum itu menggenang di tenggorokannya selama beberapa detik sebelum menelannya. Hangat menjalari tenggorokannya kemudian, cukup membantu meredakan kegugupan dan sedikit gundah yang masih ia rasakan sampai beberapa waktu ke belakang.

“Di rumah yang sebesar ini, Pak Reno cuma tinggal bertiga aja sama Scarlett dan Mami?”

Reno urung menyesap tehnya sekali lagi. Satu detik penuh ia membiarkan cangkir menggantung di depan bibirnya, sebelum diturunkan dan ditinggalkan ke atas meja hanya agar dirinya bisa menatap lekat-lekat manik gelap milik Ageeta.

“Yes,” jawabnya.

Sang gadis manggut-manggut, lalu menyesap teh di cangkirnya yang masih mengepulkan asap sambil kembali fokus menatap layar televisi.

Reno berpikir sebentar sebelum kembali membuka suara. Memastikan cangkir teh sudah menjauh dari bibir Ageeta dan gadis itu tidak sedang menyimpan cairan teh di dalam mulutnya.

“Saya nggak punya istri,” ucapnya. Sesuai prediksi, Ageeta menoleh dengan dahi yang berkerut banyak. Gadis itu tidak pernah pandai menyembunyikan ekspresi, jadi Reno bisa membaca keterkejutannya yang terpampang jelas.

Kendati bibir Ageeta sudah setengah terbuka, nyatanya Reno tidak kunjung mendengar kalimat apa pun keluar dari bibir sang gadis. Maka, ia memutuskan untuk menjadi seseorang yang kembali bersuara.

“Kamu pasti bertanya-tanya di mana istri saya, kan?”

Butuh waktu cukup lama sampai Reno melihat Ageeta mengangguk pelan. Selanjutnya, gadis itu ikut meletakkan cangkirnya di atas meja dan mulai sepenuhnya mencurahkan fokus.

“Saya tahu ini lancang, tapi pertanyaan itu muncul begitu aja di kepala saya,” ungkap sang gadis.

Menanggapinya, Reno mengulaskan senyum tipis. “No need to worry about that. Saya ajak kamu ke sini emang untuk jelasin soal itu.” Membawanya pandangannya kembali ke depan, Reno menyusun kembali kalimat di kepalanya agar bisa diucapkan dengan benar.

Total enam detik ia habiskan, lalu bibirnya mulai kembali terbuka setelah satu kali tarikan napas panjang.

“Saya dan maminya Scarlett nggak pernah menikah, we just agreed to raise her together,” mulainya. Karena di rungunya tidak tertangkap sahutan atau suara apa pun yang menunjukkan ekspresi tanggapan, ia melanjutkan, “Situasinya nggak memungkinkan buat kami menikah waktu itu. Lagi pula, saya adalah orang yang percaya bahwa menikah harus dilakukan dengan seseorang yang saya cintai, and I don’t love her—maybe could never. Tapi saya juga nggak mau melepaskan tanggung jawab atas putri saya, darah daging saya, so we made that decision.”

Sampai tarikan napas selanjutnya, Reno masih tidak mendengar Ageeta mengatakan apa-apa. Otaknya meminta untuk tetap diam dan melanjutkan cerita yang perlu tanpa menolehkan kepala, tetapi sesuatu yang berbisik di telinganya mendorong agar apa-apa yang selanjutnya akan dia katakan, dikatakan dengan melakukan kontak mata. Dan seperti yang sudah-sudah, otaknya selalu kalah dengan bisikan lain yang datangnya entah dari mana.

Reno menolehkan kepala, hanya untuk menemukan Ageeta terdiam dengan raut wajah yang terlalu sulit untuk dibaca. Tidak ada penghakiman dari sorot matanya, tetapi ia juga tidak menemukan adanya pemakluman—atau mungkin ada, tetapi tersembunyi terlalu jauh sampai tidak bisa dijangkau oleh siapa-siapa.

“Yah, saya tahu masih nggak umum untuk membesarkan seorang anak tanpa adanya ikatan pernikahan di negara kita tercinta ini. Tapi, ya, mau bagaimana lagi? Waktu itu, keputusan ini adalah yang terbaik untuk saya dan maminya Scarlett bisa ambil.” Reno mengakhiri kalimatnya dengan tawa sumbang, sebuah upaya untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa keputusan yang telah ia ambil sudah tepat.

“Itu adalah keputusan yang tepat.” Setelah sekian lama, Ageeta akhirnya buka suara. Reno juga menyaksikan sendiri bagaimana gadis itu mulai menarik ujung-ujung bibirnya, tersenyum tipis sambil menggerakkan kepalanya naik turun dengan gerakan lambat dan tipis-tipis.

Sekarang, giliran Reno yang dibuat terdiam. Terlebih saat Ageeta mulai membuka bibirnya lagi, mengatakan lebih banyak hal.

“Di luar sana, ada banyak anak-anak nggak berdosa yang end up di panti asuhan atau bahkan dibuang ke jalanan cuma karena orang tua mereka nggak mau tanggung jawab. Tumbuh kesepian, kurang kasih sayang dan nggak jarang yang harus berjibaku sama omongan miring orang-orang, padahal bukan mereka juga yang udah berbuat kesalahan.” Ada jeda yang Ageeta ciptakan untuk menarik napas cukup dalam setelahnya.

Membicarakan soal anak-anak yang tidak beruntung itu selalu menggores hati Ageeta, terlebih karena ia adalah salah satunya. Tetapi malam ini, Ageeta tidak sedang ingin mengasihani diri sendiri. Sebaliknya, ia justru ingin memberikan sedikit apresiasi kepada Reno karena telah berani mengambil tanggung jawab yang begitu besar.

“Semua orang pernah berbuat kesalahan, tapi nggak semuanya punya keberanian buat tanggung jawab, but you did.” Seulas senyum turut menyertai di akhir kalimat yang ia ucapkan. Tatapannya jatuh tulus pada Reno yang diam mendengarkan. “Bapak hebat, saya yakin Scarlett bangga punya ayah kayak Bapak.” Pungkasnya, dilengkapi acungan dua jempol.

Mendengar itu, dada Reno langsung terasa plong. Ternyata memang tidak semenakutkan seperti yang sebelumnya ia pikirkan. Ternyata Laras memang benar soal Ageeta yang tidak akan menghakimi segala sesuatu dengan begitu mudahnya. Ternyata... Ia memang telah mengambil sebuah keputusan yang tepat.

...****************...

Di belahan bumi yang lain, Laras sedang mengemban tugas yang tidak kalah berat daripada yang pernah didelegasikan sebelumnya. Sebuah tugas yang mempertaruhkan hidup, mempertaruhkan nyawanya.

Entah sudah berapa kali ia bersin-bersin semenjak ada Rooney di rumahnya. Yah, salahnya sendiri kenapa mau-mau saja ketika disuruh oleh Reno untuk mengurus anak bulu milik Ageeta itu selagi sang empunya dipinjam sebentar. Padahal jelas-jelas ia punya alergi terhadap bulu kucing dan efeknya bisa lebih parah jika kontak yang dilakukan semakin banyak.

“Miaw....” si kecil berbulu mengeong lagi, entah sudah ke-berapa kali.

Laras mendesah kasar. Tidak mengerti apa sebenarnya yang diinginkan oleh bocah bulu itu sehingga masih terus mengeong bahkan setelah diberi makan dan minum susu. Seumur-umur, Laras tidak pernah memiliki hewan peliharaan. Selain karena memiliki alergi, itu juga cukup merepotkan—plus tanggung jawabnya yang besar.

“Apa lagi?” tanyanya, sedikit meninggikan nada suara sehingga Rooney yang masih mengeong seketika terdiam.

Bukannya lega, Laras malah panik bukan kepalang. Apakah hewan juga memiliki perasaan? Apakah mereka juga bisa merasakan sakit hati ketika mendengar seseorang berbicara dengan nada tinggi seperti barusan? Apakah Rooney akan menangis sebentar lagi? Oh, apa yang harus dia lakukan sekarang?

“Arghhh! Reno sialan!!!” frustrasi, Laras mengacak rambutnya sendiri sampai berantakan tidak keruan. Seharusnya, ia mendengarkan ucapan kakaknya untuk tidak menyayangi seseorang secara berlebihan. Karena sekarang, dirinya benar-benar jadi susah sendiri.

Bersambung....

1
F.T Zira
lha... gak sadar main nyelonong😅😅😅..
ninggalin 🌹 dulu buat ka author✌️✌️✌️
Zenun
Tidur aja, Renonya lagi kena pelet masa lalu😁. Tapi dia lagi di obatin sama Noa sama Laras kok
nowitsrain: Atuh nggak bisa goyang
Zenun: ehehehehe, digoyangin aja
total 5 replies
Zenun
tuh dengerin Ren
nowitsrain: Iyaaa
Zenun: ya ampun, se-rombeng itukah kuping Reo
total 5 replies
Dewi Payang
Untung bukan roh jahat🤣🤣
Dewi Payang: wkwk🤣
nowitsrain: Roh jahat mah udah dipaten sama Pak Ruben
total 2 replies
Dewi Payang
Sisa hidup kamu Ren.... ingat kata2 itu Ren....😄😄
Dewi Payang: 😄😄😄😄😄
nowitsrain: Iya tuuu
total 2 replies
Dewi Payang
Jangan, tar kamu jadi kuda lumping Ren
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣
nowitsrain: Wkwk mau debus dia kak
total 2 replies
Alesha Qonita
baca judulnya mirip sama drakornya babang ichang dan mami Ji-won 😂, Yangyang couple 🤭
Dewi Payang
sepupuan yaa saama si Laras?
nowitsrain: Bukan Kak hehe
total 1 replies
Dewi Payang
Untuk selalu ada? What? Aduh Ren....
Dewi Payang: 🥺🥺🥺🥺🥺🥺
nowitsrain: Sebagai sesama manusia 😭
total 2 replies
Nana Hazie
kenapa teresa nggak suka banget ma clarisa ya
Aresteia
good
esterinalee
luar biasa
Zenun
tuh kan tuh kan
nowitsrain: Salahhhhhh sayangkuuu
Zenun: iiiihh bener itu
total 5 replies
Zenun
setelin lagi last child coba
Zenun: penantian😄
nowitsrain: Wkwk lagu yang mana nih yang cocok untuk menggambarkan suasana suram ini
total 2 replies
Zenun
ada mah, di dengkul hehe
Zenun: hihihihi
nowitsrain: Wow, pantes...
total 2 replies
Zenun
lagi begulet jangan-jangan
Zenun: nyok 🏃‍♀️
nowitsrain: Astaghfirullah... ayo kita grebek!
total 2 replies
Zenun
Omelin mak. Reno masih aja bermain-main sama masa lalu hihihi
Zenun: Reno sukanya nyari kuman nih
nowitsrain: Emang sukanya nyari penyakit
total 2 replies
Dewi Payang
Ren.... Ren... bisa ga sih, ga usah pake peluk2 gitu.....
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣👍
nowitsrain: Bener sih ini...
total 6 replies
Dewi Payang
Seperti Clarissa bakalan lama deh Mam,🤭
nowitsrain: Betul...
Dewi Payang: Dia memang gak jahat kak, tapi situasi akan membuat dia terlihat jahat karena berada diantara Reno dan Ageeta, iya gak kak....
total 7 replies
Dewi Payang
Baru baca fikirannya si Mami, kok udah buat aku antipati sama si Clarissa🤭
nowitsrain: 😌😌 begitulah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!