Kanesa Alfira, yang baru saja mengambil keputusan berani untuk mengundurkan diri dari Tano Group setelah enam tahun dedikasi dan kerja keras, merencanakan liburan sebagai penutup perjalanan kariernya. Dia memilih pulau Komodo sebagai destinasi selama dua minggu untuk mereguk kebebasan dan ketenangan. Namun, nasib seolah bermain-main dengannya ketika liburan tersebut justru mempertemukannya dengan mantan suami dan mantan bosnya, Refaldi Tano. Kejadian tak terduga mulai mewarnai masa liburannya, termasuk kabar mengejutkan tentang kehamilan yang mulai berkembang di rahimnya. Situasi semakin rumit dan kacau ketika Kanesa menyadari kenyataan pahit bahwa dia ternyata belum pernah bercerai secara resmi dengan Refaldi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jojo ans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19
Setelah menemani Mas Adi bekerja
seharian, kami akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Bukan rumah orang tuaku tapi rumah Mami Deasye dan Papi Daud, mertuaku. "Kamu nggak pengen makan apa gitu?"
tanya Mas Adi. Entah sudah berapa kali dia
menanyakan itu. Sejak kami dari kantor lelaki itu terus bertanya tentang makanan yang aku ingin makan. Tapi aku tidak ingin makan sekarang, aku hanya ingin segera sampai dan tidur dalam pelukan Mas Adi.
"Nggak Mas, aku lagi pengen makan kamu aja," ucapku ngasal. "Makan aku?" tanya Mas Adi dengan
pandangan menggoda. Astaga sepertinya aku salah bicara.
"Kamu tahu bukan itu maksudku Mas." Aku kesal.
"Iya sayang, aku tahu kok. Jangan marah gitulah. Baru aja baikan." Mas Adi membelokkan mobil ke arah pekarangan rumah kediaman keluarga
Tano. "Selamat datang Tuan putri," ujar Mas Adi setelah membukakan pintu mobil.
Aku berasa masuk ke dalam istana, entah kapan terakhir kali aku di rumah ini, rasanya sudah lama sekali. Rumah nampak ramai.
"Mas kok rame banget? Mami sama. Papi ada tamu?" tanyaku dengan nada
bingung sambil turun dari mobil. "Katanya Mami mau buat syukuran kembalinya menantu kesayangannya," Jawab Mas Adi yang langsung membuatku terhenyak dengan rahang
yang hampir jatuh. Syukuran? Apa itu nggak berlebihan? Aku dan Mas Adi memutuskan untuk langsung naik ke lantai atas melalui tangga depan, kata Mas Adi kita ganti
pakaian dulu. Lagi pula aku juga
sudah gerah dengan pakaian yang kugunakan sejak pagi tadi.
"Kita nggak usah turun ke bawah deh," cetus Mas Adi saat kami sudah bersiap-siap untuk turun dan menemui keluarga besar Tano di lantai bawah.
"Kok gitu Mas? Mas nggak lihat nih aku udah siap?" Aku sedikit kesal. Aku sudah
berdandan cantik dan dengan seenaknya Mas Adi berkata bahwa nggak usah turun. Enak aja.
"Baju kamu terlalu terbuka Fira."
Mas Adi kembali menatap gaun
biru yang sedang aku pakai malam ini. Gaun itu model sabrina hingga menampilkan pundakku. Memang gaun itu hanya sebatas paha yang tentu akan mengekspos kakiku. Namun kupikir tamu undangan
syukuran yang Mami Deasye adakan
hanya keluarga tidak ada tamu yang lain.
"Oh My God, Mas aku udah biasa pakai
kayak beginian. Yang lalu juga kamu Jarang protes tapi sekarang kenapa jadi posesif kek gini sih Mas?"
"Kamu itu hanya milik aku Fir." Mas Adi mendekat dan mengecup pundak terbukaku. Seketika aku langsung menjerit pelan saat
merasakan gigitan di bahuku. Aku langsung menghadap cermin dan melihat kissmark di sana.
"Mas!!"
Aku berteriak kesal. Bisa-bisa dia membuat tanda di tempat yang memang tidak bisa aku tutupi dan jalan satu-satunya adalah ganti gaun.
Menghabiskan waktu saja.
"Ganti baju kamu."
Mas Adi menampakkan senyuman miringnya. 15 menit kemudian kami sudah
menuruni tangga, aku memasang wajah cemberut. "Kamu marah?" tanya Mas Adi.
"Menurut Ngana?" Terdengar jelas sekali nada kesal dalam ucapanku, keterlaluan kalau
Mas Adi bahkan tidak menyadarinya. "Iya deh maafin aku, aku cuma nggak mau tubuh kamu diliatin semua orang Fir."
"Nggak sekalian Mas kafanin?"
Mas Adi terkekeh mendengar
ucapanku.
"Yang di bawah kan cuma keluarga kamu Mas."
"Tapi tetap ada yang laki kan?" Aku menyerah karena merasa semakin
kesal
"Aku kesal sama kamu Mas." "Mas juga cinta kamu kok Fir."
"Masss!!!!"
"Menantu kesayangan Mami," teriak Mami Deasy heboh. Wanita itu menghampiriku dan
langsung memeluk erat tubuhku
hingga membuatku meringis. "MI. Fira lagi hamil. Meluknya jangan kekencangan gitu," teriak Mas Adi
panik.
"Kamu hamil Nes?"
Oh iya Mami dan Papi belum tahu
tentang kehamilanku. Aku yakin mereka pasti akan heboh. Aku menganggukkan kepala di
depan Mami yang sedang menunggu
jawabanku.
"Puji Syukur Mami bakalan dapet
cucul"
"Papi! Mami bakal dapet Cucu." "Alin, Lia, Yena. Aku bakal jadi nenek."
Mama mertuaku itu benar-benar super heboh. Dia bahkan memanggil saudara dan para sepupunya untuk
mendengarkan kabar kehamilanku. Astaga memalukan sekali. Dari arah selatan kulihat Gisha bersama suaminya.
"Mbak Nesa, Gisha kangen!" sahutnya
dan langsung memelukku.
"Berita Mas Adi sama Mbak Nesa
rujuk udah heboh di grup keluarga,
apalagi tadi dengar Mbak Nesa hamil
ya? Seneng banget deh bakal punya
ponakan."
Semua orang menyambutku
dengan baik dan itu membuatku
merasa terharu sendiri, mereka
benar-benar menyayangiku dan tetap
menginginkan posisiku berada di
tengah-tengah kehidupan mereka.
Syukuran berlangsung dengan lancar
dan terasa sangat menyenangkan.
Adi menatap kagum wajah istrinya
yang kini diterpa sinar matahari.
Pundak bersih perempuan itu terlihat
bersinar.
Telah lama ini menjadi mimpi-mimpi
Adi di beberapa bulan belakang ketika
dia mencoba hidup tanpa Kanesa
Alfira dan kini semuanya nyata. Ketika
dia membuka mata, ada seseorang
yang dia cintai tidur di sampingnya.
Adi mengecup pundak terbuka Kanesa
dan membuat perempuan itu terusik.
Kanesa perlahan-lahan membuka
matanya dan menatap Adi.
"Mas!"
Kanesa kembali menutup wajahnya
dengan selimut, dia malu tentu saja.
Semalam mereka baru saja....
Sial-sial! Wajah Kanesa memerah mengingat bayangan bagaimana tadi
malam mereka berbagi kasih.
"Kenapa Fir?"
Adi berusaha menarik selimut yang
menutupi wajah istrinya.
"Aku malu Mas," tutur Kanesa di balik
selimut.
"Malu kenapa?"
Adi semakin tersenyum melihat
tingkah menggemaskan Kanesa.
"Th Mas!"
Kanesa semakin merapatkan selimut
ditubuhnya.
Tapi semakin dia merapatkan semakin gencar Adi menariknya hingga akhirnya selimut itu sedikit terlempar dan menampilkan tubuh polos Kanesa sebatas perutnya. Dengan cepat
perempuan itu menyilangkan tangan
di depan dada.
"Mata kamu Mas," teriak Kanesa dan
kembali menarik selimut.
"Mataku baru saja mendapatkan
vitamin," ucap Adi terkekeh.
Laki-laki itu kemudian beranjak darı
ranjang menuju kamar mandi dan hal
itu berhasil membuat Kanesa berteriak
histeris.
"Masi!"
"Apaan sih! Aku udah lihat kali
semalam," tutur Adi sambil
senyam-senyum. Ternyata jatuh cinta
lagi itu, begini rasanya.