Amanda Zara Kirana tidak pernah menyangka bahtera pernikahan yang baru setahun berlayar diterjang badai. Nakhoda kapalnya menghilang setelah meminta izin bermain bilyard bersama temannya.
Amanda terombang-ambing. Segala usaha telah dia lakukan untuk mencari Aditya. Namun, jejak sang suami bagai ditelan bumi.
Tiga tahun setelah sang suami menghilang, Amanda tanpa sengaja melihat seorang pria yang mirip dengan Aditya. Mereka bagaikan pinang dibelah dua. siapakah pria itu? Di manakah Aditya sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Enam
Setelah melalui pertimbangan akhirnya Aditya memutuskan datang. Dia membawa istrinya Salsa untuk ikut. Jam tujuh mereka berdua telah siap dan berencana langsung menuju kafe milik Amanda.
Dengan ragu dia menjalankan mobilnya menuju tujuan. Jam hampir menunjukan pukul delapan saat dia sampai di kafe. Telah banyak yang hadir termasuk Angga.
Aditya lalu menyalami temannya satu persatu. Dia lalu mengenalkan Salsa.
"Semuanya, kenalkan ini istriku, Salsa!" seru Aditya.
Saat dia memperkenalkan Salsa, bertepatan Amanda sedang berdiri di belakang pria itu. Langkahnya yang ingin menyajikan minuman terhenti. Walau talak telah dijatuhkan suaminya, tetap saja sesak dia rasakan.
Amanda menarik napas panjang dan dalam, lalu membuangnya untuk meredakan rasa gugup. Dia kembali berjalan untuk menyajikan minuman pembuka. Di belakang Amanda ada lima karyawannya mengikuti.
Dengan perlahan Amanda mendekati meja di mana ada Angga dan juga mantan suaminya. Salsa yang tampak sangat terkejut melihat kehadirannya. Dia menatap wanita itu tanpa kedip.
"Maaf, Pak. Ini minuman pembukanya," ucap Amanda.
"Aduh, aku merasa sangat terhormat, pemilik langsung yang melayani," ucap Angga.
"Sebagai pemilik justru aku ingin memberikan yang terbaik untuk pelanggan," ucap Amanda.
"Terima kasih atas layanannya. Sepertinya aku akan jadi pelanggan di kafe ini," balas Angga.
"Alhamdulillah jika Bapak menyukai layanan kafe ini," ujar Amanda.
Aditya hanya diam, tapi matanya terus melirik ke arah Amanda. Setelah menyajikan minuman dan makanan pembuka, Amanda pergi.
"Wanita yang sangat berkelas. Aku suka wanita seperti itu. Kalian sering bertanya, kapan aku menikah. Sekarang aku telah ada jawabnya, aku akan menikah jika mendapatkan istri seperti wanita tadi," ucap Angga sambil tersenyum.
"Kalau memang kamu suka dengan wanita seperti tadi, kenapa tak kamu dekati saja," ucap salah seorang teman mereka.
"Aku belum tau statusnya. Apakah gadis, janda atau istri orang," balas Angga.
"Kalau janda apa kamu mau?" tanya seorang teman lainnya.
"Tak masalah janda. Yang aku takuti dia istrinya orang. Berarti tak ada harapan bagiku mendekati. Aku tak akan mau jadi pebinor, bagiku seseorang yang menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan orang lain, adalah manusia paling tak bermoral. Seperti tak ada yang lain saja. Apa sudah tak laku sehingga mau mendekati mereka yang telah menikah," jawab Angga.
Jawaban Angga itu membuat Salsa jadi tersedak karena sedang makan. Aditya lalu memberikan minuman. Dia yakin sang istri merasa tersindir dengan ucapan Angga.
Mereka mengobrol hingga akhirnya makanan utama di sajikan. Kembali Amanda membantu karyawannya untuk menyajikan makanan.
Aditya tak berkedip memandangi mantan istrinya itu. Wajah Amanda terlihat makin berseri. Dia lalu memberikan senyuman tapi digubris.
"Apa Bu Amanda mau menemani kami makan?" tanya Angga.
"Maaf, Pak. Aku merasa tak enak. Apa lagi nanti ada yang merasa terganggu," ucap Amanda menyindir mantan suaminya dan sang istri.
"Aku rasa tak ada yang keberatan. Justru pasti senang karena pemilik kafe bersedia menemani kami," ujar Angga lagi.
"Betul apa yang dikatakan Angga, Bu," jawab salah seorang dari mereka.
Setelah berbagai rayuan, akhirnya Amanda mau menemani mereka. Duduk di meja yang sama dengan mantan suami dan istrinya. Wanita itu tampak cemberut.
"Maaf, jika pertanyaan saya agak bersifat pribadi. Apa Bu Amanda masih single atau telah menikah?" tanya seorang teman lainnya.
"Saya janda, Pak," jawab Amanda.
"Jadi saat ini masih sendiri berarti. Jika ada yang mau mendekati berarti boleh, dong?" tanya yang lain.
"Saya masih proses cerai. Semoga semua berjalan cepat dan tanpa ada hambatan," ucap Amanda.
Mereka mengobrol sambil menyantap makanan. Hingga tak terasa jam telah menunjukan pukul sebelas malam. Semuanya pamit begitu juga dengan Aditya dan istrinya.
"Besok aku kesini lagi jika masih ada pembayaran yang kurang," ucap Angga sebelum pamit.
"Sepertinya tidak ada yang kurang, Pak," jawab Amanda.
"Apa aku boleh meminta sesuatu?" tanya Angga.
"Jika itu bisa dan mudah akan aku lakukan," jawab Amanda.
"Agar lebih akrab, jangan panggil Bapak. Aku belum pernah nikah, loh! Panggil nama saja," balas Angga.
"Oh itu, tapi kalau aku panggil Mas Angga saja, bagaimana? Untuk menghargai," ujar Amanda.
"Tentu saja, boleh. Sekali lagi terima kasih Amanda," ucap Angga.
"Terima kasih kembali Mas Angga. Semoga layanan kami memuaskan," kata Amanda.
"Sangat memuaskan. Aku rasa temanku semuanya juga merasakan hal yang sama," balas Angga lagi.
Setelah itu Angga dan seluruh temannya pamit dan meninggalkan kafe. Tampak Angga tersenyum semringah ketika meninggalkan tempat itu.
Sementara itu di dalam mobil, Aditya dan istrinya saling diam. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka.
"Kamu menyesal berpisah dengan Amanda, Bang?" tanya Salsa memecah kesunyian.
Aditya melirik sebentar ke samping. Di mana istrinya duduk. Setelah itu kembali fokus menyetir tanpa menjawab pertanyaannya.
"Mbak Amanda makin sukses. Aku cari tau ternyata cabang kafenya sudah ada empat. Luar kota dua, dalam kota sini ada dua. Apa yang membuat kamu memutuskan berpisah dengannya?" tanya Salsa.
Aditya kembali melirik istrinya. Dia menarik napas sebelum menjawabnya.
"Aku punya alasan kuat untuk berpisah. Sudah aku katakan, semua demi kebaikan aku dan dia. Kami tak mungkin bersama."
"Apa Abang bohong padaku, sebenarnya Abang mencintai Amanda 'kan?" tanya Salsa. Bukan tanpa alasan dia bertanya, karena sang suami yang sering kedapatan mencuri pandang pada mantan istrinya itu.
Aditya bergeming. Tak menjawab pertanyaan istrinya. Dia terus saja menyetir seolah tak ada orang di sampingnya.
"Bang, benar'kan tebakanku kalau sebenarnya kamu mencintai Amanda?" Kembali Salsa mengajukan pertanyaan.