Demi pengobatan sang ibu, Bella rela menjadi simpanan Steven, CEO PT. Graha Sanatama. Namun, jodoh dan maut di tangan Tuhan. Sang ibu tetap tak dapat diselamatkan.
Setelah ibunya meninggal, Bella melepaskan diri dari Steven. Namun, takdir kembali mempertemukan mereka ketika Bella diperkenalkan kepada keluarga Axel, kekasih barunya. Tanpa di sangka ternyata pria itu adalah adiknya Steven.
Steven cemburu melihat kemesraan Axel dan Bella. Dia nekat merebut kembali Bella dari adiknya itu.
Apakah takdir tetap mempersatukan Bella dan Steven, sedangkan ada hati lain di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Satu
Setelah mandi dan sarapan, Steven lalu mengajak Bella langsung pergi meninggalkan apartemen. Di dalam mobil wanita itu hanya diam. Dia masih ke pikiran tentang ancaman pria itu. Takut jika benar di bawa ke hutan.
Matanya terasa mengantuk karena sepanjang perjalanan hujan turun dengan deras. Namun, Bella tak berani untuk memejamkan mata. Selain karena takut akan di bawa ke hutan, dia juga takut dengan Steven. Takut jika pria itu melakukan hal kejam lainnya.
Steven melirik ke samping, dilihatnya wanita itu yang sedang berusaha mengusir rasa kantuknya. Dia memegang kepala Bella dan meletakan di bahunya. Memeluk pundak wanita itu.
Rasa kantuk membuat Bella akhirnya tertidur. Dia tak menyadari lagi jika kepalanya telah berada di dada Steven. Pria itu memeluk erat dirinya.
Hingga siang, Steven membangunkan Bella dengan memukul pipinya dengan pelan. Wanita itu membuka mata. Wajahnya begitu dekat dengan pria itu. Dia terdiam saat mata mereka bertemu.
Steven lalu mengecup bibir Bella dengan pelan membuat wanita itu melongo. Digigit kecil bibir wanita itu. Han yang tak sengaja memandang dari spion langsung membuang muka.
"Jangan membuatku tak jadi mengajakmu makan. Kalau kamu memandangku begitu, bisa-bisa kamu langsung ku bawa ke hotel saja!" seru Steven.
Bella langsung bangun. Dan memperbaiki bajunya. Dia membuka pintu mobil dan keluar. Steven mengajaknya ke ruang VIP restoran itu. Han mengikuti dari belakang.
Di tempat lain, Nicky baru terbangun. Semalam dia baru pulang jam dua dini hari dari sebuah club. Begitulah yang selalu dia lakukan, hanya mama Marni tak pernah tahu, sehingga dia selalu saja membanggakan menantunya itu.
Keluar dari kamar, Nicky langsung menuju ruang makan. Bibi yang melihat majikannya langsung menghampiri.
"Bu, tadi ada orang kantor bapak memberikan berkas ini," ucap Bibi dengan menyerahkan amplop coklat besar pada majikannya itu.
Nicky mengambil berkas itu dan membukanya. Dia membacanya dan wajah wanita itu langsung berubah memerah, seperti menahan amarah.
"Aku tak akan mau menandatangani surat perceraian ini. Apa kau pikir bisa pergi dariku dengan mudah. Aku yakin kau ada wanita lain. Akan aku cari tau siapa wanita yang telah membuatmu berubah begini!"
Nicky memasukan kembali surat gugatan cerai dari Steven. Dia masuk ke kamar dan segera mandi. Setelah berpakaian rapi wanita itu menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Dia ingin ke rumah orang tua suaminya.
Sepanjang perjalanan sesekali Nicky memukul setir mobil. Tak terima jika diceraikan. Sejak awal pernikahan memang mereka sudah ada masalah, tapi Nicky menyadari jika perubahan sikap Steven baru enam bulan belakangan ini. Dia sama sekali tak mau menyentuhnya.
"Bagaimana aku bisa hamil jika berhubungan badan saja kami tak pernah. Aku harus mencari cara agar dia bisa tidur denganku lagi!" gumam Nicky dengan dirinya sendiri.
Satu jam perjalanan, akhirnya Nicky sampai di rumah mertuanya. Sebelum keluar dari mobil, dia meneteskan obat mata agar matanya terlihat berair dan di kira menangis.
Nicky berjalan dengan sedikit berlari menuju pintu utama rumah mertuanya. Melihat mama Marni duduk di ruang keluarga, dia langsung memeluk wanita itu. Menangis terisak.
"Kamu kenapa, Nicky?" tanya Mama Marni kuatir.
"Ma, Steven mau menceraikan aku. Apa salahku, Ma? Selama ini aku sudah berusaha menjadi istri yang baik. Apa maunya sudah aku ikuti. Aku tak pernah lagi keluar rumah atau pergi ke luar negeri. Tapi bagi Steven itu belum cukup. Ma aku harus bagaimana?" tanya Nicky sambil terisak.
"Menceraikan kamu? Apa yang terjadi. Apa kalian bertengkar atau ada masalah lain?" tanya Mama Marni terkejut.
"Aku tak tau, Ma. Tadi dia memberikan ini melalui bawahannya. Dia kemarin tak pulang lagi."
Nicky lalu menyerahkan surat yang diberikan Steven. Mama Marni membacanya dengan teliti. Dia menggelengkan kepala setelah selesai membacanya.
"Apa yang membuat Steven mengambil keputusan ini?" tanya Mama Marni tak mengerti.
"Aku rasa ada wanita lain. Pasti dia menggoda Steven dan memintanya menceraikan aku. Ma, aku mencintai Steven. Aku tak mau berpisah," ucap Nicky .
Nicky berusaha menangis dan mengeluarkan air mata agar mama percaya dengan semua yang dia katakan. Wanita itu yakin jika mama Marni akan membantunya. Apa lagi jika ada Papa Darimi. Dia pasti akan mendukung Nicky.
Nicky tak mau berpisah. Sejak orang tuanya bangkrut, keuangannya bergantung dengan Steven. Selama ini pria itu tak pernah membatasi keuangannya. Namun, jika mereka telah berpisah pastilah pria itu akan memberikan uang secukupnya saja atau justru tak memberikan apa-apa.
Mengenai harta Gono gini dia tak bisa berharap. Mereka telah membuat surat perjanjian pra nikah, jika harta yang di dapat dari lajang, adalah hak masing-masing tanpa boleh ikut campur. Harta setelah nikah pun terpisah, tak akan dibagi jika dia berselingkuh.
Steven membuat perjanjian itu karena mengetahui jika Nicky pernah menduakannya. Tapi pria itu tak menyangka jika wanita itu bisa melakukan hal yang lebih buruk, hingga berhubungan badan sebelum nikah dengan pria lain.
"Kamu tenang saja. Mama akan mencari tau tentang ini, apakah benar ada wanita lain di balik gugatan cerainya. Mama tak akan merestui siapa pun wanita itu!" seru Mama Marni.
Nicky akhirnya bisa tersenyum lega. Dia sudah mendapatkan dukungan. Hanya perlu membuat Mama Marni dan Papa Darimi percaya jika dia sangat menderita dan dia telah menjadi istri yang baik.
Sementara itu, di tempat berbeda, Bella dan Steven telah sampai di sebuah rumah yang cukup besar di pinggir kota.
"Ini rumah siapa?" tanya Bella saat mereka akan turun.
"Rumah untuk kau tempati sementara waktu!" ujar Steven.
"Kenapa di dalam keliatannya banyak orang?" Kembali Bella bertanya.
"Jangan banyak tanya karena itu akan memperpendek usia!" seru Steven.
Bella jadi terdiam, dia mengikuti saja langkah kaki Steven. Saat memasuki rumah itu, suasana berbeda dia dapati. Rumah di dekorasi seperti akan ada acara pernikahan.
"Masuk ke kamar itu!" tunjuk Steven ke sebuah kamar.
Dengan tanpa banyak bicara wanita itu berjalan masuk menuju ke kamar yang ditunjuk. Saat akan masuk, dia terkejut melihat ada tiga wanita di dalamnya. Mereka tersenyum saat melihat Bella dan memintanya masuk.
"Saya mau diapakan?" tanya Bella saat wanita itu memintanya mengganti pakaian dengan gaun pesta.
"Mbak'kan mau jadi pengantin, jadi kami di minta merias Mbak," ucap salah seorang wanita.
Bella terkejut mendengar ucapan wanita itu. Dia akan jadi pengantin, apakah tak salah dengar pikirnya dalam hati.