Rasa bersalah karena sang adik membuat seorang pria kehilangan penglihatan, Airi rela menikahi pria buta tersebut dan menjadi mata untuknya. Menjalani hari yang tidak mudah karena pernikahan tersebut tak didasari oleh cinta.
Jangan pernah berharap aku akan memperlakukanmu seperti istri, karena bagiku, kau hanya mata pengganti disaat aku buta - White.
Andai saja bisa, aku rela memberikan mataku untukmu - Airi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
White mencium aroma yang sangat lezat saat langkah kakinya sudah mendekati meja makan. Ah, kenapa dia mendadak gelisah, takut menjilat ludahnya sendiri seperti apa yang dikatakan Airi tadi.
Setelah White duduk, Airi mengambil mangkuk plastik food grade lalu dia isi dengan nasi hangat dan cumi asam manis yang saat masak tadi sudah dia potong kecil-kecil. Tak lupa tumis brokoli kesukaan White. Semua alat makan White memang sengaja dipilihkan yang berbahan plastik agar saat jatuh tak pecah.
Airi meletakkan makanan tersebut didepan White. Memposisikan tangan kirinya memegang pinggiran mangkuk, serta tangan kanannya memegang sendok.
"Selamat makan," ujar Airi dengan penuh percaya diri. Dia yakin sudah sesuai dengan lidah White yang katanya high class itu. Mama Nuri sudah membocorkan makanan apa saja kesukaan White. Selain itu, seminggu tinggal dirumah mereka, Airi mempelajari cita rasa masakan disana. Mereka menyukai makanan yang sedikit manis, hampir sama dengan kesukaan Airi.
White mulai menyendok makanannya. Seminggu dalam belajar makan sendiri dimangkuk, membuat dia sudah tak terlalu kesulitan lagi.
"Sekarang, boleh berkomentar," ujar Airi setelah White menelan makanannya.
White hanya diam, perkataan Airi yang terdengar sangat percaya diri itu membuat dia kesal. Tanpa dia tahu, saat ini Airi tengah menatapnya sambil menahan tawa.
"Kenapa diam, enak banget ya, sampai gak bisa berkata-kata?"
"Biasa saja, standart masakan warteg." Jelas itu bohong. White hanya malu saja mengakui jika masakan Airi sangatlah enak, meski tak seenak masakan mamanya. Karena baginya dan sang papa, masakah terenak didunia adalah masakah Mama Nuri.
Airi seketika melotot. Abian dan Ryu saja, selalu bilang jika masakannya standar hotel bintang 5, kenapa sekarang malah jadi warteg.
"Sepertinya sering banget ya makan diwarteg, sampai hafal rasanya. Kirain orang kaya gak doyan makanan warteg." Kalimat bernada sindiran itu membuat White menggeram tertahan.
Airi mengambil makanan untuknya lalu makan bersama White. "Apa besok Abang mau reques aku masakan sesuatu?"
White menghela nafas berat sambil meletakkan sendoknya. "Aku reques jangan dipanggil abang. Telingaku sakit mendengarnya."
"Sunggguh?" goda Airi. "Tapi aku sudah terlanjur mematenkan panggilan abang padamu, jadi sudah gak bisa dirubah," dia tertawa cekikikan.
"Menyebalkan," gerutu White. Dia kembali mengangkat sendok lalu lanjut makan.
Selesai makan dan membereskan meja serta dapur, Airi mengajak White mengelilingi rumah. Dia kenalkan ruangan demi ruangan serta mengajak White belajar mengingat ada apa saja didalam rumah.
Airi memaksa White menggunakan tongkat meski awalnya pria itu menolak. Dia menjelaskan fungsi tongkat untuk mengetahui ada apa disekitarnya. Jangan sampai kejadian menabrak meja san kejedot tembok terulang lagi.
...----------------...
White sibuk dengan smartphonenya. Seiring perkembangan jaman, tuna netra juga bisa menggunakan smartphone setelah setingannya diubah. Selain itu, mulai banyak aplikasi yang dibuat bagi penyangdang tuna netra. Dia mendengarkan lagu-lagu baru serta membaca tentang bisnis. Sebenarnya bukan membaca, lebih tepatnya, artikel diinternet Bu Sorayadibacakan oleh smartphone. Awalnya White kesulitan mencerna kata-kata dari smartphone yang dirasa kurang jelas, tapi lama-lama, dia terbiasa juga.
Airi, dia mengelus dada melihat lantai yang baru dibersihkannya kembali kotor. Padahal dia baru saja mengembalikan alat pel ketempatnya, tapi lantai yang beberapa menit lalu bersih itu, sekarang malah kebalikannya, banyak kulit kacang berserakan dilantai serta remahan brownis dimana mama.
"Bukankah aku sudah bilang, buang sampah pada tempatnya," tutur Airi dengan nada kesal.
"Aku tak bisa melihat dimana tempat sampahnya," sahut White santai.
Airi menghela nafas berat. Tadi dia sudah meletakkan baskom tepat disebelah White. Memberitahunya agar membuang kulit kacang disana, tapi rupanya, baskom itu sudah tak lagi ada diatas sofa sebelah White, melainkan ada dilantai. Dia mengambil baskom tersebut lalu meletakkan kembali ditempat semula. "Abang sengaja jatuhin baskom ini?"
"Gak usah nuduh sembarangan, baskom itu jatuh sendiri."
"Kalau jatuh sendiri, letaknya pasti tepat dibawah kaki Abang, bukan ditempat jauh kayak tadi. Pasti abang sengaja membuangnya."
White memang sengaja membuang baskom tersebut, biar kulit kacang didalamnya berserakan dan selanjutnya dia membuang sampah sembarangan.
"Dan brownis ini, Abang sengaja hancurin lalu buang atau gimana?" Airi menggeram tertahan melihat remahan brownis yang bagitu banyak dilantai. Dia sudah lelah karena banyaknya pekerjaan dan mengurusi semua kebutuhan White, baru mau istirahat, ehh....dikasih kerjaan lagi.
"Ck, gitu aja marah, tinggal bersihin lagi aja," sahut White tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Aja kata Abang?" bentak Airi. Kepalanya terasa ingin meledak. Ini bukan yang pertama, White sering membuatnya melakukan pekerjaan berulang kali. Tapi hari ini, tubuhnya sedikit kurang fit, hingga dia tak bisa sabar lagi.
"Berani kamu bentak aku?" White ikutan membentak. Dia langsung berdiri, emosinya naik karena tak terima dibentak.
"Itu karena Abang udah keterlaluan," teriak Airi sambil menunjuk muka White. "Aku itu capek Bang, kepalaku pusing, badanku meriang."
"Alasan, bilang aja kalau kamu udah bosan ngerawat aku. Jadi begini perempuan yang kata Mama tulus?" White tersenyum getir. "Ternyata kamu gak ada bedanya dengan wanita lain. Tidak ada wanita yang tulus didunia ini, terutama untuk pria buta sepertiku."
Air mata Airi meleleh. Dia menggeleng karena tak setuju dengan ucapan White barusan. "Itu tidak benar Bang. Tolong jangan bicara seperti itu." Airi meraih tangan White, tapi langsung ditampik oleh pria itu hingga tangannya tak sengaja menumpahkan jus yang ada diatas meja. Berungtung semua alat makan terbuat dari plastik, jadi tidak pecah, hanya isinya saja yang tumpah.
"Apanya yang tidak benar? Kalau saja aku tak buta karena adikmu, kau pasti juga tak akan mau menikah dengan pria buta bukan? Ingat Ai, aku seperti ini karena adikmu." White hendak pergi, tapi baru melangkah, kakinya sudah terpeleset tumpahan jus.
Bug
Punggung dan pantat White langsung mencium lantai. Tak hanya itu, lengannya juga terhantuk pinggiran meja, dan rasanya sungguh sakit sekali.
ada haidar anak rania
lovely anak saga
ryu anak meo
anak asep jg nongol bentar/Good/