NovelToon NovelToon
Mendadak Nikah

Mendadak Nikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: aisy hilyah

Denis Agata Mahendra, seorang bocah laki-laki yang harus rela meninggalkan kediamannya yang mewah. Pergi mengasingkan diri, untuk menghindari orang-orang yang ingin mencelakainya.

Oleh karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan kematian sang ayah, ia tinggal bersama asisten ayahnya dan bersembunyi hingga dewasa. Menjadi orang biasa untuk menyelidiki tragedi yang menimpanya saat kecil dulu.

Tanpa terduga dia bertemu takdir aneh, seorang gadis cantik memintanya untuk menikah hari itu juga. Menggantikan calon suaminya yang menghamili wanita lain. Takdir lainnya adalah, laki-laki itu sepupu Denis sendiri.

Bagaimana kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Denis Murka

Brak!

Pintu yang dipertahankan Larisa terbuka dengan keras, membuat tubuh ramping gadis itu terpental menabrak sofa. Ia meringis, merasakan sakit di punggungnya.

"Larisa, Larisa! Hmm ... aku tidak menyangka, kau itu perempuan licik! Kau menikahi Denis karena tahu dia adalah sepupuku, bukan? Ternyata kau tidak sepenuhnya membenciku. Di dalam hatimu itu masih ada cinta untukku. Ah, rasanya aku lega sekaligus bahagia mengetahui hal ini," ucap Radit sembari membawa tubuhnya masuk ke dalam rumah Larisa.

Gadis yang tak tahu apa-apa itu mematung, menatap bingung pada sosok liar di hadapannya. Sungguh, ia tak mengerti apa yang diucapkan laki-laki tersebut.

"Apa maksudmu? Jangan pernah mengarang cerita!" ketus Larisa sembari melirik ponsel yang sedikit lagi dapat ia gapai. Sesekali matanya akan berpindah pada Radit yang terus mendekat.

Larisa beringsut, menyambar ponsel dan langsung berdiri. Secara kebetulan, Denis menghubunginya.

"Halo, Denis! Denis ... argh!"

Brak!

Ponsel itu hancur berkeping-keping menabrak dinding setelah Radit berhasil mengambil dan melemparnya dengan kuat. Laki-laki itu berhasil mengurung tubuh Larisa dengan kedua tangannya. Menyudutkan gadis itu hingga tak dapat berkutik.

"Lepaskan aku! Mau apa kau! Denis pasti akan menghukummu jika kau menggangguku!" ancam Larisa dengan suara melengking tinggi.

Radit tertawa terbahak-bahak, kemudian menatap liar pada sosok Larisa yang masih sangat dia cintai. Tangan kirinya terangkat membelai pipi Larisa dengan lancang. Gadis itu berpaling tak sudi disentuh olehnya.

"Kau tenang saja. Kita akan bersenang-senang malam ini karena Denis sedang asik dengan pertemuannya. Dia sedang melepas rindu dengan kakekku. Jadi, tidak akan ada yang mengganggu kita," bisik Radit terdengar menjijikkan di telinga Larisa.

"Menjauh dariku! Denis sedang di perjalanan menuju ke sini!" Larisa mendorong tubuh Radit dengan sekuat tenaga, tapi ia tak mampu. Bagaimanapun, Radit adalah laki-laki sudah pasti tenaganya jauh lebih besar.

"Sudahlah, Larisa. Jangan melawan, menurut padaku dan kita selesaikan ini secepatnya," ucap Radit mencoba untuk mencium Larisa.

"Tidak! Jangan, kumohon! Jangan!" mohon Larisa dengan air mata berderai.

Namun, laki-laki gelap mata itu, tetap menjalankan aksinya.

Sementara di parkiran, Denis terburu-buru keluar dari mobil dan berjalan menuju lift. Masuk dengan segera sambil menghubungi Larisa.

"Larisa! Kau baik-baik saja! Larisa! Larisa!" Denis berteriak kencang saat Larisa tak bersuara. Ia juga mendengar suara benda terbanting setelah itu hening.

Denis menatap ponselnya yang sudah tak terhubung dengan Larisa, menekan tombol panggilan mencoba menghubungi lagi. Namun, tidak tersambung. Ia gelisah, menatap tombol lift yang terasa berjalan lambat malam itu.

"Sial!" Denis meninju dinding lift, melampiaskan amarahnya. Bunga yang ia siapkan dilupakan begitu saja.

"Larisa! Kumohon, jangan!" lirihnya membenturkan kepala pada dinding lift.

Lift berdenting, Denis buru-buru berlari. Kakinya memacu dengan cepat ketika melihat pintu rumah Larisa terbuka. Dengan napas memburu, dia menatap punggung Radit yang mengurung tubuh istrinya.

Denis melangkah, kedua matanya memerah menahan amarah. Tangan terkepal, rahang ikut mengeras. Mencekal kerah kemeja Radit, menariknya dengan kuat.

"Denis!" Larisa luruh di lantai, menangis sejadi-jadinya. Merasa lega karena akhirnya Denis tiba tepat waktu.

Bugh!

Sebuah pukulan yang sangat keras dilayangkan Denis tepat mengenai wajah Radit. Laki-laki itu terhuyung dengan darah merembes dari salah satu sudut bibirnya. Ia ambruk di lantai, di dekat sofa.

Denis menatap Radit tajam, dadanya kembang kempis karena luapan emosi yang terus memuncak. Ia berjalan mendekat, Radit yang merasa bukan lawannya beringsut mundur.

"Beraninya kau menyentuh Larisa dengan tangan kotor mu itu!" geram Denis yang kembali meraih kerah baju Radit dan mengangkatnya.

Sekali lagi, tinjunya menghantam wajah Radit. Merobek sudut lain dari bibirnya. Lebam kebiruan pun jelas terlihat, tapi Denis tak berniat mengampuninya. Beberapa pukulan ia layangkan menghujani wajah pemuda itu hingga babak belur tak dikenali.

Tepat saat Denis hendak melayangkan tinju lagi, Haris muncul dan mencegahnya.

"Hentikan, Tuan! Anda bisa membunuhnya jika terus memukul seperti ini," sergah Haris menarik tubuh Denis dari atas Radit.

Suami Larisa itu masih belum puas, memandang Radit seperti seekor tikus yang lemah. Beruntung, Haris datang. Jika tidak, maka nyawa Radit sudah pasti melayang.

Isak tangis Larisa yang lirih membuat hati Denis mereda. Ia menghela napas panjang dan menghembuskannya sekaligus.

"Seret dia keluar! Aku tak ingin melihatnya di mana pun!" titah Denis seraya berbalik menghampiri Larisa.

Denis berjalan cepat, berjongkok di hadapan sang istri. Memeriksa setiap sisi tubuh yang tengah memeluk diri sendiri. Bergetar, bersama isak tangis yang menyayat hati. Lalu, matanya melirik ponsel yang sudah hancur.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Denis dengan ragu menyentuh bahu Larisa yang berguncang.

"Jangan sentuh aku! Kumohon, jangan sentuh aku!" ratap wanita itu dengan kepala menunduk, tubuhnya bergeser menjauh dari Denis.

"Hei, ini aku. Denis, suamimu," ucap Denis lirih.

Disapunya rambut Larisa yang nampak berantakan, hatinya terasa sakit. Mengepal jari jemari Denis ketika amarah kembali hadir. Namun, ia tersenyum di saat Larisa mendongak menatapnya.

"De-denis? Kaukah?" tanya Larisa terbata-bata, pandangannya memburam sebab air mata yang tak henti berderai.

"Ini aku, Larisa," jawab Denis sembari mengusap pipi Larisa yang dipenuhi air mata.

"Denis!" Larisa berhambur memeluk suaminya, menumpahkan ketakutan yang sejak tadi merundung hati.

"Jangan tinggalkan aku, Denis. Aku takut, aku takut sendirian. Dia ... dia ... aku takut, Denis!" ucap Larisa kembali menumpahkan tangisan di pelukan Denis.

Sialan! Denis mengumpat di dalam hati, tangan besarnya merengkuh tubuh Larisa yang bergetar.

Terbersit rasa sesal di hati karena tak dapat menjaga sang istri dari tindak kejahatan yang dilakukan Radit, sepupunya sendiri.

"Sudah, jangan menangis lagi. Kau sudah aman sekarang, ada aku di sini. Aku tidak akan meninggalkanmu," sahut Denis seraya mengecup ubun-ubun Larisa dengan lembut.

Ia membiarkan gadis itu meluapkan emosi, menumpahkan tangis kesedihan. Memberikan pelukan hangat serta menenangkan untuk hati Larisa. Perlahan, tangisnya mereda. Larisa mengangkat wajah menatap Denis. Dengan gerakan lembut, tangan pemuda itu menyapu air matanya.

"Terima kasih karena sudah datang tepat waktu," katanya lirih.

Denis terenyuh, memaku tatapan cukup lama pada kedua manik Larisa. Lalu, memeluknya kembali dengan erat. Detik berikutnya, ia bangkit sembari membawa tubuh sang istri ke dalam gendongan. Masuk ke kamar Larisa, membaringkan tubuh itu di atas ranjang.

Ia duduk di tepian, menyelimuti sang istri yang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Denis menggenggam tangan dingin Larisa, mengecupnya penuh cinta. Memandang lembut wajah itu, tersenyum bibirnya.

"Kau sudah makan?" tanya Denis disambut gelengan kepala oleh Larisa.

Denis bangkit hendak mengambil makanan, tapi cekalan Larisa membuat langkahnya surut. Ia kembali duduk, menatap sang istri yang kembali ketakutan.

"Aku tidak akan pergi ke mana pun. Hanya akan mengambil makanan, kau tunggu di sini sebentar. Aku tidak akan lama," ucap Denis sambil menepuk lembut punggung tangan sang istri.

Larisa mengangguk meski enggan berjauhan. Denis kembali bangkit dan keluar kamar, menutup pintu untuk kemudian menemui Haris yang sudah berdiri di ruang tengah.

"Maafkan kelalaian saya, Tuan. Ini salah saya karena tidak memilih pengawal yang kompeten untuk berjaga di kediaman nona," ucap Haris menundukkan kepala dalam-dalam.

Denis menghela napas, menepuk bahu Haris dan menegakkan kepalanya.

"Anda tenang saja, saya sudah memberi mereka hukuman atas kelalaian hari ini," lanjut Haris sambil menatap Denis.

Pemuda itu mengangguk, dia tahu Haris sudah bekerja keras untuk menjaga keselamatan mereka.

"Istirahatlah! Semuanya sudah berlalu, kau harus beristirahat," ucap Denis yang tersenyum kepada Haris.

"Baik, Tuan." Meski bingung, Haris tetap berbalik dan meninggalkan rumah Larisa.

1
Ochyie Aguztina
si radit modus mulu 🙄
Ochyie Aguztina
pasti si radit bikin drama bohong 🙄
Ochyie Aguztina
kurang ajar si radit😬
Eti Yanto
mantulll lanjut kk othor
Aisy Hilyah: terima kasih banyak
total 1 replies
Eti Yanto
kk othor critanya bagus smoga makin banyak pembacanya ya kk othor
Aisy Hilyah: aamiin terima kasih banyak 🤗
total 1 replies
Joko berek
manisa bukan buah tapi sayur Larisa salah tingkah pikirannya jadi ngawur
Aisy Hilyah: masa depan gemilang
Joko berek: buat pedang besi karatan semangat berjuang demi....?😅
total 9 replies
Eti Yanto
smakin seru lanjut thor
Aisy Hilyah: terima kasih banyak
total 1 replies
Eti Yanto
Luar biasa
Aisy Hilyah: terima kasih banyak
total 1 replies
Eti Yanto
Biasa
Eti Yanto
kk othor ak baru nmu crita kk crita nya keren
Aisy Hilyah: Alhamdulillah terima kasih banyak
total 1 replies
Marzuki Azwar
Cerita nya bagus
Aisy Hilyah: Alhamdulillah terima kasih banyak
total 1 replies
Hafifah Hafifah
karna orang yg berkuasa itu adalah denis
Aisy Hilyah: betul
total 1 replies
Hafifah Hafifah
kasihan ya si nana maunya bahagia dengan cara instan eh malah apes
Aisy Hilyah: bener banget
total 1 replies
Hafifah Hafifah
wah g tau aja si nana lw suami larissa yg akan menjadi pewaris mahendra
Aisy Hilyah: haha mati kutu dia
total 1 replies
Hafifah Hafifah
berharap sidenis yg dateng
Aisy Hilyah: aamiin
total 1 replies
Hafifah Hafifah
radit yg menjebakmu dan bekerja sama dengan keluargamu
Aisy Hilyah: betul
total 1 replies
Hafifah Hafifah
yg salah kan siradit bukan larissa ngapain sih minta maaf
Aisy Hilyah: karena mereka orkay
total 1 replies
Hafifah Hafifah
kayaknya tuh makanan udah dicampurin obat deh
Aisy Hilyah: betul sekali
total 1 replies
Teddy Aktadi
Luar biasa
Aisy Hilyah: Alhamdulillah terima kasih banyak
total 1 replies
Hafifah Hafifah
mau aja ya dibohongin ama laki" modelan kayak siradit
Aisy Hilyah: betul sekali
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!