Membaca novel ini mampu meningkatkan imun, iman dan Imron? Waduh!
Menikah bukan tujuan hidup Allan Hadikusuma. Ia tampan, banyak uang dan digilai banyak wanita.
Hatinya telah tertutup untuk hal bodoh bernama cinta, hingga terjadi pertemuan antara dirinya dengan Giany. Seorang wanita muda korban kekerasan fisik dan psikis oleh suaminya sendiri.
Diam-diam Allan mulai tertarik kepada Giany, hingga timbul keinginan dalam hatinya untuk merebut Giany dari suaminya yang dinilai kejam.
Bagaimana perjuangan Allan dalam merebut istri orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BSMI 20
"Permisi, Bu."
Bibi Misa masuk ke dalam kamar, membuat pembicaraan Giany dan Bu Dini terhenti.
"Ada apa, Bi Misa?" tanya Bu Dini.
Bibi Misa tersenyum ramah, lalu meletakkan beberapa lembar pakaian di atas meja. "Dokter Allan minta saya membawakan beberapa pakaian punya Bu Ayra yang masih baru untuk Mbak Giany. Ini semua pakaian-pakaian Bu Ayra yang belum pernah dipakai."
"Oh, terima kasih, Bibi ..." ujar Bu Dini, kemudian menatap Giany. "Giany kamu pakai baju dulu, ya ..."
"Iya, Bu."
"Mau ibu bantu?"
Giany menggeleng dengan cepat. "Tidak usah, Bu. Saya masih bisa. Terima kasih."
*****
PRANG!
Terdengar bunyi pecahan kaca yang berasal dari sebuah kamar. Giany yang baru saja selesai mengenakan pakaian begitu terkejut. Begitu pun dengan Bu Dini.
"Maysha!" ucap Bu Dini khawatir.
Wanita paruh baya itu segera berlari keluar kamar. Sedangkan Giany yang kakinya masih sakit, berusaha menyeret langkahnya keluar.
Di dalam kamarnya, Maysha baru saja melempar benda-benda sehingga berhamburan. Ia berteriak, menangis, melempar apapun yang ada di sekitarnya.
"Astagfirullah, Maysha!" Bu Dini berlari masuk, berusaha menenangkan Maysha. Namun, gadis kecil itu semakin memberontak.
Beberapa saat kemudian, Allan datang. Ia memeluk putrinya itu dan membujuknya. Akan tetapi, hasilnya sama saja. Kali ini Maysha benar-benar sulit ditenangkan. Semakin Allan berusaha membujuknya, semakin ia memberontak menangis.
Bu Dini hanya dapat menangis di sudut ruangan, sebab tangan Maysha sudah mengeluarkan darah akibat pecahan beling.
"Maysha tenang dulu, Sayang ..." ucap Allan memeluk sambil mengusap rambut anak gadisnya.
Maysha terus menangis dengan tatapan yang mengarah ke tayangan televisi. Ia meraih bingkai foto yang berada di atas meja nakas, kemudian melemparkannya tepat mengenai televisi hingga layarnya pecah.
Dengan menyeret kakinya, Giany baru saja tiba di kamar Maysha. Melihat gadis itu meraung, ia segera mendekat.
"Maysha ..." Giany tersenyum menatap Maysha. Ia berjongkok sambil mengulurkan tangannya. "Sini sama kakak, Sayang."
Maysha melepas tangan sang ayah yang masih memeluknya, kemudian berlari kedalam pelukan Giany. Dengan penuh kelembutan, Giany memeluk, mengusap rambut dan punggung gadis kecil itu. Sesekali ia terlihat membisikkan sesuatu.
Tangisan Maysha pun terhenti saat mendengar bisikan Giany. Ia seolah larut ke dalam buaian lembut wanita itu.
"Sayang, kita duduk dulu, ya ... Maysha mau kan?" bisik Giany. Maysha pun mengangguk, sehingga Giany segera berdiri dan membawa Maysha duduk di bibir tempat tidur. Memeluknya lagi.
Sedangkan Allan segera keluar dari kamar itu untuk mengambil obat untuk Maysha. Bu Dini yang masih berdiri di sudut ruangan itu mengusap air matanya. Syukurlah ada Giany yang berhasil menenangkan Maysha.
Tak lama berselang, Allan kembali dengan membawa kotak obat. Maysha sudah lebih tenang.
Berusaha santai seolah tak terjadi apapun, Giany mengajak Maysha berbicara, walau pun gadis kecil itu hanya menjawab dengan anggukan. Allan pun segera mengobati luka di tangan kanan Maysha, sementara Giany mengalihkan perhatiannya.
"Maysha kenapa menangis? Masa Putri Salju menangis? Nanti saljunya meleleh kalau putrinya nangis."
Maysha menyandarkan kepala nya di dada Giany. Lalu menunjuk televisi yang masih menyala walau pun layarnya telah retak.
Allan mengikuti arah yang ditunjuk putrinya. Sebuah tayangan pesta ulang tahun meriah seorang anak dengan balon dan boneka di mana-mana.
Akhir-akhir ini Maysha sangat sensitif jika melihat sebuah keluarga lengkap. Ayah, ibu dan anak. Allan mengerti, Maysha merasa iri dengan anak yang berada di dalam tayangan itu. Sebab sejak kecil hanya sang ayah yang merawatnya.
Sedangkan Ayra sangat jarang mengunjungi Maysha. Dalam setahun dapat dihitung jari.
"Maysha mau ulang tahun yang seperti itu ya?"
Maysha menjawab dengan anggukan kepala.
"Kakak juga mau ulang tahun yang seperti itu. Nanti kapan-kapan kita ulang tahun sama-sama ya, terus kita potong kue nya juga sama-sama. Maysha mau?"
Maysha tersenyum senang. Ia kembali memeluk Giany.
Melihat betapa lembutnya Giany kepada Maysha, Allan tersenyum tipis. Sambil mengobati luka di tangan Maysha, sesekali ia mencuri pandang pada Giany.
Ngelus dada saja kamu, Allan. Giany bahkan tidak melirik kamu sedikit pun. ucap Allan dalam batin.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻