John Ailil, pria bule yang pernah mengalami trauma mendalam dalam hubungan asmara, mendapati dirinya terjerat dalam hubungan tak terduga dengan seorang gadis muda yang polos. Pada malam yang tak terkendali, Nadira dalam pengaruh obat, mendatangi John yang berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka terlibat one night stand.
Sejak kejadian itu, Nadira terus memburu dan menyatakan keinginannya untuk menikah dengan John, sedangkan John tak ingin berkomitmen menjalin hubungan romantis, apalagi menikah. Saat Nadira berhenti mengejar, menjauh darinya dan membuka hati untuk pria lain, John malah tak terima dan bertekad memiliki Nadira.
Namun, kenyataan mengejutkan terungkap, ternyata Nadira adalah putri dari pria yang pernah hampir menghancurkan perusahaan John. Situasi semakin rumit ketika diketahui bahwa Nadira sedang mengandung anak John.
Bagaimanakah akhir dari kisah cinta mereka? Akankah mereka tetap bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Gara-gara Baju Kotor
Setelah menjauh dari Sasha, Nadira menghela napas panjang, berusaha menenangkan hatinya. Ia bergumam pelan pada dirinya sendiri, "Aku nggak akan lagi ditekan, apalagi ditindas oleh mereka. Aku harus kuat... meskipun nantinya Om John nggak bisa aku miliki." Ia mengepalkan tangannya, bertekad untuk menghadapi semuanya dengan keberanian. Namun, di dalam hatinya ia tetap ingin mencoba, berusaha semampunya untuk meluluhkan hati John.
Nadira menghibur dirinya bahwa meskipun tanpa John, ia pasti bisa hidup mandiri. Dengan penghasilannya sebagai asisten dosen dan pekerja paruh waktu di kafe, ia yakin bisa berdiri di atas kakinya sendiri, meskipun mungkin akan sulit.
Di kafe, wajah Nadira berbinar saat melihat notifikasi pesan masuk di ponselnya. Namun senyumnya perlahan memudar ketika membaca pesan itu. “Malam ini aku nggak akan pulang.” Hanya itu, tanpa ada penjelasan lebih lanjut dari John.
Nadira mengetik balasan cepat. “Kenapa, Om?” Namun pesan itu hanya di-read, tanpa ada jawaban. Nadira menghela napas, matanya menatap layar ponsel dengan tatapan kosong. "Apa Om John sengaja menghindar?" gumamnya dengan nada lirih. Ia berusaha menenangkan pikirannya dengan menyibukkan diri, tetapi hatinya terasa berat.
Setelah shift selesai, Nadira pulang ke apartemen tanpa semangat. Ketiadaan John membuat tempat itu terasa sepi dan dingin. Setelah membersihkan diri, ia hanya memasak mie instan dan telur, berkata pada dirinya sendiri, "Nggak ada Om, jadi masaknya yang gampang aja."
Usai makan, Nadira menghabiskan waktu di ruang tamu, mengerjakan tugas kuliahnya. Meski berusaha fokus, pikirannya terus melayang pada John. Ia menggerutu pelan, "Kenapa aku masih berharap dia pulang?" Setelah tugasnya selesai, ia membereskan laptop dan buku-bukunya dengan malas, lalu melangkah ke kamar John.
Tanpa ragu, Nadira merebahkan dirinya di tempat tidur John, memeluk bantal yang masih menyimpan aroma khas pria itu. Bibirnya menyentuh bantal itu seolah mencari kenyamanan dari kehadiran yang hilang. “Om, baru sehari tak bertemu, kenapa aku sudah rindu?” bisiknya sebelum perlahan-lahan terlelap, dengan rasa rindu yang memenuhi hatinya.
Di sisi lain, Angga, sahabat John, tampak berjalan cepat menuju unit apartemen John. Wajahnya masam, memandang kemeja putihnya yang kotor. Ada noda minuman dan cap bibir yang menempel, membuatnya semakin geram.
“Dasar sial!” gerutunya. “Baru mau keluar dari restoran, eh malah ditabrak wanita aneh. Kalau pulang seperti ini, bisa-bisa istriku bikin drama besar.”
Memutuskan untuk tidak langsung pulang, Angga menuju apartemen John dengan niat meminjam baju bersih dan sekalian membersihkan diri. Ia tahu kode pintu apartemen sahabatnya itu, jadi masuk begitu saja seperti kebiasaannya.
“John! Kamu di mana?” panggil Angga, berjalan masuk sambil melihat ke setiap sudut ruangan, tapi tidak menemukan tanda-tanda kehadiran John Ia terus mencari, sampai akhirnya berdiri di depan pintu kamar utama.
"John? Aku masuk ya?" ucapnya sembari mengetuk pintu kamar. Namun, tidak ada respons. Setelah beberapa detik, ia memutar kenop dan mendorong pintu.
Di dalam kamar, Nadira yang setengah terbangun karena suara ketukan itu perlahan membuka matanya. Namun, ia langsung terperanjat saat melihat pintu kamar terbuka dan seorang pria asing berdiri di sana.
“Siapa kamu?! Kenapa kamu masuk ke sini?!” seru Nadira, refleks menarik selimut menutupi tubuhnya meskipun ia sepenuhnya berpakaian.
Angga juga terpaku di tempatnya, tak kalah terkejut. Ia mengamati kamar itu, mencari keberadaan John, tapi hanya menemukan seorang gadis muda yang tidak dikenalnya.
“Eh… kamu siapa? Kok ada di kamar John?” tanya Angga dengan nada bingung dan curiga.
Nadira semakin panik. Ia mencoba menenangkan diri, menatap pria itu dengan waspada. “Seharusnya aku yang bertanya, siapa kamu, dan kenapa masuk seenaknya?”
Angga menggaruk kepala, merasa situasinya semakin aneh. “Aku Angga, sahabat John. Aku tahu kode pintu apartemen ini. Tapi kamu siapa, dan ngapain di sini?” Nadira tidak segera menjawab, hanya menatap Angga dengan mata melebar, bingung harus menjelaskan apa.
Angga menatap Nadira dengan tatapan tajam penuh selidik, langkahnya perlahan mendekat ke arah gadis itu, meninggalkan pintu yang hanya terbuka sebagian. “Siapa kamu? Jangan bilang kamu di sini untuk menggoda sahabatku dengan wajah polosmu itu. Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?” suaranya dingin, menyiratkan ketidakpercayaan.
Ia mengenal John dengan baik. John adalah tipe pria yang tak pernah membawa wanita ke apartemennya, apalagi membiarkan seorang gadis tidur di ranjangnya. Pemandangan ini langsung membangkitkan kecurigaannya.
Nadira bergidik di bawah tatapan pria asing itu. Ia merapatkan selimut yang menutupi tubuhnya sambil menjauh ke sudut ranjang, matanya menatap penuh ketakutan.
“Pergi! Jangan mendekat!” Nadira berteriak dengan suara bergetar, membuat Angga semakin yakin ada sesuatu yang mencurigakan. Namun ia tidak berhenti. Langkahnya terus maju, sementara Nadira semakin tersudut.
“Jawab dulu pertanyaanku!” desak Angga dengan nada tajam, membuat Nadira semakin panik.
Tiba-tiba, suara langkah cepat terdengar di luar kamar, diikuti oleh suara pintu yang didorong dengan keras. John muncul dengan ekspresi terkejut dan panik.
“Nadira! Apa yang terjadi?” John bertanya, matanya menyapu ruangan dengan cepat, lalu berhenti di sosok Angga yang berdiri di dekat ranjang.
Angga menoleh menatap John dengan ekspresi campuran antara kebingungan dan tuduhan. “John, kau kenal gadis ini?” tanyanya, menunjuk Nadira dengan dagunya.
Sebelum John sempat menjawab, Nadira melompat turun dari ranjang. Dengan air mata yang hampir jatuh, ia berlari ke arah John. “Om John…” pekiknya, lalu menghambur ke dalam pelukan John, memeluknya erat seolah mencari perlindungan.
John refleks memegang bahu Nadira, wajahnya semakin bingung. Ia menatap Angga tajam. “Apa yang kamu lakukan, Angga?” tanyanya, nadanya terdengar serius.
Angga mengangkat tangannya dengan kesal. “Harusnya aku yang nanya! Siapa dia, John? Dan kenapa dia ada di kamarmu?”
John menghela napas panjang, mengusap wajahnya untuk meredakan emosi. “Angga, kita bicara di luar aja,” ucapnya, nada suaranya tegas namun tetap terkendali.
Namun Angga mengangkat tangannya, menolak dengan santai. “Ntar, John. Bicaranya nanti aja. Aku ke sini cuma buat numpang mandi dan pinjam kemeja.” Ia menunjuk kemejanya yang kotor dan kusut, dengan noda lipstik yang mencolok di salah satu sisinya. “Kalau aku pulang ke rumah dengan tampang begini, kau tahu sendiri, istriku pasti langsung curiga yang macem-macem.”
Mata John bergerak ke arah noda lipstik itu, alisnya sedikit terangkat. Beragam pertanyaan muncul di benaknya, tetapi ia memilih menahan diri untuk tidak bertanya. “Baiklah. Ambil bajuku di lemari sebelah, dan kau bisa mandi di kamar mandi tamu,” ujarnya singkat, suaranya terdengar datar.
Angga mengangguk dan berjalan ke lemari dengan langkah santai, namun tatapannya sempat melirik Nadira yang kini berdiri di belakang John. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya, cara gadis itu merapat pada John, seperti mencari perlindungan. Angga menyipitkan matanya, tetapi tak berkata apa-apa.
Sementara itu, John berbalik menghadap Nadira. “Ayo, kita keluar dari kamar ini,” katanya lembut namun tegas. Nadira mengangguk pelan, mengikuti langkah John keluar dari kamar.
Begitu pintu tertutup, Angga berdiri di depan lemari, membuka pintu dengan sedikit rasa penasaran yang mulai menguasainya. “Siapa gadis itu?” gumamnya pada dirinya sendiri, wajahnya menyiratkan keingintahuan. “Nggak mungkin John membawa perempuan ke sini tanpa alasan. Apalagi mereka kelihatan dekat. Ada apa sebenarnya di antara mereka?”
Pikiran itu terus mengganggunya, bahkan saat ia mulai membuka kemejanya dan bersiap untuk membersihkan diri.
...🍁💦🍁...
To be continued
beno Sandra dan sasa merasa ketar-ketir takut nadira mengambil haknya dan beno Sandra dan sasa jatuh jatuh miskin....
mampus org suruhan beno dihajar sampai babak belur sampai patah tulang masuk rmh sakit....
Akhirnya menyerah org suruhan beno resikonya sangat besar mematai2 nadira dan dihajar abis2an sm anak buahnya pm john....
belajarlah membuka hatimu tuk nadira dan nadira walaupun msh polos dan lugu sangat cocok john sangat patuh n penurut.....
Sampai kapan john akan hidup bayang2 masalalu dan belajar melangkah masa depan bersama nadira....
masak selamanya akan menjadi jomblo abadi/perjaka tuwiiiir🤣🤣🤣😂