Karena Taruhan, Hidupku Jadi Rusak!

Tak!

Akira yang sedang tertidur di atas meja kerja terperanjat kaget saat seseorang tiba-tiba memukul meja tempat ia tidur.

Segera wanita itu terbangun dari tidurnya. Karena semalam terlambat pulang kerja, juga terlambat tidur. Akhirnya wanita itu malah tertidur di tempat kerja.

"Apa kau pikir sekarang kau sedang ada di hotel! Ini tempat kerja! Bukan hotel yang bisa kau tidur sesuka hati mu!" Ucap Yumi kasar yang tadi memukul meja kerja Akira.

Akira hanyall diam tak menjawab pertanyaan Yumi dengan wajah datar kembali melanjut pekerjaannya yang sempat tertunda.

"Apa kau mendengar ku hah! Semakin hari kamu ini semakin menjadi-jadi!" Bentaknya lagi.

"Lebih baik kau keluar, aku mau melanjutkan pekerjaan ku." Akira berkata dengan wajah tak bersahabat.

"Berani kau! Apa kau tidak takut aku menyebar video menjijikan mu dulu? Kalau sampai aku melakukan itu, kau akan malu seumur hidup mu!" Ancam Yumi dengan mata melotot.

Akira tersenyum mengangkat pandangan seperti sedang menantang Yumi dari tatapan matanya.

"Apa cuma mengancam yang bisa kau jadikan andalan untuk menakut-nakuti orang lain? Apa kau tidak bisa membuat seseorang itu tunduk pada mu tanpa sebuah ancaman?" Sedikit mencondong ke arah Yumi yang berdiri dengan wajah memerah menahan rasa sakit hati mendengar ucapan Akira.

"Asal kau tahu, hanya orang-orang lemah yang suka melakukan ancaman cara murahan untuk menakut-nakuti lawannya." Tambah Akira semakin membuat Yumi murka semakin ingin mencakar-cakar wajah Akira.

"Kau akan menyesal Akira! Aku akan membuat sesuatu yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup mu!" Ucap Yumi mengatupkan gigi berlalu pergi dari ruangan Akira.

Wanita itu terlihat menarik nafas berat setelah kepergian Yumi. Selalu saja dia datang dan mengancam ku seperti dulu. Entah kenapa dia tidak pernah puas melihat semua penderitaan yang aku jalani karena perbuatannya. Batin Akira sebenarnya sudah lelah di hadapkan dengan manusia seperti Yumi.

Ia tak pernah menduga kalau dia akan bekerja di bawah Yumi yang membuat dia sering berhadapan dengan wanita itu.

Mungkin aku harus mencari pekerjaan lain. Aku malas terus terikat di antara dua manusia yang selalu berusaha menjatuhkan ku itu. Batin Akira mulai ada niat untuk mencari pekerjaan lain saja.

Waktu berlalu tanpa terasa sudah waktunya makan siang.

Akira sudah bersiap-siap keluar makan siang sendiri. Ia berjalan cepat turun menuju ke lantai paling bawah.

Ketika tiba di lobby, ia melihat Bram yang sedang berdiri sembari berbicara dengan Abnan, juga tak lupa ada Yumi yang terus menempel pada Abnan tentunya.

Kak Bram...

Terlihat Akira ragu mendekati mereka bertiga. Wanita cantik itu sudah siap mengelak tak ingin berurusan dengan Abnan dan Yumi yang akan merusak mood makan siangnya nanti. Pikir Akira.

Dengan langkah kaki sudah siap bersembunyi, tapi tiba-tiba seseorang memanggilnya dari arah ketiga manusia yang ingin dia hindari.

"Akira!" Panggil Bram tersenyum cerah.

Ahhh... Sepertinya aku salah bicara semalam. Seharusnya aku tidak harus jujur pada Kak Bram kalau aku bekerja di sini. Batin Akira membalik badan tersenyum kecut perlahan langkah kaki membawanya pada Abnan, Yumi, Bram.

Ketiga orang itu juga semua melihat ke arahnya dengan masing-masing memiliki pandangan penuh makna.

Bram menatap Akira dengan perasaan senang berbunga-bunga. Yumi pula menatap Akira dengan tatapan benci seolah merasa kalau Akira adalah pengganggu kenyamanannya. Sedangkan Abnan menatap Akira dengan tatapan datar seperti suami yang sedang di selimuti cemburu berat.

Ada apa dengan mereka bertiga? Apa yang salah dengan penampilan ku?