NovelToon NovelToon
The Second Wife

The Second Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Poligami / Cinta setelah menikah
Popularitas:13.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gilva Afnida

Pergi dari rumah keluarga paman yang selama ini telah membesarkannya adalah satu-satunya tindakan yang Kanaya pilih untuk membuat dirinya tetap waras.

Selain karena fakta mengejutkan tentang asal usul dirinya yang sebenarnya, Kanaya juga terus menerus didesak untuk menerima tawaran Vania untuk menjadi adik madunya.

Desakan itu membuat Kanaya tak dapat berpikir jernih hingga akhirnya dia menerima tawaran Vania dan menjadi istri kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gilva Afnida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Vania memang orang yang ceria, easygoing dan menyenangkan. Dia juga cantik, penuh ambisi namun tidak pelit soal harta.

Namun jika ada yang membuatnya kecewa atau menghancurkan ambisinya, dia akan marah besar dan tidak akan tanggung-tanggung dalam memberinya pelajaran. Tania yang merupakan adik kandung harusnya merasa bersyukur atas apa yang diberikan sang kakak untuknya. Bukannya malah ingin membalas kebaikannya dengan hendak menghancurkan rumah tangganya. Terlebih, Vania tak memberi hukuman berat untuk Tania. Betapa sayangnya dia pada adik satu-satunya itu!

Tania hanya mampu menundukkan kepalanya sambil terisak, tak berani bersuara apalagi menatap kedua mata tajam dari Vania.

Adnan yang sedari tadi menyaksikan pun enggan untuk berkomentar. Dia sendiri sangat kecewa dengan adik iparnya. Selama ini dia selalu ikut membiayai sekolah Tania, sama sekali tidak ada perasaan apapun karena dia sudah menganggap Tania seperti adik kandungnya. Namun setelah dia mendengar sendiri niat jahat dari Tania, rasa sayang sebagai kakak ipar pun lenyap. Dia merasa tak sudi memiliki adik ipar seperti Tania yang lebih layak dikatakan sebagai racun dalam rumah tangganya.

Adnan membayangkan jika saja tadi berjalan sesuai rencana seperti apa yang diinginkan Tania, Vania pasti tidak akan memaafkannya. Rumah tangganya ke depan tidak akan pernah sama lagi.

Beruntung Kanaya tadi memergoki aksi Tania yang hendak berbuat jahat, jika tidak sudah pasti Adnan akan dimintai pertanggung jawaban karena dituduh memperkosa Tania, padahal Tania lah yang merupakan penjahat sesungguhnya.

***

Di luar, keadaan langit sudah gelap meski waktu baru menunjukkan pukul enam sore. Awan yang mendung menunjukkan tanda-tanda hendak hujan diiringi dengan air yang berhembus kencang. Vania duduk di kursi teras ditemani secangkir susu yang tadinya masih panas kini menjadi dingin akibat dirinya yang memilih melamun memikirkan sikap adiknya yang tak tahu diri.

Setelah insiden tadi, Tania langsung dipulangkan oleh Vania melalui taksi online yang dia pesan. Dia sama sekali tak memberitahukan ulah sang adik pada kedua orangtuanya karena takut nanti papanya akan menghajar habis-habisan Tania.

Bukan hanya sekali atau dua kali sang papa ringan tangan pada Tania karena memang anak itu sukar diatur sejak kecil, ditambah pergaulannya yang tidak baik di sekolah membuatnya semakin nakal dan liar. Namun sang mama selalu membelanya apapun yang Tania lakukan.

Oleh karena itu, daripada menghebohkan mama dan papanya nanti, Vania lebih memilih untuk bungkam. Biarlah dia akan mengurus urusan Tania nanti selagi bisa diurus. Jangan sampai rumah tangga kedua orangtuanya yang memang tidak harmonis harus bertengkar karena ulah putrinya sendiri.

Vania yang tengah melamun dikejutkan oleh suara langkah kaki yang ternyata adalah Kanaya. "Mau kemana, Nay?"

Kanaya tersenyum tipis setelah tadi menatap langit dan sekeliling depan rumah. "Gak kemana-mana, cuma mau ngecek langit aja. Kayak mendung banget, mungkin sebentar lagi akan turun hujan."

Vania menepuk kursi di sebelahnya. "Kalau gitu duduk dulu, Nay. Kebetulan aku pengen ngobrol sama kamu."

Mengikuti perintah Vania, Kanaya duduk di sebelahnya dengan kaku. Dia sendiri tak tahu harus berkata apa, jadi dia hanya mampu memainkan jari jemarinya di bawah dada.

"Kamu terakhir menstruasi kapan?" tanya Vania tiba-tiba.

"Emm..." Kanaya memandang ke atas, mencoba mengingat jadwal menstruasinya. "Kira-kira awal bulan yang lalu."

"Kalau begitu seharusnya kamu sebentar lagi akan menstruasi," ujar Vania yang membuat Kanaya mengerutkan keningnya heran.

"Iya, kenapa memangnya?"

"Aku ingin kamu cepat hamil, Nay." Vania begitu serius menatap Kanaya hingga membuat Kanaya menundukkan kepalanya.

"Aku sudah lelah hidup dibawah tekanan karena tak bisa memberikan Mas Adnan keturunan," lanjut Vania menatap sendu ke arah depan.

Ada jeda sejenak setelah Vania mengucapkannya. Kanaya dan Vania tengah berpikir keras di dalam benak mereka masing-masing.

"Tapi kulihat, Mas Adnan seperti tidak pernah menuntut Mbak untuk bisa memiliki anak. Dari sorot matanya saja masih bisa aku lihat ada rasa cinta dan sayang saat menatap Mbak meski Mbak gak bisa ngasih dia keturunan." Jujur Kanaya merasa hatinya sedikit perih saat mengatakan fakta itu.

"Begitu kah?" Vania tersenyum pahit. "Mungkin kamu tidak pernah melihat saat Mas Adnan menatap sedih pada anak jalanan yang berserakan di jalan raya, kamu juga belum pernah melihat Mas Adnan tertawa bahagia saat ada anak kecil yang tersenyum padanya. Atau saat dia menimang bayi dari seorang rekan kantornya yang sudah memiliki anak, tatapannya waktu itu begitu sendu dan berair. Hal itu cukup menjadi bukti bahwa sebenarnya dalam lubuk hatinya yang terdalam dia juga menginginkan seorang anak meski dia tak pernah mengungkapkannya."

Kanaya melihat Vania yang wajahnya sudah basah oleh air mata. Kanaya mencoba menebak seberapa luka yang disimpan oleh perempuan cantik yang penuh ambisi itu dalam hatinya.

"Dia selalu memikirkan ku hingga tak pernah memikirkan kebahagiaannya sendiri. Awal-awal aku diperlakukan seperti itu aku bahagia dan bangga karena mempunyai suami yang selalu mengutamakan perasaan istrinya namun perlahan aku sadar kalau aku terlalu egois karena merasa memiliki hingga tak sadar dia sendiri menahan keinginannya sampai-sampai hatinya pun terluka." Suara isakan yang lirih keluar dari mulut Vania, sebisa mungkin dia menahan suara tangisnya agar tidak membuat kegaduhan.

Kanaya yang merasa iba pun memegang pundak Vania yang bergetar lalu perlahan mengelusnya. "Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk segera hamil, Mbak. Tapi aku tidak bisa memastikan kapan karena hamil itu adalah takdir yang Maha Kuasa."

Kanaya sudah siap jika memang kelak dirinya hamil karena dia sudah tahu konsekuensi saat dia masuk ke dalam rumah ini, namun apa daya, bagaimanapun dia berusaha tetap takdir yang di atas lah yang kelak menentukan.

"Aku akan memberi waktu untuk kamu dan Mas Adnan nanti. Untuk bisa segera hamil, kamu harus sering-sering berhubungan intim saat masa subur. Jadi aku akan mengatur semuanya untukmu."

"Tapi aku mohon dengan sangat, setelah ini jangan ambil Mas Adnan dariku ya, Nay," lanjutnya lirih.

Kanaya mengerutkan keningnya. "Maksud Mbak apa? Aku bukan seperti Tania yang berniat mencuri suami kakak kandungnya sendiri. Aku kesini karena memang Mbak yang menginginkanku, bukan atas keinginanku sendiri." Kanaya merasa sangat tersinggung mendengar ucapan Vania tadi.

"Aku tahu, aku minta maaf kalau perkataanku membuatmu tersinggung. Aku hanya mengatakan hal-hal yang membuatku khawatir, itu saja."

Kanaya menghela napasnya pendek, tak mengerti apa yang tengah dipikirkan Vania tentangnya hingga berkata seperti itu. "Aku berjanji hanya akan mengandung benih dari Mas Adnan lalu akan pergi segera setelah benih itu terlahir menjadi bayi."

"Akan aku pastikan keinginan apapun darimu setelah semua itu terjadi bisa terpenuhi, Nay. Asal kamu bisa memegang janjimu padaku untuk tidak merebut Mas Adnan dari sisiku."

"Mbak bisa pegang janjiku itu," ujar Kanaya bersungguh-sungguh.

1
Muhammad Malvien Laksmana
Luar biasa
Muhammad Malvien Laksmana
Biasa
Endah Windiarti
Luar biasa
Jessica
ceritanya bagus penulisan nya juga tertata g bikin jenuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!