NovelToon NovelToon
Akan Kutemukan Peggantimu

Akan Kutemukan Peggantimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor jahat
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Wilda Sugandi adalah seorang istri yang baik hati dan menurut pada sang suami, Arya Dwipangga. Mereka sudah menikah selama 5 tahun namun sayang sampai saat ini Wilda dan Arya belum dikaruniai keturunan. Hal mengejutkan sekaligus menyakitkan adalah saat Wilda mengetahui bahwa Arya dan sahabat baiknya, Agustine Wulandari memiliki hubungan spesial di belakangnya selama ini. Agustine membuat Arya menceraikan Wilda dan membuat Wilda hancur berkeping-keping, saat ia pikir dunianya sudah hancur, ia bertemu dengan Mikael Parovisk, seorang CEO dari negara Serbia yang jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kita Berteman

Nurjannah menatap Mikael dengan tatapan penuh selidik. Ia masih ingat betul kejadian semalam, ketika Wilda pulang dengan pria bule ini. Ada rasa khawatir dan curiga yang bercampur aduk dalam hatinya.

"Maaf, Bu," kata Mikael dengan sopan, memecah keheningan. "Saya Mikael. Saya ... saya teman Wilda."

Nurjannah masih belum menjawab. Ia terus menatap Mikael dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Saya ingin bertemu dengan Wilda, Bu," lanjut Mikael dengan nada sedikit gugup. "Apakah Wilda ada di rumah?"

Nurjannah menghela napas. Ia tidak tahu harus bagaimana. Di satu sisi, ia tidak ingin Wilda terlibat masalah lagi. Tapi di sisi lain, ia juga tidak ingin bersikap kasar pada orang yang sudah menolong anaknya.

"Wilda ada di dalam," jawab Nurjannah akhirnya.

"Tapi, maaf, Nak. Ibu harus bertanya dulu pada Wilda, apakah dia mau bertemu dengan kamu atau tidak."

Mikael mengangguk mengerti. Ia tahu Nurjannah masih belum percaya padanya.

"Tentu, Bu," kata Mikael dengan sabar. "Saya akan menunggu di sini."

Nurjannah kemudian masuk ke dalam rumah untuk menemui Wilda. Ia menceritakan kedatangan Mikael dan menanyakan apakah Wilda mau bertemu dengannya. Wilda yang mendengar nama Mikael disebut, merasa sedikit terkejut. Ia tidak menyangka Mikael akan datang ke rumahnya.

"Ibu, Wilda tidak tahu harus bagaimana," kata Wilda dengan nada bingung. "Wilda takut kalau nanti ada apa-apa."

"Ibu mengerti perasaan kamu, Nak," kata Nurjannah sambil mengusap punggung Wilda.

"Tapi, Ibu percaya sama kamu. Kamu pasti bisa mengambil keputusan yang terbaik."

Wilda berpikir sejenak. Ia ingat kebaikan Mikael yang sudah menolongnya semalam. Ia juga merasa penasaran ingin mengenal pria itu lebih jauh.

"Baiklah, Bu," kata Wilda akhirnya. "Wilda mau bertemu dengan Mikael."

Nurjannah tersenyum lega. Ia senang karena Wilda berani mengambil keputusan.

Nurjannah kemudian kembali ke ruang tamu dan mempersilakan Mikael untuk masuk.

"Mari, Nak," kata Nurjannah. "Wilda sudah siap bertemu dengan kamu."

Mikael tersenyum senang. Ia kemudian mengikuti Nurjannah menuju ke dalam rumah dan duduk di sofa ruang tamu.

****

Mikael duduk berhadapan dengan Wilda di ruang tamu rumah Nurjannah. Ia merasa gugup, namun berusaha untuk tetap tenang. Ia ingin membuka percakapan dengan Wilda, namun ia tidak tahu harus mulai dari mana.

"Emm ... Wilda," sapa Mikael dengan suara sedikit gugup. "Apa kabarmu malam ini?"

Wilda tersenyum ramah. "Kabar baik, Mikael," jawabnya. "Kamu sendiri bagaimana kabarnya?"

"Saya juga baik," jawab Mikael. "Terima kasih sudah bertanya."

Mikael kemudian terdiam sejenak. Ia mencoba mencari topik pembicaraan yang menarik.

"Saya ... saya ingin mengenal kamu lebih jauh, Wilda," kata Mikael dengan nada sedikit gugup.

"Apakah kamu keberatan kalau kita berteman?"

"Iya."

Mikael tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya, "Kalau begitu, kita sudah resmi berteman ya?"

Wilda tertegun. Ajakan pertemanan ini membuatnya sedikit bingung. Sebagai seorang wanita muslimah yang taat, ia selalu menjaga jarak dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Ia takut jika pertemanan itu akan menimbulkan fitnah atau hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun, di sisi lain, ia merasa tidak enak untuk menolak ajakan Mikael. Ia ingat kebaikan pria itu yang telah menolongnya dari kecelakaan. Ia juga merasa nyaman berbicara dengan Mikael.

"Saya ... saya ..." Wilda mencari kata-kata yang tepat untuk menyampaikan maksudnya.

"Sebenarnya, saya ..."

"Ada apa, Wilda?" tanya Mikael dengan nada khawatir.

"Saya minta maaf, Mikael," kata Wilda akhirnya.

"Saya tidak bisa berteman denganmu."

Mikael terkejut mendengar jawaban Wilda. Ia tidak menyangka wanita itu akan menolaknya.

"Tapi kenapa, Wilda?" tanya Mikael dengan nada kecewa. "Apakah ada sesuatu yang salah dengan saya?"

"Tidak, Mikael," jawab Wilda dengan cepat. "Kamu tidak salah apa-apa. Hanya saja, saya ..."

Wilda terdiam sejenak. Ia mencari cara untuk menjelaskan maksudnya tanpa menyinggung perasaan Mikael.

"Saya seorang muslimah," kata Wilda akhirnya.

"Dalam agama saya, saya harus menjaga jarak dengan laki-laki yang bukan mahram saya. Saya tidak ingin pertemanan kita menimbulkan fitnah atau hal-hal yang tidak baik."

Mikael mengangguk mengerti. Ia baru tahu bahwa Wilda adalah seorang muslimah.

"Saya minta maaf, Wilda," kata Mikael dengan nada menyesal. "Saya tidak tahu kalau kamu punya batasan seperti itu."

"Tidak apa-apa, Mikael," jawab Wilda. "Kamu tidak perlu minta maaf. Saya yang seharusnya menjelaskan dari awal."

Mikael terdiam sejenak. Ia menghormati keputusan Wilda.

"Kalau begitu, saya mengerti," kata Mikael akhirnya. "Saya tidak akan memaksa kamu untuk berteman dengan saya. Tapi, saya harap kita masih bisa berkomunikasi dengan baik."

****

Hari yang ditunggu sekaligus dihindari akhirnya tiba. Hari ini adalah sidang perdana perceraian antara Wilda dan Arya. Pengadilan Agama telah menetapkan jadwal, dan keduanya telah menerima panggilan sidang. Namun, pagi ini, kursi yang seharusnya diisi oleh Wilda tampak kosong.

Arya duduk di kursi tunggu dengan wajah masam. Matanya melirik ke arah pintu ruang sidang, berharap Wilda akan muncul. Namun, hingga sidang dimulai, Wilda tak kunjung datang. Rasa kesal dan amarah bercampur aduk dalam hatinya.

Sidang dimulai. Hakim ketua menanyakan kehadiran Wilda, dan pengacara Wilda, yang duduk tidak jauh dari Arya, menjawab dengan tenang, "Yang Mulia, klien kami, Wilda, tidak dapat hadir hari ini. Beliau telah memberikan kuasa kepada kami untuk menghadiri sidang ini."

Arya mengepalkan tangannya. Ia merasa Wilda sengaja tidak datang untuk menghindarinya. Ia yakin Wilda tidak ingin bertemu dengannya, apalagi berbicara tentang perceraian mereka.

Hakim ketua kemudian melanjutkan sidang. Agenda hari ini adalah pembacaan gugatan cerai dari Wilda dan upaya mediasi antara kedua belah pihak. Namun, karena Wilda tidak hadir, mediasi tidak dapat dilakukan. Pengacara Wilda menyerahkan surat kuasa dan dokumen-dokumen yang diperlukan kepada hakim ketua. Arya mendengarkan dengan seksama setiap kata yang dibacakan oleh hakim ketua. Ia tidak menyangka Wilda akan menggugat cerai dirinya.

Setelah pembacaan gugatan cerai selesai, hakim ketua bertanya kepada Arya, "Apakah Anda bersedia untuk mediasi dengan Wilda?"

Arya terdiam sejenak. Ia masih berharap Wilda akan berubah pikiran dan mau kembali kepadanya. Namun, ia juga tidak ingin terlalu berharap.

"Saya bersedia, Yang Mulia," jawab Arya akhirnya.

Hakim ketua kemudian menunda sidang dan memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk melakukan mediasi di luar persidangan.

Namun, karena Wilda tidak hadir, mediasi tidak dapat dilakukan. Arya meninggalkan ruang sidang dengan perasaan kecewa dan marah. Ia merasa Wilda telah meremehkannya. Ia berjanji akan mencari cara untuk berbicara dengan Wilda dan memintanya untuk membatalkan gugatan cerai.

"Aku tidak akan menyerah, Wilda," gumam Arya dalam hati. "Aku akan mendapatkanmu kembali."

****

Di saat yang sama, seorang wanita dengan penampilan mоdis dan penuh percaya diri melangkah masuk ke dalam gedung pengadilan agama. Agustine, wanita yang menjadi selingkuhan Arya, datang dengan tujuan yang jelas: bertemu dengan Arya. Agustine tidak peduli dengan status Arya yang masih berstatus suami orang. Ia hanya ingin Arya menjadi miliknya seutuhnya. Ia merasa kesal karena Wilda tidak hadir di persidangan. Ia yakin Wilda sengaja menghindar untuk membuat Arya semakin menderita.

"Pasti dia sengaja tidak datang agar Arya semakin sedih," gumam Agustine dalam hati. "Dia memang wanita yang tidak punya perasaan."

Agustine terus berjalan dengan langkah mantap menuju ruang tunggu sidang. Ia melihat Arya duduk sendirian dengan wajah murung. Tanpa ragu, Agustine menghampiri Arya dan langsung memeluknya erat.

"Sayang, aku di sini untukmu," kata Agustine dengan suara lembut. "Jangan sedih, ya. Aku yakin semua ini akan segera berlalu."

Arya yang masih diliputi kekecewaan dan amarah, hanya membalas pelukan Agustine dengan lesu. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi.

"Aku benci Wilda," kata Arya dengan suara bergetar. "Dia benar-benar membuatku menderita."

"Aku tahu, Sayang," jawab Agustine sambil mengusap punggung Arya. "Tapi, kamu harus kuat. Aku akan selalu ada di sampingmu."

Agustine semakin mengeratkan pelukannya pada Arya. Ia ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa Arya adalah miliknya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun merebut Arya darinya, termasuk Wilda.

1
Ma Em
Dasar pelakor maruk sdh tau suami sahabatmu masih saja digoda seperti tdk ada lelaki lain didunia ini apa Agustine tdk laku hingga suami sahabat sendiri embat juga
ay Susie
bikin darah tinggi ,,
Machmudah
suka sm othor nya rajin up....🥰
Serena Muna: makasih kakak
total 1 replies
Mika Su
bukunya sangat bagus dan gak nyesel buat baca
Serena Muna: terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!