Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Benyamin duduk di ruang kerjanya, matanya terpaku pada berkas-berkas yang tergeletak di meja. Di antara tumpukan kertas itu, ada satu nama yang menarik perhatian, Herlina.
Tidak ada angin tidak ada hujan, tuannya menyuruh Benyamin mencari tahu soal gadis yang bernama Herlina. Setelah seharian mencari informasi, akhirnya Benyamin berhasil mengumpulkan semua data soal gadis ini.
Gadis muda yang berasal dari keluarga baik-baik, namun naas nasib perekonomian keluarganya sedang di ujung tanduk, setelah ayahnya menjual pabrik konveksi.
“Sangat menarik, tuan Harlord bisa tertarik pada gadis belia yang baru lulus sekolah,” gumam Benyamin, sambil menyandarkan punggungnya di kursi.
.
.
“Herlina adalah anak dari seorang pengusaha pabrik konveksi. Keluarganya sederhana, tetapi mereka dihormati oleh para tetangga mereka, ayah Herlina juga dikenal sebagai sosok pengusaha yang baik. Dia rela menjual pabriknya demi membayar gaji dan pesangon para pekerjanya, padahal hutang-hutangnya usahanya masih menumpuk." ucap Benyamin menjelaskan segala informasi yang ia dapatkan.
Harlord mengangguk pelan. Semua informasi yang didapatkan tentang Herlina sepertinya tidak buruk. Namun, dia tetap merasa ada yang kurang. Ia membutuhkan lebih banyak informasi tentang gadis itu.
"Apa benar gadis itu sudah punya kekasih atau tunangan?" tanya Harlord memastikan.
"Untuk saat ini tidak ada tali pertunangan yang mengikat gadis ini, ada informasi yang beredar juga kalau ayah gadis ini sedang mencari calon suami yang layak, bisa jadi untuk membantu melunasi hutang-hutang perusahannya," jawab Benyamin.
"Informasi yang bagus, Benji! Kamu memang asistenku yang paling baik." seru Harlord menepuk pundak Benji.
"Jadi apa rencana anda, tuan?"
"Sudah pasti, membantu ayah gadis itu melunasi hutang-hutang perusahannya." ucap Harlord dengan seringai liciknya.
.
*****
Tiga hari setelahnya.
Keluarga Matson, salah satu keluarga terpandang pada kala itu, memiliki darah keturunan Belanda yang kental. Ibunya Harlord adalah seorang wanita asli Indonesia yang memiliki wajah nan ayu bak putri keraton Jawa, ia menikah dengan seorang pria yang berdarah asing.
Kemudian lahirlah Harlord putra mereka satu-satunya. Namun naas saat Harlord berusia 18 tahun, kedua orangtuanya meninggal karena dibunuh.
Telah terjadi suatu perampokan yang merenggut nyawa kedua orangtua Harlord saat perjalan ke luar kota. Kini sang putra harus hidup sebatang kara tanpa kasih sayang kedua orangtuanya.
Selama beberapa tahun Harlord hidup didampingi oleh orang-orang kepercayaan orangtuanya terdahulu, Mbok Darmi, Benyamin, Bibi Sumiati, dan pak Budy.
Ia yang seorang anak tunggal dan masih muda, selalu di bujuk rayu oleh banyak pihak dari keluarga jauh kedua orangtuanya. Mereka ingin mengadopsi dia, namun itu semua karena mereka ingin menguasai harta berlimpah dari mendiang kedua orangtuanya.
Untung saja Harlord tidak sebodoh yang sanak keluarganya pikirkan, karena ia sama sekali tidak cocok disebut sebagai pria yang baik.
.
.
"Aaagghh!!!" suara teriakan seorang pria yang sudah sedang kesakitan.
Pria itu terkapar tidak berdaya di bawah kaki Harlord. Ia menatapnya dengan sorot mata yang dingin, sembari menyesap kuat cerutunya.
Kretek...
Suara tulang di remukan. Harlord sengaja menginjak kencang punggung tangan pria yang sedang terkapar itu. Lalu tersungging senyum puas saat melihat pria yang dibawahnya menderita sampai mengeluarkan busa dari mulutnya.
"AAAKKHH!!" sekali lagi pria itu di buat menjerit kesakitan, suara teriakannya semakin menjadi-jadi, sampai memenuhi seisi ruangan gudang.
"Buang dia ke jeruji penjara, lemparkan juga barang-barang bukti hasil korupsinya di perusahaan." perintah Harlord ke para anak buah bayarannya.
"Baik tuan!" Serentak para orang-orang suruhan Harlord yang berbaju serba hitam.
Blam...
Harlord memasuki mobil.
Sambil duduk di dalam, ia mengelap kedua tangannya dengan sapu tangan. Harlord memang tidak akan membunuh siapapun yang merugikan perusahaannya, tapi dia juga bukan pria yang memiliki rasa belas kasihan.
Sebelum ia menyerahkan pelaku kejahatan korupsi perusahaannya, Harlord lebih suka menyiksanya terlebih dahulu, mematahkan beberapa tulang kecil, baru melemparkan tikus itu ke dalam jeruji besi.
"Tuan habis ini anda mau kemana?" Tanya Benyamin.
"Kita mampir dulu ke toko perhiasan, aku perlu cincin untuk melamar wanita itu." ujar Harlord tersenyum tipis, sambil tersenyum ia memangku wajahnya sembari menatap ke arah luar jendela mobil.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**