NovelToon NovelToon
Alter Ego Si Lemah

Alter Ego Si Lemah

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Chicklit
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Musoka

Apakah benar jika seorang gadis yang sangat cantik akan terus mendapatkan pujian dan disukai, dikagumi, serta disegani oleh banyak orang?

walaupun itu benar, apakah mungkin dia tidak memiliki satu pun orang yang membencinya?

Dan jika dia memiliki satu orang yang tidak suka dengan dirinya, apakah yang akan terjadi di masa depan nanti? apakah dia masih dapat tersenyum atau justru tidak dapat melakukan itu sama sekali lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bala bantuan

Happy reading guys :)

•••

“Lu gak papa, Ngel?” tanya Sheila, menatap tajam ke arah pria dewasa yang pukulan tangannya sedang ia tangkis.

Angelina mengangguk pelan dengan kedua mata masih melebar sempurna. “Gue, gak papa.”

Hembusan napas lega terdengar dari mulut Sheila. Gadis itu melepaskan tangan pria dewasa yang berada di hadapannya, lalu dengan cepat memberikan tendangan dan pukulan secara membabi-buta ke wajah serta tubuh pria dewasa itu.

Tidak siap dengan serangan yang tiba-tiba dilancarkan oleh Sheila, membuat pria dewasa itu tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah dan menunggu Sheila berhenti menyerah dirinya.

Meninggalkan Sheila yang masih terus menyerang musuh, Angelina di tempat berdirinya sekarang menoleh ke arah Vanessa, berjalan dengan gontai mendekati sang sahabat, berusaha membantu Vanessa untuk terlepas dari cengkeraman tangan salah satu pria dewasa itu.

Akan tetapi, sebelumnya Angelina berhasil membantu sang sahabat, terlihat seorang gadis yang terlebih dahulu memberikan bantuan kepada Vanessa.

Gadis itu menendang punggung pria dewasa yang sedang mengganggu Vanessa, lalu dengan segera berdiri di hadapan Vanessa kala melihat sang musuh jatuh tersungkur ke tanah.

“Lu gak papa?” tanya gadis itu, tanpa menoleh ke arah Vanessa.

Vanessa perlahan-lahan mulai menganggukkan kepala dengan tubuh yang sudah bergetar sangat hebat. “I … iya.”

Angelina memeluk tubuh Vanessa. “Van, lu gak papa, kan?”

Vanessa menoleh ke arah Angelina, lalu membalas pelukan sang sahabat. “A … aku gak papa, Ngel.”

“Sedihnya simpan dulu, tolong kalian lihatin orang yang ada di belakang,” kata gadis yang berada di hadapan Angelina dan Vanessa.

Mendengar perkataan Gadis itu, membuat pelukan Angelina dan Vanessa sontak terlepas. Mereka berdua berbalik badan, melihat satu pria dewasa yang masih mengerang kesakitan seraya memegangi alat vitalnya.

Pria dewasa itu perlahan-lahan mulai berusaha untuk bangun dari posisi tidurnya. Namun, usahanya gagal karena Angelina dan Vanessa terlebih dahulu memberikan tendangan yang cukup kuat di perutnya.

“Kerja bagus, Ngel, Van,” ujar Sheila, berjalan mendekati tempat Angelina dan Vanessa dari arah belakang.

Angelina dan Vanessa sontak berbalik badan saat mendengar suara dari Sheila.

“Makasih, Shel, karena udah bantuin kita,” ucap Angelina.

Sheila mengangguk, tersenyum tipis, memasukkan tangan kanan ke dalam saku celana, lalu melihat ke arah gadis yang masih sibuk berkelahi dengan salah satu pria dewasa.

“Al, lu udah telpon polisi?” tanya Sheila, saat melihat gadis itu telah berhasil membuat musuhnya tergeletak tak berdaya.

Gadis yang dipanggil Al itu menoleh ke arah Sheila. “Aman, Shel. Mereka sebentar lagi juga datang.”

Tetesan air hujan perlahan-lahan mulai turun membasahi bumi, membuat keempat gadis yang sedang berada di tengah-tengah para pria dewasa yang sudah tergeletak tak berdaya sontak mendongakkan kepala.

“Hujan,” gumam Sheila, menutup mata, menikmati setiap tetes air hujan yang menerpa wajah cantiknya.

Angelina dan Vanessa mengalihkan pandangan ke arah depan kala mendengar suara sirine polisi. Kedua gadis itu menyipitkan mata, melihat beberapa mobil polisi yang sedang berjalan mendekati tempat mereka berada dengan diikuti oleh mobil milik Galen dan Raka.

Beberapa mobil itu berhenti tepat di dekat tempat Angelina, Vanessa, dan Sheila berada.

Pintu mobil terbuka, menampilkan Galen dan Raka yang dengan cepat berlari mendekati tempat Angelina dan Vanessa berada.

“Kamu gak kenapa-napa, Dek?” tanya Galen, memeluk tubuh Vanessa dengan sangat erat seraya memberikan ciuman penuh kasih sayang di puncak kepala sang adik.

Vanessa mengangguk pelan, membalas pelukan sang kakak dengan tidak kalah erat. “Adek takut, Kak.”

“Udah ada Kakak di sini, kamu gak perlu takut lagi, Dek,” kata Galen, masih terus memberikan ciuman di puncak kepala Vanessa.

Meninggalkan Galen dan Vanessa yang masih sibuk berpelukan. Saat ini, Raka sedang melihat beberapa pria dewasa yang sudah tergeletak tak berdaya di atas trotoar, lalu menyuruh para polisi untuk menangkap mereka semua.

Setelah para polisi bergerak untuk menangkap beberapa orang pria dewasa itu, Raka berjalan mendekati Angelina, membawa tubuh sang anak masuk ke dalam pelukannya.

“Kamu ada luka, Sayang?” tanya Raka, mengelus rambut Angelina yang telah basah karena terkena tetesan air hujan.

Angelina mengangguk pelan, menyandarkan kepalanya di dada lebar milik sang ayah. “Angel gak papa, Pa, cuma kaki kanan Angel rasanya sakit banget.”

Mendengar jawaban Angelina, membuat Raka melepaskan pelukan, berjongkok, dan memeriksa kaki kanan milik sang anak.

“Sayang, kaki kamu terkilir.” Raka mendongakkan kepala, melihat raut wajah sang anak yang sedang menahan kesakitan saat ia memegang kaki kanannya.

“Sakit, Pa.” Erangan pelan terdengar dari mulut Angelina.

Raka menjauhkan tangan dari kaki kanan Angelina. Ia kembali berdiri, lalu menggendong sang anak dengan ala bridal style.

“Galen, kamu bisa tangani masalah di sini sendirian gak? Saya mau bawa Angel ke rumah sakit dulu,” tanya Raka, melihat ke arah Galen dan Vanessa yang masih terus berpelukan.

Galen menatap ke arah Raka, lalu menganggukkan kepala. “Bisa, Om. Biar Galen sama Vanessa aja yang ke kantor polisi, Om ke rumah sakit aja.”

“Makasih, Gal.” Raka berjalan menuju mobil miliknya, membuka pintu, mendudukkan tubuh Angelina di kursi penumpang depan, lalu kembali melangkahkan kaki menuju kursi kemudi.

“Angel baik-baik aja, kan, Kak?” tanya Vanessa yang masih berada di dalam pelukan Galen, melihat mobil Raka yang perlahan-lahan mulai berjalan menjauhi tempatnya.

“Dia akan baik-baik aja, Dek.” Galen mengalihkan pandangan ke arah Sheila yang sedang mengobrol dengan temannya. “Shel.”

Mendengar panggilan dari Galen, membuat Sheila sontak menoleh ke arah laki-laki itu. “Kenapa, Kak?”

“Kamu ikut saya ke kantor polisi buat jadi saksi, ya,” ujar Galen.

Sheila tersenyum tipis, menyibakkan rambut panjangnya yang sudah lepek karena terkena tetesan air hujan, lalu mengangguk sebagai jawaban.

Setelah Sheila mengangguk, Galen menundukkan kepala, melihat sang adik yang masih berada di dalam pelukannya.

“Dek, kita ke kantor polisi dulu, ya.” Galen mengelus lembut punggung Vanessa seraya memberikan ciuman di puncak kepala sang adik.

Vanessa hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

Melihat Vanessa mengangguk kepala, Galen mulai berjalan menuju mobil miliknya dengan masih terus memeluk tubuh sang adik.

“Shel, ini gue juga harus ikut?” tanya seorang gadis yang sedang berdiri di samping Sheila.

“Terserah lu, Al. Tapi, lebih baik lu ikut biar saksinya lebih kuat,” jawab dan saran Sheila.

“Gitu, ya, Shel.” Gadis itu melihat ke arah Galen yang sedang membantu Vanessa untuk masuk ke dalam mobil. “Ya, udah, gue ikut, Shel.”

Sheila memasukkan tangan kanan ke dalam saku celana. “Ayo, ke sana. Keburu kak Galen nunggu.”

Gadis itu mengangguk, lalu berjalan menuju mobil milik Galen bersama dengan Sheila.

•••

“Mereka gagal total.” Seorang gadis cantik yang sedang melihat tetesan air hujan berdecih, mengepalkan tangan kanan yang berada di kaca jendela.

Melihat gadis itu, membuat Nadine sontak bangun dari posisi tidurnya, mengambil bantal, lalu menaruhnya di atas pangkuan. “Semua orang yang lu bayar gak ada yang bisa diandalkan, Kak. Bahkan, temen-temen yang kata lu berbakat bisa diamankan sama pihak kepolisian.”

Gadis cantik itu meninju kaca jendela hingga membuat bunyi yang sangat mengganggu. “Diam!”

Nadine mengembuskan napas panjang, menopangkan dagu, melihat pantulan dirinya melalui kaca meja rias. “Selanjutnya biar gue aja, Kak, yang maju.”

Gadis cantik itu dengan cepat menggelengkan kepala. “Jangan. Gue langsung yang akan maju, dan tugas lu hanya perlu mancing dua orang itu ke tempat gue.”

Nadine mengalihkan pandangan ke arah sang kakak. “Oke.”

Setelah mendengar jawaban dari Nadine, gadis cantik itu mengukir senyuman kemenangan, dengan tangan kanan yang masih terus mengepal di kaca jendela.

“Gue pastiin kali ini kalian berdua lenyap.”

To be continued :)

1
Sean71
ceritanya bagus kok
sering sering bikin novel kek gini ya thor😁😁
Sean71: ok thor di tunggu hehe
Musoka: Makasih, kak. tunggu karya author selanjutnya, ya
total 2 replies
Sean71
dah tamat... gini aja nih kaga di beri tahu kondisi tubuh Vanesa gimana thor😁😁😁
Musoka: Kondisi tubuh Vanessa author serahkan ke para pembaca, ya. kalian bebas beranggapan Vanessa masih hidup atau udah meninggal
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!