Berawal dari Marley yang menolong gadis kecil yang ia beli dari Klub malam, dengan bayaran yang tinggi.
Sebagai seorang Cassanova, tentunya Marley menginginkan hal ranjang kepada gadis yang telah ia tolong.
Tapi, Bintang memberi syarat sebelum menyentuh nya harus menikahi nya terlebih dahulu. lalu bagaimana dengan Marley? apakah mereka akan menikah hanya karna darah perawan yang diinginkan Marley?
Ayo baca dan jangan lupa Vote, Follow, like, dan komentar agar novel ini bersinar terang:)
Follow IG:authorhaasaanaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode Dua Satu
Pertanyaan itu membuat Marley bingung ingin menjawab apa, karena sudah pasti Sinta tahu apa jawaban nya. “Iya, Bu. Karena..”
PLAK
Satu tamparan keras di wajah tampan Marley, ia tahu maksud dari kemarahan sang ibu. Marley hanya diam menundukkan kepalanya, “bagaimana bisa kau lakukan itu? Apa kau sudah gila, ha?!” Bentak Sinta, ia menatap nyalang putra nya.
“Ibu pikir, jika kau sudah menikah akan meninggalkan gelar Cassanova mu itu. Menjalani kehidupan yang benar, dan belajar setia. Tidak melakukan hal buruk seperti itu!”
“Marley tahu, Bu. Aku hanya tidak terkendali, Vanya memberikan pil perangsang hingga aku menyentuh nya kembali.” Jelas Marley, tentunya Sinta tak percaya begitu saja.
“Begini, jika dalam dua minggu kau tidak bisa lepas dari Cassanova itu.. Maka ibu tidak akan segan-segan memisahkan mu dari Bintang, wanita baik dan suci sepertinya.. Tidak pantas bersama mu!”ancam Sinta, kali ini benar-benar ancaman yang serius.
Marley hanya terdiam pasrah, ia tahu kesalahan nya sendiri. Sinta pergi begitu saja, Marley menyusul dibelakang nya.
“Ayo tidur aja sama ibu, jangan mau sama Marley.” Ajak Sinta, tentunya Marley terkejut mendengar nya.
“Ibu, apa apaan?”
“Apa ngga suka? Jangan protes, ibu lagi tidak ingin mendengar semua alasan mu!” Ucap Sinta ketus, ia meraih tangan Bintang dan membawa nya masuk kedalam kamar nya.
Bintang menatap Marley, ia juga tidak bisa menolak ajak kan dari ibu mertua nya. Marley sebal sekali, karna Sinta selalu bertindak sesuka nya.
Didalam kamar Sinta, Bintang berbaring dengan telentang. Menatap langit langit kamar, ia memikirkan tentang Marley yang mungkin sedang apa dikamar nya.
Bintang perlahan bangkit, ia melihat ibu mertua nya yang tidur pulas. Bintang tidak bisa tidur, pikiran nya penuh kepada Marley.
Tiba-tiba Bintang mendengar suara aneh, ia melihat pintu kamar yang perlahan terbuka. Dan ternyata itu Marley, pria itu mengarahkan tangan nya agar Bintang keluar dari kamar.
Bintang mengangguk, ia perlahan turun dari kasur dengan gerakan yang sangat hati-hati. Tiba-tiba Sinta terbangun dari tidur nya, “mau kemana, sayang?” Tanya nya, membuat jantung Bintang seakan mau lompat.
“Mau buang air kecil, Bu.” Jawab nya, Sinta ber oh saja. Ia kembali tidur, seperti nya sangat mengantuk.
Karena melihat Sinta yang sudah tidur kembali, Bintang melanjutkan langkah nya. Ia membuka pintu perlahan, dan keluar dengan jantung yang berdebar.
Marley tertawa melihat nya, ntahlah.. Adakah sepasang suami-istri yang bertemu dengan cara seperti ini? Apakah hanya Marley dan Bintang saja?
Marley meraih tangan Bintang untuk mengikuti langkah nya, ia membawa Bintang menuju balkon. Disana ada sesuatu yang menunggu mereka, Bintang ternganga kala melihat hamparan bintang yang banyak.
“Bintang nya banyak banget..” Ucap Bintang dengan tawa bahagia nya, ia sampai menari-nari melihat bintang itu.
“Kau tahu, apa perbedaan nya bintang diatas sana dengan dirimu?”
Dengan cepat Bintang menggelengkan kepalanya, ia penasaran sekali.
“Bintang diatas sana bisa dilihat semua orang, bisa dirasakan semua orang dan mungkin semua orang bisa memiliki nya. Tapi, kalau bibin ku.. Hanya aku yang bisa memiliki nya dan merasakan nya dan melihat nya.”
Kata-kata manis itu membuat Bintang salah tingkah, rangkaian kata yang asal tidak membuat kehilangan sisi romantis nya.
Marley tersenyum manis, ia meraih tangan Bintang untuk duduk. Tapi, tiba-tiba saja hujan deras. Kacau sudah adegan romantis mereka, Marley dan Bintang langsung berlari masuk.
Kala sudah sampai di kamar Marley, mereka tertawa bersama. Tawa mereka terhenti kala ponsel Marley berbunyi, tertera nama Vanya.
Marley tidak mengangkat panggilan itu, ia berbaring di kasur berukuran king size nya. Tentunya Bintang ikut naik, matanya sudah sangat mengantuk.
Bintang berbaring dengan lengan Marley sebagai bantalan nya, perlahan ia tertidur pulas di dalam dekapan Marley.
Kala Marley ingin menyusul untuk tidur, ponsel nya berbunyi lagi. Lagi-lagi Vanya, Marley melirik kearah Bintang yang sudah memejamkan matanya. Dengan perasaan kesal, Marley mengangkat panggilan itu.
“Halo?”
“Kau dimana?”
“kalau kau menelpon hanya menanyakan soal itu, lebih baik aku matikan saja.”
“Tunggu, aku ingin bicara dengan mu. Apakah peni* mu sudah merasakan pelepasan malam ini?”
“Itu tidak urusan mu!”
“Benda itu milikku, kau lupa berapa kali kau telah memenuhi milik ku dengan cairan mu.”
“Jangan berkata seolah hanya aku yang menyentuhmu, Vanya. Aku benar-benar muak dengan mu, jangan hubungi aku lagi!”
Marley mematikan panggilan itu sepihak, ia malas sekali kala Vanya telah bersikap seperti itu.
Marley tiba-tiba saja teringat dengan ancaman ibu nya, selama dua minggu dirinya harus menjauh dari dosa itu selamanya. Pasti akan sulit, karena banyaknya wanita yang telah merasakan kenikmatan nya.
Marley memijat kedua alis nya, ia melirik kearah Bintang yang tertidur sangat pulas. Sangat damai, membuat Marley merasa tenang.
Marley ingin mengakhiri hubungan ini saja, tapi ia tidak tega dengan Bintang. Memang benar yang dikatakan ibu nya, bahwa dirinya tidak pantas bersama dengan wanita suci seperti Bintang.
“Apa yang harus aku lakukan?”
~
Bintang terbangun dari tidurnya kala merasakan kehadiran seseorang, ternyata itu para pelayan yang sedang menunggu nya bangun. Bintang langsung bangkit, ia melihat sekeliling masih berada di kamar Marley.
“Tuan muda menyuruhnya kami untuk membawa mu mandi, Nona.” Ucap pelayan wanita yang masih kelihatan muda.
Bintang mengangguk saja, perlahan ia bangkit dan berjalan menuju bathroom diikuti oleh ketiga pelayan itu.
Segala hal yang dilakukan Bintang selalu dalam pengawasan pelayan, bahkan untuk memakai baju saja dibantu. Bintang merasa risih, ia berniat untuk meminta kepada Sinta untuk tidak perlu melakukan hal ini.
“Nona sarapan dulu, setelah itu kelas private anda akan di mulai.” Ucap pelayan itu, Bintang sangat senang karena akan memulai pelajaran nya.
“Dimana tuan muda?”tanya Bintang, ia mencari keberadaan suami nya itu.
“Tuan muda sudah berangkat bekerja, sementara nyonya besar sedang ada arisan pagi ini.”
Bintang hanya sendiri lagi, untung nya ia ada kelas private jadi tidak merasakan kesepian terlalu sangat.
Bintang makan roti selai cokelat dan segelas susu, kehidupannya berbanding kebalik dengan dulu. Siapa sangka, bisa merasakan kehidupan bagaikan putri raja seperti ini.