Karna menolong seseorang membuat Rafdelia menjalani kehidupan yang tidak di inginkan nya tetapi seiring berjalannya waktu Rafdelia menjadi menerima takdir kehidupannya.
ketahui kelanjutan kisah hidup Rafdelia dengan membaca cerita ini dari awal ya teman.
SELAMAT MEMBACA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febri inike putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
"Zein, seingat gua tadi Lo sama yang lain di club kan? Kok Lo malah ada disini sekarang?" tanya Tony ikut duduk di sofa bersama Zein setelah mereka berada di ruangan Tony.
"Gua mau jemput ni anak!" jawab Zein datar sambil menoleh ke arah Valdo yang sedang meletakkan beberapa minuman kaleng dan cemilan di meja.
"Jemput gua? Emang gua anak kecil di suruh pulang karena hari sudah malam?" Valdo memasukkan cemilan ke dalam mulutnya.
"Pokoknya bentar lagi kalian pulang semua! Gak usah berlama-lama di rumah sakit, gak steril. Disini ni tempatnya berbagai penyakit. Kalian betah banget berlama-lama?" ucap Zein lagi.
"Lho, gua gak termasuk ya Zein. gua dokter lho disini, dan gua jelas-jelas sedang kerja. Masak Lo samain dengan si Valdo?" Tony tak terima.
"Tapi Ton, udah jam berapa ini? Lo jangan terlalu memforsir tenaga Lo. kerjaan tuh gak bakal pernah selesai kalau di turuti. ingat juga kesehatan Lo!" tegas Zein pada sahabatnya yang memang gila kerja, sama seperti dirinya. Hanya saja ia masih sempat meluangkan waktu untuk beristirahat.
"omongan Lo barusan sama seperti yang dikatakan dokter Rafdelia tadi." Tony mengingat kembali obrolan nya bersama Rafdelia tadi.
"Emang kenapa Rafdelia sampai ngomong gitu ke Lo? Lo caper ya sama dia tadi, sampai dia perhatian gitu sama Lo!" Valdo bertanya dengan wajah sinis.
"Emang itu bisa dikategorikan sebuah perhatian? Kalau iya, wah.. Beruntung banget gua di kasih perhatian sama Rafdelia." ucap Tony sambil senyum-senyum sendiri.
Zein terpana melihat tingkah Tony. Belum selesai dengan si Valdo sekarang Tony yang bertingkah. Sungguh kekesalan Zein sudah tak terbendung namun ia masih bisa menahan diri agar tak mengundang curiga.
"Wah.. Emang dasar Lo Ton! Kok jadi Lo yang klepek-klepek sama Rafdelia... Gua gak terima! Dia gebetan gua sejak awal, kenapa jadi Lo yang nyerobot?" Valdo kesal bukan kepalang.
"Do, gimana kalau kita bersaing secara sehat. Masing-masing kita boleh kok deketin Rafdelia, nantinya terserah Rafdelia mau milih siapa! Deal?" tawar Tony.
"Gak gak.. Ya jelas Lo lebih berpeluang lah. Lo kan sama-sama dokter disini. Sementara gua mau deketin dia aja susah." Valdo menolak tawaran Tony.
"Kok Lo gak percaya diri gitu si? Lo takut kalah saing sama gua?" ledek Tony sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Siapa yang takut. Kita liat aja ntar siapa yang bisa memenangkan hati Rafdelia." balas Valdo Ketus.
Zein berdiri dan dengan tegas menyuruh kedua sahabatnya segera meninggalkan rumah sakit.
"Ayok, gua tunggu Sekar. Pulang semua. Tony, Lo sambung besok lagi kerjaan Lo!" Zein tidak mau dibantah.
"Lah Zein, baru juga gua mau makan cemilan, sayang Zein, habisin dulu.." Valdo beralasan.
"No! sekarang semua pulang!" Zein melangkah ke pintu dan terpaksa semua ikut perintahnya.
Ketiga sahabat itu berjalan keluar dari ruangan Tony. Ketika di depan IGD, terlihat Rafdelia sedang berdiri di depan pintu sedang membantu perawat dan security mendorong bed pasien korban kecelakaan tadi untuk keluar ruangan itu menuju ke ruangan Opera (OK).
Tony menghentikan langkahnya, menghampiri Rafdelia. Zein dan Valdo terdiam di tempat melihat sahabatnya itu.
"Dok, pasiennya akan dioperasi sekarang ya?" tanyanya pada Rafdelia.
"Iya dok.. Dari OK nya udah siap semua." jawab Rafdelia.
"Oh, kalau gitu syukurlah, semoga proses operasinya lancar-lancar saja ya." Rafdelia tersenyum.
"Ok, kalau gitu saya balik dulu ya dok. Kalau ada apa-apa hubungi saya ya." Tony pamit pada Rafdelia, padahal ia tidak perlu melakukan hal itu karena biasanya ia tidak pernah bersikap seperti itu pada dokter dokter yang lain.
Rafdelia hanya tersenyum tipis, tanpa sengaja ia melihat ke arah Zein. Pandangan keduanya beradu. Rafdelia merasa tubuhnya merinding seketika saat Zein menatapnya dengan tatapan tajam dan sulit diartikan.
Rafdelia segera masuk kedalam ruangan dengan hati tak karuan. " apa aku bikin salah ya barusan, mas Zein kok mandangnya dingin gitu?" Rafdelia bertanya-tanya dalam hati.
********
Pagi hari yang cerah....
Rafdelia tiba di apartemen, saat ini pukul 08.30 wib. Ia membuka pintu dan melihat ada Zein yang duduk di sofa bersama asistennya Adrian, agaknya mereka sedang membahas pekerjaan di ruang tengah dengan laptop dan beberapa berkas di tangannya.
Rafdelia masuk dan hendak langsung ke kamarnya. Adrian berjalan menuju pintu keluar dan berpapasan dengan Rafdelia.
"Pagi nyonya Rafdelia..." sapa Adrian sopan sambil sedikit menunduk.
"Padi juga pak Adrian..." jawab Rafdelia.
"Saya permisi dulu nyonya." Adrian keluar dari apartemen.
Ketika Rafdelia akan melanjutkan langkahnya menuju kamar, Zein menyapanya.
"Rafdelia, kamu sudah pulang?" tanya Zein tiba-tiba.
"Iya mas, baru aja sampai." jawab Rafdelia. Ia sedikit deg-degan karena takut dimarahi Zein mengingat semalam tatapan pria itu begitu tajam padanya.
"Tadi dijemput pak Arman kan?" tanyanya lagi.
"Iya mas." jawab Rafdelia singkat.
"Udah sarapan?"
"Tadi sebelum pulang mampir ke kantin bentar sama anak-anak buat sarapan."
"Duduk disini bentar ya.." Zein meminta Rafdelia duduk di sofa dan ia pun berjalan ke dapur.
Rafdelia merasa Bingung dengan perlakuan Zein namun ia menurut saja.
Tak lama kemudian Zein datang dengan segelas susu hangat di tangannya.
"Ini minum susunya selagi masi hangat. Kamu habis jaga malam kan di rumah sakit." Zein menyerahkan susu tersebut dan ia pun duduk di samping Rafdelia.