Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Drama Per-Sepatuan
"Maaf ya, Mbak. Aku coba hubungi Angga, tapi kok aneh nomornya gak aktif."
"Kalian komplotan ya?" tuduh Winda.
"Astaghfirullah hal adzim. Itu fitnah, Mbak. Semiskin-miskinnya saya, gak mungkin mengambil uang atau barang yang bukan hak saya."
"Buktinya apa? Sekarang saja, yang namanya Angga seperti informasi kamu tadi buktinya gak nongol juga!" seru Winda.
Bagus yang melihat situasi makin memanas, akhirnya berinisiatif memanggil pelayan untuk memesan menu makanan dan minuman.
"Ayo, pesan makan dan minum dulu. Perang urusan per-sepatuan juga perlu tenaga," ucap Bagus.
"Ayank, pesan apa?" tanya Bagus pada Winda.
"Rujak juhi, terus minumnya es jeruk kelapa."
"Sekar pesan apa?"
"Gak perlu, Pak Bagus." Sekar merasa sungkan.
"Pesan yang kamu mau. Kita yang bayar. Dilarang nolak rezeki. Nanti kalau kamu pingsan karena belum makan, justru aku malah makin repot!"
Sekar menghela napas beratnya. Ia sebenarnya tak terlalu lapar karena sebelum berangkat, ia sudah makan dahulu di rumah. Ia sangat tahu Tunjungan Plaza adalah mall yang dominan pengunjungnya berkantong cukup tebal.
Harga-harga yang dibandrol bagi seorang Sekar, terbilang mahal. Ia beberapa kali datang ke mall ini pun hanya karena ditraktir oleh Resti.
Dirinya lebih cocok bertandang atau membeli sesuatu di Royal Plaza-Surabaya yang biasa dijuluki mall sejuta umat atau mall rakyat jelata. Harga yang dibandrol di sana jauh lebih murah ketimbang di Tunjungan Plaza yang terkenal sebagai mall orang elit.
"Aku pesan asinan buah sama es cendol saja," jawab Sekar.
"Loh, para wanita ini lagi diet apa? Kenapa menu yang kalian pesan pada kompak begini? Menu ala orang diet," ucap Bagus dengan nada heran.
"Aku gak diet kok, Mas. Memang lagi pengin saja,"
"Bagus lah kalau ayank gak diet. Aku lebih suka kamu berisi daripada kurus kayak triplek,"
"Ishh !!" omel Winda seraya mencubit lengan suaminya.
Sekar hanya mampu tersenyum tipis melihat adegan suami istri di depannya saat ini. Tampak menggemaskan.
Bagus lebih memilih menu soto Betawi dan es teler untuk santap malam. Tak lama, menu yang mereka pesan pun tiba dan ketiganya makan dalam diam.
☘️☘️
Setelah selesai santap malam, ketiganya kembali melanjutkan perbincangan.
"Begini saja, Mbak. Saya kan juga masih ragu apa benar ini sepatu punya Mbak atau bukan. Apalagi Mbak Winda lupa membawa nota pembeliannya yang katanya ketinggalan di rumah. Bagaimana kalau_" ucapan Sekar seketika terpotong.
"Aku kan sudah kasih tunjuk ke kamu bukti foto waktu aku pertama kali pakai sepatu itu ke acara dinner spesial sama suamiku pas acara ulang tahunku dua bulan yang lalu. Apa masih kurang?"
"Di foto itu memang tampilan sepatunya serupa. Tapi, saya masih perlu bukti konkrit sebelum menyerahkan sepatu itu pada Mbak Winda. Apalagi Pak Angga juga tak bisa saya hubungi," ucap Sekar.
" Lantas, endingnya seperti apa ini urusan per-sepatuan yang membagongkan?" cecar Winda.
"Begini saja, Mbak. Sepatu ini akan tetap saya bawa dahulu. Jika nanti urusan saya dengan Pak Angga clear, maka sepatu ini bisa jelas punya siapa. Jika memang benar punya Mbak Winda, maka dengan senang hati akan saya berikan pada Mbak."
"Jaminannya apa? Siapa tahu setelah ini kau pergi begitu saja!"
"Saya memang tak punya jaminan apapun yang layak. Saya hanya bisa memberikan nomor hp dan foto KTPku pada Mbak Winda," jawab Sekar. "Apa boleh saya minta nomor hp dan alamat rumah Mbak Winda?" pintanya.
"Buat apa?"
"Ya, tentu nantinya untuk menghubungi Mbak Winda jika saya sudah berhasil bertemu dengan Pak Angga dan menyelesaikan urusan per-sepatuan ini."
"Gak perlu, lah. Kamu bisa pakai sepatu itu. Kalau gak mau, bisa kamu buang saja."
"Loh kok begitu, Mbak?" tanya Sekar heran melihat perubahan sikap Winda.
Padahal sejak awal bertabrakan, Winda begitu ng0tot ingin mengambil sepatu yang diklaim sebagai miliknya itu. Tapi, sekarang justru berubah dan menyerahkan sepatu itu pada Sekar.
"Aku mendadak malas pakai barangku yang sudah tersentuh sama orang lain. Mungkin memang jodoh tuh sepatu sama kamu bukan aku,"
"Tapi, sepatu ini kan pemberian suami mbak saat ulang tahun. Kok malah diberikan ke saya?"
"Enggak apa-apa kok, aku ikhlas."
"Jangan begitu, Mbak Winda. Sepatunya masih bagus kok dan gak lecet. Saya jamin," ucap Sekar.
"Maaf, kami buru-buru. Mau ada urusan lain," ucap Winda seraya berdiri dari kursinya.
"Ayo Mas, kita pulang. Keisya pasti sudah nungguin di rumah Mama," ucap Winda pada Bagus.
"Tapi, Mbak. Ini_" Sekar menenteng tas berisi sepatu yang menjadi pokok perkara utama.
"Buat kamu saja," potong Winda.
"Istriku sudah bilang kalau sepatu itu untukmu, Kar. Ya artinya tuh sepatu memang jodoh sama kamu," ucap Bagus berusaha meyakinkan Sekar. "Kami pamit pulang dulu. Terima kasih sudah datang malam ini," sambungnya seraya tersenyum tipis.
Winda dan Bagus pun pergi berlalu dari hadapan Sekar. Tentunya semua tagihan makan telah dibayar oleh Bagus. Sekar pun seketika menggaruk kepalanya yang tak gatal setelah sepasang suami istri tersebut pergi dari hadapannya.
"Apa maksudnya terima kasih sudah datang malam ini? Kan aku janjian bertemu sama Angga. Kenapa mereka yang orang asing, justru bilang terima kasih?" batin Sekar.
Bersambung...
🍁🍁🍁
bkn ny nuduh tpi kenyataan 😄 yg ambil. kl dk ibuny sekar y kakak iparnya? atau jga fajar?
kok aku curiga malingnya si markuyun