Pengantin Untuk Tuan Edward

Edward tersenyum tenang setelah mendapatkan balasan pesan dari Teresa yang mengatakan bahwa, dia bersedia untuk bertemu dan berbicara berdua saja.

Edward menggunakan setelan pakaian yang dia rasa sudah sangat baik dan berkualitas tinggi. jam tangan, sepatu, bahkan dia secara khusus mendatangkan orang salon dari salon ternama di kota dia tinggal agar bisa lebih terlihat sempurna di hadapan Teresa nanti.

Tak ingin membuang waktu berlama-lama, dia juga sudah tidak sabar lagi untuk bisa bertemu secara langsung dengan Teresa. Edward segera masuk ke dalam mobil Setelah dia memerintahkan Lukas untuk menyiapkan kendaraan terbaik yang dia miliki agar tidak membuat Teresa merasa malu karena menemui dirinya.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam, akhirnya Edward sampai di restoran yang dijanjikan oleh Teresa untuk mereka bertemu berdua saja. Edward sudah meminta Lukas untuk memesan ruang VIP sehingga tidak akan ada orang yang bisa mengganggu pembicaraan antara dirinya dan juga Teresa nanti.

Edward sengaja datang 10 menit lebih cepat dari jam mereka sepakat untuk bertemu. Namun, kesabaran Edward masih harus diuji karena kenyataannya sudah 30 menit dia menunggu di sana, Teresa juga masih belum sampai. Edward harus melihat ke arah jam tangan yang ia kenakan di pergelangan tangannya, dia mencoba untuk membuang nafasnya dan terus bersabar demi Teresa wanita cantik yang membuat hatinya jatuh cinta.

Beberapa saat kemudian.

"Maafkan keterlambatanku, Tuan muda Edward." Ucap Teresa begitu sampai di ruang VVIP itu dan langsung masuk berjalan mendekati tempat di mana Edward menunggunya.

Edward segera bangkit dari posisi duduknya untuk menyambut kehadiran Teresa, dia tersenyum begitu ramah dan juga bahagia seolah-olah menunggu lama bukanlah hal yang menyebalkan. Sebenarnya, Edward sendiri sama sekali tidak suka membuang-buang waktu untuk menunggu seperti ini, tapi karena yang ia tunggu adalah wanita yang dia cintai, Tentu saja dia tidak akan mengeluh sama sekali.

"Tidak apa-apa, Aku juga belum lama ini sampai." Ujar Edward lalu kembali tersenyum.

Edward segera mengambil posisi untuk menarik kursi agar Teresa bisa duduk di sana dengan nyaman.

Teresa tersenyum dengan manis dan juga anggun, lalu duduk di tempat yang sudah disiapkan oleh Edward yaitu, persis di hadapan Edward berseberangan meja dengannya.

"Kau mau pesan apa? Kau mengajakku bertemu di restoran ala Eropa seperti ini, Kau pasti sangat menyukai makanan Eropa kah kan?" Tanya Edward dengan tatapan matanya yang terlihat begitu perhatian.

Teresa memaksakan senyumnya, dia bakalan apa seraya menatap Edward lalu berkata,"Maafkan Aku, tapi aku tidak begitu menyukai makanan Eropa. Aku mengajak Tuan Edward datang ke tempat ini karena, sebentar lagi aku juga memiliki janji untuk bertemu dengan seseorang."

Edward terdiam sebentar. Sejujurnya, dia benar-benar merasa sangat bahagia saat Teresa mengatakan bahwa mereka akan bertemu dan berbicara berdua saja. Edward merasa dia penting bagi Teresa, tapi setelah mereka bertemu dan belum saja 1 menit mereka bersama, Edward sudah dibuat merasa tidak percaya diri oleh Teresa.

"Tuan muda Edward, Apakah ada kesalahpahaman dengan balasan pesanku yang mengatakan bahwa aku bersedia untuk bertemu dengan Tuan muda Edward berdua saja?" Tanya Teresa lalu tersenyum dengan tatapan seolah merendahkan.

Edward mengeryitkan dahinya. Sungguh, Kenapa Teresa yang ia lihat sekarang nampak begitu berbeda dari Teresa yang ia lihat pertama kali? kemana kesan seorang Teresa yang begitu anggun, manis, penuh wibawa dan juga pesona?

Apa ini perasaanku saja?

Teresa tersenyum miring sembari menatap Edward lalu berkata,"Tuan muda Edward, aku bertemu dengan Anda hari ini bukanlah untuk membicarakan soal hati ke hati yang sebenarnya sejak awal tidak ada hati yang ditunjukkan untuk anda. Aku, adalah Putri sah keluarga Dorent yang akan menikah dengan putra sah dari keluarga Ludrent. Keluarga kita berdua sudah menjalin hubungan kerabat sejak nenek kakek sebelumnya, Putri yang sah akan menikah dengan putra dari keluarga yang sah juga."

Edward terdiam sembari mengeraskan rahangnya menahan emosi yang mulai dia rasakan. Ah sial! Edward benar-benar memaki di dalam hati, ternyata wajah yang bak malaikat tak bersayap itu hanyalah sebuah pura-pura saja. Semakin memikirkannya, Edward jadi semakin kesal dan kini mulai mengepalkan kedua tangannya.

"Melihat anda diam seperti itu, sepertinya Tuan Edward yang terhormat ini merasa kesal sekali ya?" Tanya Teresa yang jelas mimik wajahnya terlihat menghina.

Edward menatap Teresa dengan tatapan dingin lalu berkata,"Jadi, seperti inilah wajah aslimu?"

Teresa kembali tersenyum. Dia sama sekali tidak merasa bersalah karena telah mengatakan sesuatu yang begitu menyentil ego seorang Edward. Sebenarnya, wajah Edward benar-benar sangat tampan. Ditambah lagi, Edward memiliki tinggi tubuh yang mungkin berkisaran sekitar 185 cm. Tubuhnya sangat bidang dan juga gagah, hanya saja satu kekurangan dari seorang Edward yang menurut Teresa adalah kekurangan yang paling fatal yaitu, Edward bukanlah anak yang lahir dari hubungan sah sehingga, Edward tidak memiliki kewenangan atas keseluruhan harta dari keluarga Ludrent. Memang benar, Beberapa bulan yang lalu Edward mendapatkan 10% dari harta yang di dapatkan oleh putra sah keluarga Ludrent. Akan tetapi, 90% sisanya sangatlah banyak dan Teresa hanya bisa menutup matanya agar tak tergoda dengan penampilan Edward yang sangat mendekati sempurna sebagai seorang pria.

"Tidak ada seseorang yang dapat mengenali orang lain dengan baik. Jika anda membicarakan tentang sifat, maka aku memiliki sifat yang sebenarnya tidak bisa anda tebak dan anda baca. Aku akan bersikap baik dan juga anggun, aku juga akan bersikap seperti seorang wanita yang penuh dengan intip dan juga ketajaman dalam berbicara. Anda tidak bisa menyimpulkan tindakanku atau cara bicaraku terhadap Anda sebagai sifat dasarku." Ujar Teresa dengan percaya diri.

Edward semakin tak bisa berkata-kata. Tentu saja, di dalam hatinya begitu banyak menumpuk kekesalan dan juga banyak pertanyaan yang ingin dia gelontorkan. Akan tetapi, melihat bagaimana sikap Teresa yang ditunjukkan kepadanya beberapa detik yang lalu, Edward merasa akan buang-buang tenaga saja jika dia mengatakan apa yang ingin dia katakan.

"Sepertinya, kau sama sekali tidak memiliki minat untuk memakan sesuatu dan mengatakan hal lain selain tentang keturunan sah dan juga haram. Karena hanya hal itu yang ingin kau katakan, maka aku juga tidak memiliki waktu lagi untuk mendengarkannya." Edward bangkit dari duduknya lalu kembali menatap Teresa dan berkata,"Pesan saja makanan apa yang ingin kau makan, dan nikmati saja makanan yang kau pesan itu."

Teresa terdiam karena dia benar-benar sangat terkejut dengan sikap Edward yang tiba-tiba saja berubah menjadi begitu dingin. Dia benar-benar merasa sangat terhina dan juga direndahkan oleh Edward. Padahal, tidak ada satu pria pun yang memperlakukannya seperti itu sebelumnya.