Genre: Petualangan, Misteri, Fantasi
Garis Besar Cerita:
Perjalanan Kael adalah kisah tentang penemuan diri, pengorbanan, dan pertarungan antara memilih untuk berpegang pada prinsip atau membiarkan kekuasaan mengendalikan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xyro8978, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peta Menuju Rahasia
Penjaga bayangan mengangkat salah satu tangannya, menunjuk ke arah rak buku yang terletak di sudut perpustakaan. Rak itu tampak berbeda dari yang lain, dihiasi simbol-simbol bercahaya serupa dengan yang ada di dinding reruntuhan.
“Di sana kau akan menemukan peta,” kata penjaga itu. “Peta ini adalah kunci menuju tujuan pertamamu. Tapi ingat, setiap langkah yang kau ambil akan diawasi.”
“Diawasi oleh siapa?” tanya Alaric.
Penjaga itu tidak menjawab. Sebagai gantinya, ia perlahan-lahan memudar, tubuhnya larut dalam bayangan yang memenuhi sudut ruangan. Hanya gema suaranya yang tersisa: “Ketahui bahwa kunci itu adalah berkat dan kutukan sekaligus.”
Alaric mendekati rak yang ditunjukkan. Jarinya menyentuh salah satu buku besar yang terbuat dari kulit gelap. Buku itu terasa berat saat ia menariknya keluar, debu berjatuhan dari sampulnya.
---
Buku Peta
Ketika Alaric membuka buku itu, ia terkejut. Halaman-halamannya tidak berisi teks seperti yang ia duga, melainkan peta tiga dimensi yang tampak hidup. Gambar gunung, sungai, dan kota kecil muncul dengan detail menakjubkan. Di bagian tengah peta, ada titik yang menyala terang, seperti bintang kecil.
“Inilah yang ayah cari,” pikir Alaric, matanya terpaku pada cahaya itu. Titik itu berada jauh di utara, di sebuah wilayah yang disebut Nafara, daerah yang dikenal oleh para petualang sebagai tanah terlarang.
Namun, sesuatu yang lain menarik perhatiannya. Di sudut peta, ada gambar kecil berbentuk kunci yang sama dengan kunci bayangan di tangannya. Saat ia menyentuh gambar itu, peta tiba-tiba bersinar lebih terang, dan suara gemuruh menggema di ruangan.
“Lagi-lagi kejutan,” desah Alaric.
---
Pintu Kedua
Dinding di sisi rak buku terbuka perlahan, memperlihatkan lorong baru. Alaric menatap ke dalamnya. Kali ini, lorong itu terlihat lebih rapi, seperti jalan yang baru dibuat. Di ujung lorong, ia bisa melihat sinar terang yang berbeda dari cahaya biru redup yang biasa ia temui di reruntuhan ini.
Ia tahu bahwa peta itu membawa lebih dari sekadar petunjuk lokasi. Alaric menggulungnya dan memasukkannya ke dalam tasnya sebelum melangkah ke lorong. Setiap langkah terasa berat, bukan karena ketakutan, tetapi karena semakin banyak pertanyaan muncul di benaknya.
“Apa hubungan ayahku dengan semua ini? Kenapa ia meninggalkan jejak di tempat seperti ini?” pikirnya.
Di ujung lorong, Alaric menemukan pintu kedua. Pintu itu besar, terbuat dari batu putih dengan ukiran yang lebih rumit dibandingkan pintu sebelumnya. Di tengahnya, ada sebuah lubang berbentuk kunci.
“Kunci ini lagi,” gumam Alaric. Ia mengeluarkan kunci bayangan dari saku jaketnya dan memasukkannya ke dalam lubang itu.
Saat kunci itu berputar, pintu mulai terbuka perlahan, mengeluarkan bunyi gesekan batu yang berat. Di balik pintu, sebuah ruangan yang sepenuhnya berbeda terbuka.
---
Ruang Observatorium
Ruangan itu lebih besar dari yang bisa dibayangkan Alaric. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan peta bintang yang bercahaya, seolah ruangan itu adalah sebuah observatorium kuno. Di tengah ruangan, ada bola besar yang melayang di udara, memancarkan cahaya kuning keemasan.
Alaric mendekati bola itu dengan hati-hati. Saat ia berdiri di hadapannya, bola itu mulai berputar, menampilkan pemandangan yang berubah-ubah. Ia melihat gambar gunung, lautan, dan akhirnya... sebuah menara besar yang berdiri di tengah gurun pasir.
“Menara itu... aku pernah mendengar tentangnya,” kata Alaric. Menara itu disebut sebagai Menara Terselubung, sebuah tempat yang menurut legenda menyimpan rahasia terbesar dunia.
Namun, sebelum ia bisa mengamati lebih jauh, bola itu berhenti berputar. Dari balik bola, muncul sosok lain—pria tua berjubah putih dengan wajah tertutup oleh tudung.
---
Pertemuan dengan Sang Pelihat
“Selamat datang, Alaric,” suara pria itu terdengar tenang, tetapi penuh wibawa.
“Siapa kau?” tanya Alaric, waspada.
“Aku adalah Pelihat. Tugasku adalah memandu mereka yang terpilih untuk membawa kunci bayangan,” jawab pria itu. “Tapi aku tidak bisa memberikan jawaban yang kau cari tanpa ujian.”
“Ujian lagi? Sudah cukup,” keluh Alaric.
“Perjalanan ini bukan hanya tentang menemukan ayahmu, Alaric. Ini adalah tentang menemukan kebenaran yang lebih besar. Kau harus siap menghadapi segala sesuatu, termasuk dirimu sendiri.”
Pria itu mengangkat tangannya, dan tiba-tiba ruangan itu berubah. Alaric sekarang berada di tengah padang pasir yang luas, dengan matahari terik membakar kulitnya.
“Apa ini? Di mana aku?” teriak Alaric.
“Ini adalah ujian kedua,” suara Pelihat bergema dari kejauhan. “Di sini, kau akan menghadapi rasa kehilangan. Ingatlah, kunci bayangan akan membantumu jika kau tahu bagaimana menggunakannya.”
😄😄😄
Good job...!!!