(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 02
ISTRI 13 TAHUN
02
"Kamu kenapa Niah? dari tadi aku perhatikan kamu hanya termenung seperti ada hal yang kamu pikirkan." Kasiah adikku itu menghampiriku yang tengah duduk di bawah pohon mangga yang berada di bagian belakang rumah kami.
"Aku tidak ingin menikah Kasiah, tapi Bapak dan Emak jelas tidak bisa ku bantah. Apa yang harus aku lakukan agar pernikahan itu tidak terjadi?" Ku tatap wajah adikku yang wajahnya sedikit mirip dengan ku. Mungkin saja karena jarak kamu yang sangat dekat makanya kamu sedikit mirip.
"Emmm kalau itu aku juga bingung Niah, bahkan aku juga bingung karena katanya Bapak tahun depan juga akan menikahkan ku dengan laki-laki pilihannya. Padahal aku ini masih remaja tapi sudah direncanakan pernikahannya dari sekarang." Kasiah ikut duduk di samping Niah. Kedua gadis itu menatap langit cerah siang ini dengan pikiran berkecamuk.
"Oh iya Niah, bagaimana kalau kamu kabur saja? aku juga akan melakukan hal yang sama nantinya di hari pernikahan ku." Suniah menoyor kepala Kasiah karena itu bukan ide yang bagus dari permasalahan yang ada.
"Ihhh, sakit tahu kepalaku Niah!!" kesal Kasiah menatap tak sudah pada Suniah.
"Lagian kamu ngasih ide bukannya berjalan baik malah aku nanti yang sengsara. Kamu pikir aku ini sudah dewasa yang bisa menghidupi diriku sendirian di jalanan sana? Kamu pikir akan ada malaikat tidak bersayap yang akan menolong ku di luaran sana dengan memberikan kehidupan yang baik dan harta berlimpah? kalau ngasih saran itu yang masuk logika napa sih, Kasiah? lagian kok ngasih saran sesat begitu." Kasiah menggaruk kepalanya karena dirinya juga tidak sampai memikirkan hal itu.
"Ya maaf deh Niah, lagian tadi aku nggak mikir kesana." ujar Kasiah merasa bersalah.
"Entahlah Kasiah, aku pusing mikirin masalah pernikahan ini. Mendingan kita mandi di sungai saja yuk biar kepala ku ini jadi dingin." ajak Suniah sambil berdiri.
"Ya sudah ayok, lagian pakaian kotor ku banyak sekali yang belum di cuci."
Akhirnya kedua kakak dan adik itu berangkat ke sungai dengan membawa baskom ukuran sedang di kepala mereka masing-masing. Mereka yang tergolong miskin ini tentu saja tidak mempunyai kamar mandi di rumah mereka, bahkan di desa mereka ini hanya hitungan jari saja yang mempunyai kamar mandi di rumah mereka. Itu sudah termasuk orang kaya menurut mereka.
Disungai saat ini banyak sekali orang yang tengah mandi bahkan mencuci pun juga banyak. Tidak hanya perempuan bahkan laki-laki pun ikut bercampur di sana. Mau gimana lagi, di desa itu hanya satu saja ada sungai yang biasa mereka pakai untuk mandi, mencuci baju dan juga piring.
"Kasiah, kita di bagian sana saja kelihatannya tidak terlalu ramai." ajak Suniah setelah melihat bagian mana yang tidak banyak orang. Lagian mencuci di tempat yang banyak orang akan banyak juga gosip buruk yang akan mereka dengar. Hal itu membuat Suniah kurang suka.
"Kita di sini saja Niah, mumpung ada batu yang bagus buat aku nyuci baju. Lagian mereka juga lumayan jauh dari tempat kita sekarang." Suniah mengangguk menyetujui ucapan adiknya itu.
Akhirnya mereka mengerjakan pekerjaan masing-masing dengan Suniah mencuci piring sedangkan Kasiah mencuci baju. Bahkan mereka tampak sangat bahagia dan sesekali tertawa karena saking asiknya mereka bercerita.
"Kasiah itu di dekat kaki kamu ada ikan," ujar Suniah dengan suara kecil. Lumayan untuk lauk makan jika ikan itu mereka dapatkan. Apalagi keluarga mereka yang memang sangat jarang memakan yang namanya lauk, ikan bahkan daging. Maklum saja orang miskin seperti mereka makan dengan berlauk-kan ikan asin saja sudah sangat bahagia.
Dengan hati-hati Kasiah menangkap ikan di dekat kakinya dengan ember kain yang dibawanya. Namun, belum juga ember itu menyentuh air ikan sudah lebih dulu melarikan diri.
"Yah ..., mungkin saja belum rezki kita Niah," Suniah hanya mengangguk saja karena kalau rezeki mereka pasti dapat
TBC