Kesempatan kembali ke masa lalu membuat Reina ingin mengubah masa depannya yang menyedihkan.
Banyak hal baru yang berubah, hingga membuatnya merasakan hal tak terduga.
Mampukah Reina lari dari kematiannya lagi atau takdir menyedihkan itu tetap akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penjelasan
Kini kedua orang tua itu menatap Elyana penuh tanya.
"Sebenarnya apa yang terjadi Elyana?" tuntut Darmono.
Edwin menyela sebelum gadis itu membuka suara. Memilik dari amarah orang tuanya, dirinya yakin jika Elyana menceritakan hal yang berbeda.
Hendro dan Meike mendengarkan tanpa menyela, sedangkan Elyana sendiri beberpa kali hendak menyela tapi segera di hentikan oleh Hendro.
Setelah selesai bercerita, Meike lantas memukul lengan putrinya dengan kesal.
"Kenapa kamu bodoh sekali hah! Kamu datang ke sana sebagai tamu, kenapa mau-mau saja di perlakukan sebagai pelayan!" sentak Meike kesal.
"Aduh mamih sakit, bukannya mengobati aku, mamih malah pukul-pukul aku! Seharusnya mamih salahin kak Rei, dia harusnya membantu aku, bukannya malah ninggalin aku seorang diri. Padahal aku kan niat bantu dia, biar keluarga Ka Edwin suka sama dia, tapi dia malah biarin aku sendirian—"
"Kamu yang maksa menawarkan diri padahal tante Nessa udah berusaha nolak, kenapa kamu jadi memutar balikkan fakta? Kamu ngga malu? Di sini ada Edwin. Ucapan kamu seolah mengatakan kalau tante Nessa yang maksa kamu, padahal tante Nessa ngga pernah bilang begitu loh, iya kan Win?"
Edwin tak percaya jika ternyata Reina masih membela orang tuanya. Saking terharunya dia bahkan tak segera menjawab ucapan Reina.
"Ah iya, benar itu. Tapi mau bagaimana pun, saya dan keluarga tetap minta maaf om tante," putus Edwin menengahi situasi.
Dia sebenarnya bingung harus berbuat apa. Ingin memojokkan Elyana tapi gadis itu juga berakhir menyedihkan, akhirnya dia memilih mengalah, biarlah nanti masalah bisnis sang ayah yang terancam karena tindakkan impulsif Elyana bisa dibereskan oleh para orang tua mereka.
"Tetap aja, harusnya kamu membela! Jangan biarin Elyana dihajar begini!"
Meike tetap saja tak terima dan menyalahkan anak tirinya. Meskipun tindakan Elyana ia anggap bodoh, tetap saja sebagai seorang ibu dia tak mau menyalahkan anaknya di depan orang lain.
"Aku sudah membela dia, tanya aja Edwin, seperti yang udah dijelasin Edwin, aku ngga bisa banyak bicara karena takut malah menimbulkan masalah yang lebih buruk sama Madam Veronica yang sedang marah."
Entah kenapa Hendro sedikit merasa bersyukur karena Reina tak berurusan dengan wnaita angkuh itu, meski tak menutup kemungkinan wanita itu akan tetap mencari masalah dengannya karena ulah Elyana.
Hendro tahu, detik ini juga wanita bernama Veronica pasti berhasil mencari tahu tentang Elyana dan dia pasti akan diincarnya kemudian.
"Pih, pokoknya mamih ngga terima. Mau bagaimana juga Elyana masih anak di bawah umur, papih harus melaporkan ini dan seret wanita bernama Veronica itu kepenjara!"
"Bagaimana keadaan ayah kamu nak Edwin?" Hendro mengabaikan permintaan istrinya, membuat Meike geram bukan main.
"Papah kelihatan kacau, aku belum tahu bagaimana kelanjutannya karena harus antar Reina dan Elyana pulang."
"Maafkan om ya, om ngga tahu kalau kedatangan Elyana dan Reina justru menimbulkan masalah di keluargamu."
Reina memutar matanya jengah, tetap saja menurut Hendro dia juga salah, padahal Edwin sudah menjelaskannya secara gamblang tadi.
Setelahnya Edwin memilih pamit, karena waktu juga sudah malam.
Saat Reina hendak masuk, Meike segera mencekalnya.
Dia tetap ingin melampiaskan amarahnya kepada anak tirinya.
"Apa lagi?" tanya Reina tajam.
Meike terdiam beberapa saat karena terkejut dengan tatapan mengintimidasi Reina.
"Jangan buat keributan, kalau kamu ngga mau berakhir di penjara malam ini juga!" ancam Reina.
Dia tahu apa yang akan dilakukan Meike, apalagi kalau bukan menghajarnya. Namun dirinya memang sudah bersumpah tak akan mau lagi di tindas oleh keluarganya.
.
.
Pagi hari, Reina bersiap penuh suka cita karena akan menjalani kehidupan barunya sebagai seorang pekerja.
Dia merindukan Astrid. Wanita itu sejak kejadian waktu itu sudah tak terlihat lagi batang hidungnya.
Bahkan saat ia mencari tahu pada Tama yang merupakan suaminya, lelaki yang biasanya ramah pada Reina itu terlihat menjaga jarak.
Reina berpikir mungkin Tama kesal karena dirinya sang istri terkena masalah.
Reina hanya berharap Astrid akan baik-baik aja. Andai Tama tak ketakutan tadi, Reina bahkan ingin ke rumah mereka karena Tama berkata jika sementara waktu Astrid di rumahkan.
Namun Tama memohon agar Reina tak lagi memberi masalah pada mereka atau keduanya akan berakhir tak memiliki pekerjaan.
Reina pasrah, dia tahu telah salah melibatkan Astrid, meski pada awalnya wanita itulah yang menawarkan diri membantunya.
Dia merasa jika suatu perubah yang akan dia lakukan, maka akan berakibat pada orang lain, seperti contohnya Astrid.
Jika di masa lalu, dirinya yang akhirnya terkena hukuman sang ayah dan menerima hukuman pukulan dari Meike serta dikurung di gudang.
Di masa ini, Astrid yang menggantikan nasibnya. Jujur Reina tak ikhlas jika nasib buruknya berpindah pada orang yang menyayanginya.
Lalu dia harus bagaimana untuk merubah takdir. Ia takut kehidupan menyedihkan di masa depan yang hendak ia rubah, justru akan dialami oleh orang terdekatnya.
Jika Elyana harus menggantikan dirinya menjadi istri Edwin di masa depan, dia jutru bersyukur, tapi apa kehidupan buruknya akan tetap di alami Elyana, mengingat gadis itu bersifat licik dan tak mudah ditindas?
Reina keluar dan melihat pemandangan yang sangat menyakitkan. Di meja makan ada sang ayah dan Meike tengah menghibur Elyana.
Ada juga kedua kakak laki-lakinya yang juga memberi penghiburan. Ia tak berencana mengganggu kebersamaan keluarga itu, jadi memilih segera berpamitan pada ayahnya.
"Reina pamit yah, hari ini Reina harus sudah bekerja," ucap Reina menghentikan sang ayah yang hendak menyuapi Elyana.
Ayahnya serta Elyana menatapnya dengan heran. Wajah Elyana tampak bengkak, sepertinya tamparan itu membuat wajah Elyana memburuk di pagi ini.
"Ka-kamu benaran bekerja? Apa kamu sudah bicara sama tante Nessa?" cecar hendro terkejut.
Dia pikir putrinya akan luluh setelah bertemu dengan Nessa, meski dalam hati dia masih memikirkan ucapan Reina tentang resiko yang mungkin akan dia alami jika mengambil keputusan itu tapi ia tak punya pilihan.
Setidaknya menurut dia menikah muda dan tetap mengejar pendidikan akan membungkam para pembicara mereka di belakang 'kan? Dengan keyakinan itu Hendro berharap Nessa bisa membujuk anaknya.
Tapi setelah melihat Reina pagi ini, Hendro menebak jika Nessa pasti gagal membujuk anaknya.
"Keras kepala!" cibir Laksmana.
Reina berusaha tak memedulikan cibiran Laksmana, dia memilih segera berlalu dari sana.
"Tunggu, biar aku antar," sela Vano.
"Ngapain sih Van, nanti dia besar kepala," cegah Laksmana lagi dengan kesal.
"Seenggaknya aku harus tahu dan memastikan dia kerja di mana, jangan sampai dia mempermalukan keluarga kita," jawab Vano tegas.
Reina mendengus kesal, dia tadi sempat berpikir mungkin Vano akan sedikit bersikap baik padanya, nyatanya kakak keduanya itu sama jahatnya dengan Laksmana.
"Ngga perlu, yang pasti aku kerja di tempat yang baik-baik, meski hanya sebagai pelayan!"
"Benar ka, buat apa sih antar Ka Reina, kakak janji bukan mau ngobatin luka aku, kakak tega ninggalin aku," sela Elyana mencari perhatian.
Merasa di pojokkan Vano tak bisa berbuat apa-apa lagi. Padahal dia hanya penasaran di mana adiknya itu bekerja.
Tanpa terasa air mata Reina menetes juga, hatinya yang lemah sempat berharap pada Vano.
Vano adalah kakak yang sejak kecil paling dekat dengannya, saat Laksmana memusuhinya dia tak terlalu sakit hati karena memang umur mereka yang terpaut cukup jauh membuat Reina tak begitu banyak memiliki kenangan dengan Laksmana.
Sedangkan dengan Vano, Reina merasa berharap kakaknya itu mengingat kembali janjinya dulu yang akan selalu melindungi Reina dari apa pun.
Sepertinya aku pun harus mulai berhenti berharap. Mereka tak mungkin akan berubah, kecuali lebih buruk seperti di masa depanku dulu.
.
.
.
Lanjut