Warnin!!!
Akan jadi baper bacanya ya..😊😊
Ethan Albert Wijaya adalah laki-laki berwajah tampan dan dingin. Riana Dwi Puspita seorang sekretaris yang di pekerjakan jadi asisten pribadi Ehtan, anak bosnya Wijaya Kusuma.
Di samping untuk meneruskan perusahaannya, pak Wijaya juga menyelidiki pacar Ethan dan sahabatnya yang di duga punya hubungan khusus di belakang Ethan.
Mampukah Riana menaklukkan bosnya itu? Bagaimana bisa Riana menyebut Ethan adalah dispenser berjalan? Apakah mereka akan saling jatuh cinta?
Cuuus, kepoin ceritanya ya ....😉😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Mode Dingin
Ethan pagi-pagi sudah rapi, dia berangkat sebelum jam kerja di mulai. Bahkan lebih cepat, nyonya Hana heran dengan anaknya yang sepagi itu berangkat lebih cepat.
"Kamu sudah rapi sayang? Baru jam enam lho." kata nyonya Hana.
"Iya ma, mau melakukan sesuatu." jawab Ethan meneguk susu hangatnya.
Dia meminta di buatkan susu hangat pagi ini pada pembantu rumahnya. Kemudian dia pun segera pergi dan menaiki mobilnya yang sudah di panasi oleh satpam. Hari ini adalah hari baru baginya, melupakan sakit hatinya karena Jhonson dan Daby.
Dia akan merajut kembali hidupnya, seperti kata Riana. Memang punya pacar itu membuat rumit, justru semakin di pikirkan akan semakin sakit jika sudah berpisah. Apa lagi perpisahannya tidak mengenakan hati.
Dia melajukan mobilnya keluar dari pintu gerbang dan segera menuju rumah Riana. Ya, dia akan menjemput Riana agar bisa berangkat bersama. Perjalanan menuju rumah Riana lumayan jauh, jadi Ethan mempercepat laju mobilnya agar bisa berangkat dengan Riana.
Setengah jam perjalanan, dengan mengendarai mobil kecepatan delapan puluh kilo meter perjam. Lumayan cepat, dan akhirnya dia sampai juga di depan rumah Riana. Dia melihat pintu rumah Riana tertutup, kemudian dia melihat rumah itu.
Dia ragu apakah Riana sudah berangkat atau belum. Karena biasanya memang Riana berangkat pagi-pagi sekali.
"Apa dia sudah berangkat ya?" ucap Ethan melihat-lihat pintu rumah Riana.
Dia coba untuk menunggu Riana keluar dari rumahnya sampai sepuluh menitan. Tapi tidak juga keluar, kemudian dia pun turun dari mobil. Melangkah menuju rumah Riana dan mengetuk pintunya.
Baru mau mengetuk pintu kedua kali, pintu pun terbuka. Terlihat Riana sudah rapi dengan baju kantornya, dia berdiri di depan menatap Ethan dengan kaget. Lama dia menatap Ethan, tapi kemudian mendengus kesal.
"Ada apa pak Ethan kemari pagi-pagi?" tanya Riana berusaha sopan.
"Ayo kita berangkat sama-sama. Aku jemput kamu." kata Ethan.
"Aku bisa berangkat sendiri. Bukankah sudah tidak mau kerja denganku?" tanya Riana.
"Kata siapa?"
"Kemarin, bilang jangan mengingatkanmu tentang pekerjaan. Apa itu namanya sudah tidak mau bekerja denganku? Lalu kenapa pagi-pagi datang kemari." kata Riana lagi.
Ethan diam, dia menunduk lalu menghela nafas panjang. Dia dengan mode dinginnya menatao Riana, berubah jadi bos galak.
"Apa kamu tidak sopan sama bos? Di jemput malah marah-marah seperti ini. Cepat naik! Jangan membantah!" kata Ethan.
Riana diam, dia terkejut. Kenapa kini Ethan lebih galak. Ethan menatap datar pada Riana, lalu menarik tangan Riana dan membawanya ke mobilnya. Riana bingung dengan sikap Ethan itu, kenapa jadi dia yang di marahi?
Riana menatap aneh pada Ethan, sedangkan Ethan masih dingin. Dia masuk ke dalam mobilnya, Riana pun sama. Dia tetap merasa aneh pada Ethan.
"Pak Ethan anda kenapa?" tanya Riana tiba-tiba rasa kesalnya hilang.
"Jangan tanya! Diam saja." ucap Ethan.
Dia pun menjalankan mobilnya, melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan yang mulai ramai oleh kendaraan yang sama untuk menjalankan aktifitas kerja.
_
Sampai di kantor, mode dingin Ethan masih aktif. Riana sampai tidak berani banyak tanya atau pun bicara. Dia sendiri merasa aneh, Ethan yang baru datang dan masuk kerja lagi justru bersikap dingin padanya.
Apa karena masalah pacarnya?
Pikiran-pikiran Riana melayang menebak apa yang di alami Ethan sekarang membuatnya jadi tidak fokus. Dia mengambil berkasnya dan masuk ke dalam ruangan Ethan, Riana melihat Ethan memang sedang bekerja.
Menatap laptopnya dengan serius, tidak terusik dengan kehadirannya. Riana mendekat dan menyerahkan berkas di tangannya.
"Ini pak berkas yang harus di tanda tangani. Periksa dulu sebelum menanda tanganinya, karena ada beberapa yang harus di periksa lebih dulu." kata Riana.
"Ya, aku tahu." kata Ethan tanpa menoleh pada Riana.
Riana diam, dia masih melihat berkas yang belum di sentuh oleh bosnya itu. Ethan pun melirik ke arah Riana.
"Ada apa?" tanya Ethan.
"Emm, segera di tanda tangani pak berkasnya." kata Riana.
"Ya, nanti aku tanda tangani. Apa kamu mau menunggu?" tanya Ethan.
"Tidak pak." kata Riana.
Dia pun berbalik dan melangkah pergi meninggalkan bosnya. Tapi kemudian dia di panggil lagi oleh Ethan.
"Riana!" panggil Ethan.
"Ya pak?" kata Riana berbalik dan berhenti.
"Tidak jadi, nanti saja." ucap Ethan.
Riana mendengus pelan, menatap Ethan yang aneh pagi ini. Baru masuk kantor sikapnya sudah berbeda, membuat Riana sejak dari berangkat jadi bingung. Dia pun tersenyum tipis, lebih baik seperti ini dari pada harus di kerjai terus. Pikir Riana.
Dia pun melangkah keluar, menutup pintu dengan pelan. Sedangkan Ethan pun memandang ke arah pintu setelah Riana keluar dari ruangannya. Menarik nafas kasar lalu menunduk.
"Bagaimana ya meminta maaf pada Riana?" ucap Ethan.
Sungguh lebih baik bersikap dingin pada Riana, dari pada harus dia marah-marah dan selalu menyindir terus. Saat ini dia tidak ingin berdebat dengan Riana.
"Baiklah, lebih baik seperti ini saja dulu. Rasanya menyenangkan membuat Riana kebingungan. Hahah!" ucap Ethan dengan tawa senangnya.
Dia kembali memanjutkan pekerjaannya, melihat berkas yang tadi di bawa Riana. Memeriksa berkas itu dan membacanya dengan teliti. Satu persatu sudah selesai di baca dan di periksa. Masih ada satu berkas yang belum dia periksa.
Tanda tangan pun meluncur di beberapa lembaran berkas karena sudah beres semua menurutnya, tidak ada yang kurang. Dan masih satu lagi dia membukanya, dia baca dan ada kejanggalan sedikit dalam berkas itu.
Ethan pun menekan tombol untuk memanggil Riana masuk ke ruangannya.
"Riana, masuk!" ucap Ethan.
Tak lama Riana pun masuk, dia melangkah mendekat pada Ethan yang masih melihat-lihat lembaran berkasnya.
"Ada apa pak?" tanya Riana.
"Ini kenapa bisa salah begini? Kenapa kamu tidak memeriksanya dulu sebelum di serahkan padaku?" tanya Ethan.
Riana melihat berkas di tangan Ethan. Dia mengerutkan dahinya, seingat dia berkas itu tidak dia bawa masuk. Tapi kenapa ada di tangan Ethan?
"Itu berkas lama pak, dan yang baru sudah di kirim kemarin sama pak Wijaya." kata Riana.
"Tapi kenapa ada di sini? Seharusnya di buang jadi sampah." ucap Ethan dengan nada tinggi.
"Maaf pak, tadi saya tidak membawa berkas itu." kata Riana.
"Buktinya ada di mejaku, kenapa mengelak bukan kamu yang bawa. Ini ada di bawah berkas-berkas yang sudah aku tanda tangani." kata Ethan.
Riana diam, dia pun berkata, "Maaf pak, mungkin saya salah bawa."
"Lain kali harus teliti. Jangan membawa berkas lama di mejaku." kata Ethan.
Riana mengambil berkas yang ada di tangan Ethan, kemudian dia membawanya keluar. Merutuki kenapa berkas lama itu kebawa tadi dengan berkas-berkas lainnya.
"Apa aku tidak fokus gara-gara memikirkan keanehan pak Ethan pagi ini ya?"
_
_
*********************
makasih Thor 🙏
terus berkarya 👌
semangat 👌