NovelToon NovelToon
Mr. D

Mr. D

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Anak Yatim Piatu / Percintaan Konglomerat
Popularitas:977
Nilai: 5
Nama Author: Nedl's

Menikah dengan pria yang bahkan belum pernah ia temui? Gila!

Ceira Putri Anggraini tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis dalam semalam. Dari seorang gadis yatim piatu yang berjuang di tengah kemiskinan, kini ia menjadi istri dari Daniel Dartanto, pria berusia 30 tahun yang kaya, dingin, dan penuh misteri.

Pernikahan ini terjadi karena utang budi. Tapi bagi Daniel, Ceira hanyalah kewajiban.

Satu atap dengan pria yang nyaris tak tersentuh emosi, Ceira harus bertahan dari tatapan tajam, sikap dingin, dan rahasia besar yang disembunyikan seorang Daniel.

Namun, semakin lama ia mengenal Daniel, semakin banyak pertanyaan muncul.

Siapa sosok yang diam-diam Daniel kunjungi di rumah sakit?
Kenapa hatinya mulai berdebar di dekat pria yang awalnya ia benci?

Dan yang paling penting—sampai kapan ia bisa bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nedl's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8 Mau Uji Coba?

Daniel melirik arlojinya sekilas. Hampir tengah malam.

Hari ini lebih melelahkan dari biasanya. Sejak pagi, ia sibuk dengan berbagai rapat dan negosiasi yang seakan tak ada habisnya. Biasanya, ia tidak keberatan untuk bekerja hingga larut malam, tapi entah kenapa, malam ini pikirannya terasa terusik.

Sosok Ceira terus menghantui pikirannya. Gadis itu bahkan tidak keluar kamar pagi tadi. Ia tahu, itu pasti karena insiden pagi tadi. Senyum kecil terulas di bibirnya. Ceira terlalu transparan. Reaksi spontan dan wajah merah merona itu benar-benar menghiburnya.

Dengan langkah tenang, Daniel memasuki apartemen. Suasana gelap dan sepi. Sepertinya Ceira sudah tidur. Ia melepas jas dan meletakkannya di sofa, lalu berjalan menuju kamar Ceira. Tangannya hendak membuka pintu, tapi berhenti di tengah jalan.

Ia mengingat sesuatu.

Gadis itu pasti berusaha menghindarinya. Sejak kejadian itu, dia tak muncul sama sekali. Daniel menarik napas, lalu dengan sengaja mengetuk pintu dengan sedikit keras. "Ceira."

Tak ada jawaban.

Ia mengetuk lagi, kali ini dengan nada sedikit menggoda. "Ceira, aku pulang."

Lagi-lagi, hening. Tapi Daniel bisa mendengar suara gemerisik dari dalam kamar. Senyum di wajahnya semakin melebar. "Aku tahu kamu belum tidur. Buka pintunya."

Di dalam kamar, Ceira memeluk guling erat-erat, menutup wajahnya dengan bantal. "Ya Tuhan ... kenapa dia pulang? Kenapa nggak lembur aja sih?!" gumamnya frustrasi.

Ketukan di pintu terdengar lagi. Kali ini lebih pelan. "Ceira, kalau kamu nggak buka, aku masuk."

Ceira sontak bangkit dari kasurnya. "Eh? Jangan!" Serunya panik.

"Buka pintunya."

"Tunggu! Aku ... aku belum siap!"

Daniel menyilangkan tangan di dadanya. "Siap buat apa? Aku cuma mau masuk kamar dan melihat keadaan kamu."

"I-itu ... pokoknya tunggu ih!" Ceira meloncat turun dari tempat tidur, buru-buru mengikat rambutnya yang berantakan, lalu memastikan baju tidurnya tidak kusut. Setelah merasa cukup rapi, ia mengembuskan napas panjang dan akhirnya membuka pintu.

Namun, begitu ia mengangkat wajah, jantungnya langsung berdegup kencang. Daniel berdiri di ambang pintu dengan ekspresi datar, tapi sorot matanya begitu tajam.

Tanpa sepatah kata pun, pria itu langsung melangkah masuk, memaksa Ceira mundur ke dalam kamar. Pintu tertutup di belakang mereka.

"Jadi ...." Daniel menyandarkan tubuhnya di pintu, menatap Ceira yang berdiri kaku di tengah ruangan. "Kamu menghindari aku?"

"Nggak!" Ceira buru-buru menggeleng. "Aku cuma ... ngantuk. Hoam ... ngantuk banget."

"Ngantuk?" Daniel menaikkan sebelah alisnya. "Kirain bakal tetap segar sampai sekarang setelah melihat pemandangan pagi tadi."

Ceira merasakan wajahnya memanas. "A-aku ... hmm aku gak ngerti maksud kamu apa."

Daniel melangkah mendekat, dan Ceira secara refleks mundur. Namun, langkahnya terhenti ketika punggungnya menyentuh tembok. Daniel kini berdiri sangat dekat, cukup dekat hingga Ceira bisa mencium aroma parfum maskulinnya yang khas.

"Jadi..." Daniel menunduk sedikit, menatap mata Ceira yang menghindari tatapannya. "Kamu malu?"

Ceira menggeleng kuat-kuat. "Nggak! Aku nggak malu!"

Daniel tersenyum tipis. "Oh ya?"

Ia mengangkat tangannya, menempelkan telunjuknya di dagu Ceira, memaksanya menatap langsung ke matanya. Ceira terkesiap, jantungnya seperti akan meledak.

"Jangan menghindar lagi, Ceira." Suaranya terdengar rendah dan dalam, nyaris berbisik. "Atau aku akan menganggap kamu sengaja mencari perhatianku."

Ceira langsung menelan ludah. "Aku nggak—"

"Oh, kamu nggak?" Daniel menyela dengan nada menggoda. "Jadi, kalau aku cium kamu sekarang, kamu nggak akan kabur?"

Mata Ceira membesar. "HAH?!"

Daniel mendekat sedikit lagi, wajahnya kini hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajah Ceira. "Mau uji coba?"

Ceira segera mendorong dada Daniel dengan kedua tangannya, membuat pria itu sedikit terhuyung ke belakang. "Kamu...! Jangan main-main!"

Daniel hanya terkekeh. "Baiklah, aku nggak akan memaksa. Tapi..." Ia mencondongkan tubuhnya ke depan lagi, kali ini dengan tatapan yang lebih lembut. "Jangan menghindariku lagi, Ceira."

Gadis itu hanya bisa menunduk, tidak berani menatapnya lagi. Wajahnya terasa panas, dan jantungnya masih berdebar kencang.

Daniel mengusap kepala Ceira pelan, lalu berbalik. "Tidurlah. Aku mau mandi dulu."

Ceira mengangguk pelan, masih tidak bisa berkata apa-apa. Begitu Daniel keluar dari kamarnya, ia langsung membenamkan wajahnya ke dalam bantal.

"YA TUHAN! APA YANG BARUSAN TERJADI?!"

Dari luar kamar Ceira, Daniel tersenyum kecil. "Reaksi yang lucu."

...----------------...

Langit malam tampak gelap pekat saat suara ponsel bergetar di atas nakas. Daniel yang tengah beristirahat setelah seharian bekerja, membuka matanya dengan gerakan malas. Namun, saat melihat nama yang tertera di layar, kantuknya langsung menguap.

Dahi Daniel mengernyit. Jam segini, ada apa? Dengan cepat, dia menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel ke telinganya.

“Ada apa?” tanyanya dengan suara parau karena baru saja tertidur.

“Tuan, kondisi dia semakin memburuk. Dokter bilang situasinya kritis.”

Daniel terdiam sejenak. Pikirannya langsung dipenuhi berbagai kemungkinan. Tanpa bertanya lebih lanjut, dia segera bangkit dari tempat tidur, meraih jaketnya yang tersampir di sandaran kursi, dan mengambil kunci mobil di atas meja.

Namun, sebelum keluar dari apartemen, langkahnya terhenti di depan kamar Ceira. Entah kenapa, sebelum pergi, dia ingin memastikan gadis itu baik-baik saja. Dengan hati-hati, dia membuka pintu dan melangkah masuk.

Ceira tertidur dengan posisi miring, wajahnya tertutup sebagian oleh selimut yang ditarik hingga ke dagu. Napasnya teratur, terlihat begitu damai. Daniel berdiri di ambang pintu selama beberapa detik, hanya memperhatikannya. Gadis itu benar-benar terlihat polos saat tidur, tidak seperti saat dia sedang berdebat atau mengomel sepanjang hari.

Daniel menghela napas pelan. Tanpa sadar, sudut bibirnya sedikit terangkat sebelum akhirnya dia menutup pintu perlahan dan segera pergi menuju rumah sakit.

...----------------...

Di dalam mobil, Daniel memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya berkecamuk, mencoba menenangkan diri, namun tetap tidak bisa menghilangkan kecemasannya.

Setibanya di rumah sakit, dia langsung berjalan cepat menuju lantai tempat orang itu dirawat. Begitu sampai, dia melihat asisten pribadinya, Sam, sudah menunggunya di depan kamar ICU.

“Bagaimana kondisinya?” tanyanya tanpa basa-basi.

Sam menundukkan kepala dengan ekspresi serius. “Dokter sedang berusaha sebaik mungkin. Tapi kondisinya sangat tidak stabil, tuan.”

Daniel mengepalkan tangan. Tatapannya tajam menembus kaca ruang ICU, melihat sosok yang terbaring lemah di dalam sana. Selang oksigen terpasang di wajahnya, sementara monitor jantung berbunyi pelan namun tidak stabil.

“Tadi dokter bilang apa?”

“Beliau bilang … kemungkinan untuk bertahan kecil.”

Daniel mengatupkan rahangnya erat. Matanya tetap terpaku pada tubuh lemah di dalam ruangan itu. Tidak … dia tidak bisa menerima ini.

Tiba-tiba, pintu ICU terbuka, dan seorang dokter keluar dengan ekspresi serius. Daniel segera mendekat.

“Bagaimana?”

Dokter itu menghela napas panjang. “Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi kondisinya semakin melemah. Sekarang yang bisa kita lakukan hanya menunggu.”

Daniel mengepalkan tangannya semakin erat hingga buku-buku jarinya memutih.

Menunggu?

Dia benci kata itu. Terlalu banyak hal dalam hidupnya yang membuatnya harus menunggu, dan kali ini, dia tidak mau sekadar menunggu tanpa melakukan apa pun.

“Boleh saya masuk?” tanyanya.

Dokter itu menatapnya ragu, namun akhirnya mengangguk. “Tapi jangan terlalu lama.”

Daniel segera masuk ke dalam ruangan ICU. Suara mesin medis memenuhi udara, sementara sosok yang terbaring di ranjang tampak semakin rapuh.

Dia duduk di kursi di samping tempat tidur, menatap wajah yang tampak begitu pucat itu. Tangannya perlahan terangkat, namun berhenti di tengah jalan, ragu untuk menyentuhnya.

“Aku sudah datang,” katanya dengan suara rendah. “Kamu harus bertahan.”

Tidak ada jawaban, hanya suara mesin yang terus berbunyi pelan. Daniel menunduk, merasakan sesuatu yang selama ini jarang dia izinkan dalam dirinya—rasa takut.

Siapa sebenarnya orang yang dirawat ini? Apa hubungannya dengan Daniel?

Satu hal yang pasti, malam ini adalah malam yang panjang bagi Daniel Dartanto.

Bersambung....

1
seftiningseh@gmail.com
menurut aku novel nya bagus bgt aju aika bgt sama prolog nya bikin penasaran dan dari Simpsons nya juga bikin penasaran bgt
maka nya aku baru baca prolog nya

oh ya kak jangan lupa baca novel aju judul nya Istri kecil tuan mafia
Lalaluna: terimakasih kak, okaiii siap kak🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!