Dia tidak menyangka, kematiannya di sebuah pulau sangat membuat keluarga kandungnya merasa senang.
Saat ini, mereka sedang mengadakan pesta atas kematiannya.
Daniella Wang, yang saat ini telah menjadi arwah gentayangan melihat semua apa yang terjadi di kediaman Wang.
Tawa kedua orang tuanya, ke empat kakak laki-lakinya. Dan juga Ovellia Wang, putri palsu yang di sayangi mereka.
Ketika mereka mendengar tentang kematiannya, mereka hanya berkata;
"Itu akibat ulahnya sendiri, dia yang mencari kematiannya sendiri. Biarkan dia mati jauh-jauh."
Tiba-tiba ada kekuatan dahsyat yang menarik arwah Daniella. Kembali ke masa dia muda. Di mana ketika orang tua kandungnya ingin menjemputnya dari ayah angkatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29
Ujian memasuki universitas telah selesai. Saat ini mereka hendak melihat siapa yang memperoleh nilai tertinggi.
Dan para orang tua ataupun wali menghadiri acara pengumuman hasil tes ujian memasuki usia tersebut.
Kedua orang tua kandung Daniella datang, tapi atas nama Olivia. Ketiga kakak lelakinya juga datang untuk menyaksikan bagaimana Olivia mendapatkan nilai tertinggi.
Sebab, yang mereka tahu bahwa Olivia selama ini mendapatkan nilai-nilai yang bagus.
Sementara Daniella di walikan oleh kakek Fang. Dan dia duduk bersebelahan dengan Daniella.
Ketika ayah dan ibunya melihat kehadiran Daniella bersama kakek Fang. Mereka hanya bisa mengepalkan tangan.
Dalam hati kecil mereka, sebenarnya mereka ingin mengakui Daniella adalah anak kandungnya di muka umum. Hanya saja ketiga putranya belum bisa menerima Daniella. Dan juga karena telah terlanjur sayang kepada Olivia, mereka khawatir akan menyakiti hati Olivia.
Mereka juga khawatir, jika akibat dari pengakuan bahwa dia bukan anak kandung dari keluarga Wang, Olivia nekat untuk mengakhiri hidupnya.
Kedua suami istri itu hanya bisa menahan perasaan mereka.
Akhirnya, waktu yang di tunggu-tunggu tiba juga. Saatnya untuk menyebutkan hasil dari nilai para peserta.
Ketika jumlah nilai ujian Olivia di sebutkan, mereka semua bertepuk tangan seraya berdiri. Dan menganggap bahwa Olivia yang memperoleh jumlah nilai tertinggi.
Tetapi pihak pembawa acara menginterupsi.
"Maaf kepada semuanya. Itu bukanlah nilai tertinggi tahun ini."
"Bukan..?!" Ada beberapa orang yang tidak percaya.
"Benar sekali. Karena masih ada siswa lain yang memperoleh nilai yang lebih tinggi."
"Benarkah? Berapa jumlah nilainya?" Seru yang lain.
"Olivia mendapat jumlah nilai 675, sedangkan nilai tertinggi adalah 721." Sambung si pembawa acara.
"Siapa itu? Itu nilai yang sangat tinggi, lebih tinggi dari tahun lalu." Ucap salah satu guru yang ikut mengawasi ujian di setiap tahunnya. Karena tahun lalu jumlah nilai yang tertinggi adalah 680. Tetapi tahun ini ada yang melampaui jumlah itu.
"Baiklah, saya akan membacakan siapa yang memperoleh nilai tertinggi. Dia adalah siswi yang mendapatkan beasiswa di sekolah kita. Dan dia adalah... Daniella...!" Teriak lancang si pembawa acara yang membuat suara riuh di aula sekolah.
"Tidak mungkin!" Teriak Olivia marah. Karena dia telah mengusahakan segala cara untuk mendapatkan nilai tersebut. Sampai-sampai dia mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Hanya untuk membayar orang-orang, agar dia bisa melihat contekan. Dan di saat melaksanakan ujian, dia hanya menulis jawaban dari soal-soal yang sudah dia beli.
'Siapa wanita ini? berani-beraninya bersaing denganku.' Gumam Olivia dengan nada yang tidak suka.
Kemudian pembawa acara itu memanggil nama Daniella. Dan mengumumkan kemenangannya. Agar Daniella maju ke depan untuk menerima hadiah yang telah di janjikan pihak pemerintah.
Yaitu bagi juara pertama akan mendapatkan kuliah gratis di lima universitas. Sehingga Daniella bisa memilih salah satu dari ke lima universitas itu.
Dengan senyum cerahnya dia menerima piagam penghargaan. Dan juga surat bukti yang akan dia bawa jika mendaftar. Sebagai mahasiswi yang berprestasi dan gratis uang kuliah selama dia kuliah di universitas itu.
Semua guru-guru bertepuk tangan dan juga para hadirin. Hanya Olivia geram sambil mengepalkan tangannya.
Selesai dia menyalami para guru dan pembawa acara. Dia turun dari podium, duduk di sebelah kakek Fang. Kakek Fang langsung memeluknya dan mengucapkan selamat.
"Anak pintar, pasti orang tuamu akan sangat bangga padamu." Ucap kakek Fang pelan. Dia belum mengenal siapa orang tua kandung Daniella. Dan dia tidak mengira bahwa orang tuanya ada di ruangan itu.
Sementara ketiga saudara kandungnya sedikit mengerutkan kening. Mereka merasa wajah Daniella terasa familiar.
"Hei, coba lihat gadis itu. Sepertinya pernah melihatnya, tapi entah dimana." Ucap kakak pertamanya.
"Ya, ada mirip siapa gitu... Tapi aku lupa." Kakak keduanya juga berkomentar.
Ketika mereka melihat Daniella turun dari podium dan duduk ke kursinya. Tubuh Daniella melewati ayahnya karena dia duduk di belakang mereka. Tanpa sengaja ke tiga bersaudara itu melihat wajah ayahnya.
'Mengapa perempuan itu terlihat sedikit mirip ayah?' Pikir kakak pertamanya.
'Apakah...? Ck, mana mungkin dia. Dia tinggal di tempat kumuh tidak mungkin sepintar itu.' Kakaknya menepis pikirannya sendiri.
Ayah dan ibunya yang melihat Daniella hanya merayakan kemenangannya bersama kakek Fang, membuat hati mereka sedikit teriris.
Seharusnya mereka yang memeluk Daniella. Tapi kini, akibat kesepakatan mereka. Dengan berat hati mereka menahan perasaannya.
"Ayah, hadiah apa yang akan kita berikan kepada Daniella?" Ucap ibunya dengan berbisik di samping suaminya.
"Apa ya, mungkin mobil?"
"Bagaimana kalau nanti malam kita merayakan kejuaraan Daniella di apartemennya." Ucap istrinya lagi.
"Bagus, bagus, itu lebih baik." Ada sedikit kebahagiaan muncul di hati mereka. Yang tadinya merasa sakit hati, kini akan bahagia.
Mereka yakin bahwa Daniella akan menerima kedatangan mereka nanti malam.
Satu persatu siswa dan keluarga mereka keluar dari aula sekolah itu.
Dan tidak sedikit teman-teman Daniella mengucapkan selamat kepadanya. Begitu juga dengan orang tua temannya.
Dan itu di ambil kesempatan oleh ibu dan ayahnya. Mereka langsung memeluk Daniella dengan sedikit meneteskan air mata. Karena mereka langsung menghapus, karena khawatir orang-orang akan curiga.
"Ayah, ibu, walaupun Olivia mendapatkan hasil nomor dua. Apakah kita membuat perayaan nanti malam?" Tanya kakak ketiganya ketika mereka sudah berada di halaman sekolah.
Suami istri itu semakin mempererat genggaman tangan mereka. 'Bagaimana ini, karena mereka sudah bertekad hendak merayakannya di apartemen daniella.'
"Um..." Belum sempat ayahnya menjawab, tiba-tiba kepala sekolah menghampiri mereka.
"Bapak, ibu, ada yang hendak aku sampaikan kepada kalian." Ucap kepala sekolah dengan sopan.