NovelToon NovelToon
Tutorku Tunanganku

Tutorku Tunanganku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:983
Nilai: 5
Nama Author: Mashimeow

"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."

Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.

Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aksi Balas Dendam

Keisha menaruh handphone canggihnya itu di atas meja perlahan. Ia biarkan begitu saja beranda aplikasi dengan logo hijau itu terbuka menampilkan banyak pesan yang sengaja belum dibaca oleh pemiliknya. Pikiran gadis itu hanya terfokus pada satu nomor tanpa nama di urutan teratas. Semua pesan yang dikirimkan si cantik sama sekali belum mendapat balasan, padahal orang itu sedang mode online.

“Jiwangga udah balas belum Kei?” tanya Luna.

Iya orang yang dikirimi banyak pesan oleh Keisha adalah Jiwangga Abram. 

Keisha menoleh lalu menggelengkan kepala. “Belum nih. Chat dari gue sebatas dibaca doang. Ini kodok zumba maunya apa sih?” sungut Keisha sebal.

“Eh jangan lo samain lah Jiwangga sama kodok zumba. Nggak terima gue, dia walaupun nyebelin setengah hidup tapi ganteng banget tahu,” bela Luna tidak terima. 

“Ganteng dari mananya sih Lun? Mata lo minusnya nambah apa gimana?” cibir Keisha. Ia kembali memainkan handphone siapa tahu ada balasan pesan dari Jiwangga. Tetapi sepertinya gadis itu berharap terlalu tinggi. “Gue rusakin benaran tuh motornya kalau sampai dia nggak datang juga,” ancam Keisha.

“Sabar, tunggu aja deh. Gue rasa dia bakal datang sih habis baca pesan kompor lo itu. Kalau nggak juga masih ada Luna Geraldine di sini. Santai dulu napa,” sahut Luna. Gadis bertubuh ramping bak model papan atas itu sibuk mengunyah batagor yang ia beli tadi.

“Gue nggak main-main sama apa yang gue bilang. Lo percaya sama gue kan Lun?” tanya Keisha.

Luna mengangguk. “Percaya lah, kan lo sahabat terbaik gue. Masih banyak jalan menuju Roma, asal bukan Roma Irama. Maksud gue gini, satu dua kali dia nggak datang itu wajar, tapi kalau tiga, empat, lima kali lima sama dengan dua puluh lima tuh namanya keterlaluan. Kalau dia cabut dari kelas tutor lo lagi, gue bantu deh nanti lo acak-acak ninjanya si Jiwa,” kata Luna menguatkan.

“Sekarang gue baru percaya lo sahabat terbaik gue.” Keisha mengulurkan kedua tangannya pada pipi berisi gadis di hadapannya itu. Dua cubitan gemas ia berikan untuk Luna saking gemasnya. 

“Sambil nunggu Jiwangga mending kita bikin video yang lagi trend di Toktok,” ajak Luna.

“Oke.”

Keisha menyanggupi keinginan Luna saat itu juga. Alih-alih bersenang-senang, si cantik tidak ingin terlalu memikirkan perihal pesannya yang belum dibalas oleh Jiwangga. Separuh hatinya berkata jika pemuda itu tak akan datang, tetapi separuh hati lainnya meyakini bahwa Jiwangga akan datang. 

Keisha dan Luna sudah membuat banyak video demi menghabiskan waktu agar tidak bosan juga. Rambut panjang kecoklatan milik Keisha sampai kusut tak karuan sebab terus mengulang gerakan setiap kali Luna salah melakukan gerakan. Dia melihat pada jarum di jam tangan menunjukkan pukul lima sore. Keisha mengedarkan pandangan pada sekitar yang nyaris tidak ada orang sama sekali di sepanjang koridor kelas.

Suara didominasi oleh lagu dari handphone milik Luna yang berisi jedag-jedug kekinian. Sahabatnya itu masih saja mengulang gerakan yang sekiranya dinilai kurang pas dan tidak puas dengan hasilnya. Keisha membuka kembali handphone di atas meja untuk melihat apakah ada pesan balasan dari Jiwangga atau tidak. Memang benar jangan berharap terlalu tinggi pada manusia.

Jiwangga tidak memberikan jawaban apa pun. Pesan-pesan dari Keisha hanya sebatas dilihat. Waktu terakhir pemuda itu online adalah beberapa menit yang lalu. Hal itu membuat si puan mengepalkan kedua tangannya erat menahan kesal. 

“Lun, ayo balik. Nggak ada gunanya kita nunggu di sini lebih lama lagi. Sekolah juga mau tutup. Gue nggak mau dikunciin sama Pak Joko di dalam sekolah,” ajak Keisha. 

Luna menoleh. “Hah? Lo mau balik sekarang?” tanya Luna.

“Iya lah.” Keisha memasukkan semua barang-barang yang berserakan ke dalam tas. Ia menggendong tas besar itu dan bersiap untuk keluar dari ruang kelas. “Gue udah feeling kalau Jiwangga nggak bakal datang lagi kali ini. Lihat aja besok apa yang bakal terjadi ke motor kesayangannya itu,” kata Keisha mantap.

“Tungguin gue dulu, bentar masukin buku ke tas,” ucap Luna.

“Iya,” balas Keisha.

Keisha menunggu sambil duduk di kursi beton di depan kelas. Ia menyisir rambutnya ke belakang dengan jemari. Hembusan napas panjang keluar dari belah bibirnya. Bimbingan tutor baru berjalan dua hari tetapi kenapa rasanya berat sekali? 

Mungkin saja faktor gadis itu yang tidak menerima tugas ini dengan sepenuh hati membuat semua pekerjaan terasa jauh lebih berat. Langsung berhadapan dengan seorang pembuat onar memang menghabiskan banyak tenaga. Keisha tidak pernah membayangkan sebelumnya harus berinteraksi dengan Jiwangga. 

Samar-samar si puan mendengar suara gemerisik tas yang diangkat dari meja. Ia menoleh ke dalam dan mendapati Luna sudah siap untuk pergi. Keisha lantas bangkit berdiri lalu merangkul lengan perempuan yang lebih tinggi kemudian. Keduanya berjalan beriringan menuju pintu keluar. Khusus hari ini Keisha diantar dan berangkat bersama Luna karena gadis itu baru saja mendapatkan mobil pertamanya. 

*** 

 Keisha mengetukkan kuku-kukunya pada permukaan meja gelisah. Pelajaran biologi baru saja dimulai setengah jam yang lalu. Ia sesekali melirik ke arah Luna yang masih asik mencatat penjelasan guru di depan. Jujur saja dia sama sekali tidak bisa mengutamakan fokusnya untuk pelajaran disaat pikirannya terdistraksi pada hal lain.

Keisha menggigit bibir bawahnya gugup. Cengkraman tangan pada pulpennya semakin kencang saja. Ia beberapa kali menghela napas panjang untuk meredakan antusiasme yang terus saja bergejolak dalam diri. Suasana kelas yang hening sebab semua murid sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Keisha menyenggol lengan Luna sedikit lebih kencang untuk membuyarkan fokus gadis di sebelahnya.

“Lun,” panggil Keisha.

“Apaan?” balas Luna tanpa menoleh. Ia masih sibuk mencatat dengan pulpen warna-warni di atas buku catatan.

“Mumpung masih jam pelajaran nih parkiran pasti lagi sepi. Momen yang pas buat ngerjain motornya Jiwangga,” bisik Keisha lirih. Ia tak ingin ada orang lain yang mendengar aksi jahatnya ini.

“Lo yakin sekarang banget?” tanya Luna.

“Iya lah. Lo yang bilang ke Bu Andin kalau kita mau ke toilet dah biar gue nanti yang beraksi di parkiran,” kata Keisha.

“Gue lihat-lihat cegil juga lo, tapi gue suka sih. Nanggung kurang sedikit nih satu paragraf lagi,” ucap Luna.

“Nanti gue nyontek catatan lo aja dah yang lebih lengkap.” Keisha meraba laci untuk mengambil handphone yang sengaja ditaruh di sana dalam mode diam. Tanpa pergerakan yang mencurigakan, benda pipih canggih itu sudah aman berada di kantung roknya. “Paling juga nggak lama buat bikin ban motornya pecah. Gue bawa cutter sama gunting juga nih,” sambung gadis itu juga membawa guting dan cutter di kantung lain. 

Luna menganggukkan kepalanya lalu menutup buku catatan biologi miliknya. Gadis bertubuh jangkung dengan rambut sehitam arang panjang itu lantas mengangkat tangan. Pergerakannya membuat atensi guru juga teman-teman satu kelasnya tertuju hanya padanya. Saat sudah dipersilahkan, ia tidak membuang-buang waktu lagi. 

“Bu, saya sama Keisha izin ke toilet ya,” kata Luna.

“Ngapain ke toilet segala berdua?” tanya Andin.

“Keisha nih mensnya bocor, Bu. Kan repot kalau sendirian di toilet nggak ada yang bantuin,” ucap dusta Luna.

Keisha melayangkan tatapan tajam ke arah sang sahabat. Refleks tangannya memukul lengan Luna sebagai bentuk protes. 

“Tuh dia udah kesakitan banget ini Bu. Boleh ya saya temani Keisha ke toilet?” tanya Luna.

“Ya sudah kalian boleh pergi tapi jangan lama-lama,” kata Andin memberi izin.

“Iya Bu,” sahut Keisha dengan senyuman tipis.

Keisha berjalan lebih dahulu keluar dari kelas disusul oleh Luna. Gadis itu sedikit gugup saat melewati area depan meja guru. Takut bila ponselnya berbunyi atau suara gemerisik antara gesekan cutter dan gunting di saku roknya. Untung saja tangan si cantik ditarik oleh Luna lebih cepat. 

Dengan langkah tergesa, Keisha dan Luna berjalan menuju arah yang berlawanan dari toilet. Keduanya melangkah tanpa ragu menuju area parkiran. Sesuai perkiraan Keisha jika saat ini kawasan yang dipenuhi oleh berbagai jenis sepeda roda dua ini terparkir rapi di sana. Sebelumnya Luna sudah memberi sedikit upah pada satpam yang berjaga agar tutup mulut ketika melihat aksi mereka. 

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencari motor milik Jiwangga. Ninja merah dengan plat nomor B 0104 JW ini berdiri paling gagah di antara motor lainnya. Keisha langsung berjongkok di depan ban belakang motor besar tersebut. Tangannya terulur untuk mengambil cutter dan gunting bersamaan. 

“Buruan Kei, sebelum ada yang datang nih,” kata Luna memperingatkan. 

“Sabar dong,” balas Keisha gugup. 

“Jujur nih gue lebih takut ketahuan sama anak Chaos Brotherhood ketimbang guru yang lihat,” kata Luna.

“Lo jagain aja dari depan biar gue langsung selesaiin ini,” kata Keisha.

Keisha mengendurkan lebih dahulu lubang angin pada ban motor ninja milik Jiwangga. Sambil menunggu angin dari karet itu sedikit demi sedikit keluar, si puan tanpa ragu menusuk kencang permukaan ban dengan gunting miliknya. Tidak lupa juga memberikan pahatan penuh cinta di sana di beberapa tempat. 

Dia tersenyum puas saat melihat banyaknya luka yang dibuatnya kali ini. Sayatan dan lubang dari gunting dan cutter yang baru saja dibelinya tadi pagi benar-benar terlihat begitu nyata. Keisha kembali menutup lubang angin motor milik Jiwangga sama seperti sebelumnya. Sesekali ia menoleh pada sekitar memeriksa apakah aksi anarkisnya ini ketahuan atau tidak. 

Lalu kedua gadis cantik ini segera beranjak pergi setelah selesai dengan urusan mereka. Kembali pada tujuan awal saat pergi dari kelas. Keisha dan Luna melenggang masuk ke dalam toilet untuk membersihkan tangan dari noda-noda terkena oli tadi.

1
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
Cheng Lin2194
Terhibur banget!
Mashimeow: terima kasih udah suka sama ceritaku^^
total 1 replies
Juárez Márquez Odette Margarita
Ngakak dosa!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!