Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Untuk sementara
Mami yang ketar-ketir langsung menghubungi Rizal sebelum Rayhan bangun.
"Assalamu'alaikum, Bu."
"Wa'alaikum salam. Rizal, itu kenapa berita Rayhan tersebar. Gimana kalau Rayhan tahu?"
"Pak Rayhan sudah tahu dari semalam kok, Bu. Beliau tidak masalah dengan berita tersebut."
"Serius?"
"Iya, Bu. Saya juga heran. Tapi syukurlah, mungkin Pak Rayhan sudah bisa menerima kenyataan. "
"Kalau begitu, terima kasih, Zal."
"Sama-sama bu."
Setelah menghubungi Rizal, Mami menjadi lega. Memi pun mencari keberadaan Nazwa untuk bertanya perihal semalam. Ternyata Nazwa sedang duduk santai di taman belakang sambil mengamati si kembar yang sedang bermain.
"Nazwa."
"Iya Bu."
Mami duduk di sebelah Nazwa.
"Bagaimana semalam, pestanya?"
"Cukup meriah Bu."
"Rayhan nggak jutekin kamu kan?"
"Ti-tidak kok Bu."
"Syukurlah... semalam kamu cantik sekali. Ibu saja yang perempuan terpesona melihatmu, apa lagi yang laki-laki. Hehe... "
"Ibu bisa saja. Itu berkat pakaian dan akseoris lain yang mendukung penampilan saya bu."
"Tapi memang dasarnya udah cantik dan baik. Jadi inner beautynya keluar."
Nazwa hanya bisa menulis senyum.
Sementara kembali ke kamar Papi Zaki. Seperti biasa, setiap seminggu sekali Papi Zaki selalu memeriksa CCTV di sekitar rumahnya. Karena ia tidak ingin ada kejanggalan ataupun sesuatu yang membuat rumah dan keluarganya tidak aman. Saat ini Papi Zaki sedang berada di depan laptopnya untuk memeriksa rekaman seminggu terakhir. Papi Zaki tersenyum melihat tingkah istri dan kedua cucunya yang ketahuan mengintip Rayhan dan Nazwa.
"Mereka itu ada-ada saja. "
Papi Zaki tercengang melihat rekaman semalam, saat Nazwa hampir saja terjatuh dan Rayhan merangkulnya.
"Wah wah... semalam ada tragedi. Ini tidak bisa dibiarkan.
Ceklek
Mami masuk ke dalam kamarnya.
"Lagi ngapain, Pi?"
"Mi, coba ke sini."
"Ada apa sih Pi?"
"Lihat ini!"
Mami pun memperhatikan layar laptop.
"Astaghfirullah... hehe, ke injak Pi. Itu nggak sengaja. Duh pasti mereka deg-deg-an itu Pi."
"Ini nggak bisa dibiarkan Mi."
"Maksud Papi?"
"Kita harus ambil keputusan. Mereka belum Mahram. Tidak baik hal-hal seperti ini sering terjadi, kalau ada jin lewat bisa berabe. Mami mau menanggung dosa?"
"Eh tidak-tidak..."
"Panggil Rayhan ke sini! Papi mau bicara."
Mai pun pergi ke kamar Rayhan.
Tok tok tok
Tidak ada sahutan dari dalam.
Tok tok tok
"Bang... kamu di dalam?"
Tidak ada sahutan juga.
Mami pun memutuskan untuk memutar gagang pintu. Ternyata tidak dikunci. Pelan-pelan Mami masuk melihat keadaan di dalam kamar. Ternyata putranya masih molor di atas tempat tidurnya.
"Bang... bang... "
"Hem... "
"Sudah siang, bangun!"
"He'em."
"Bang, bangun!"
"Iya Mi."
Rayhan pun beranjak dari tempat tidurnya lalu pergi ke kamar mandi. Mami membantu membereskan tempat tidurnya. Beberapa menit kemudian, Rayhan keluar dari kamar mandi.
"Sarapan dulu bang, setelah itu tui Papi di kamar."
"Iya, Mi."
Rayhan turun untuk sarapan.
"Nggak enak banget sarapan sendirian." Gerutunya.
Meski begitu, Rayhan tetap menghabiskan sarapannya. Setelah itu, ia pergi ke kamar orang tuanya.
tok tok tok.
"Masuk!"
Rayhan membuka pintu dan masuk ke dalam kamar itu. Ia melihat ketegangan di wajah kedua orang tuanya.
"Duduk, Ray."
"Iya Pi."
"Rayhan, Papi minta untuk sementara kamu pulang ke rumahmu sendiri."
Rayhan terkejut mendengarnya. Dalam hatinya bertanya-tanya apa sebenarnya yang terjadi.
"Kamu jangan salah paham dulu, Ray. Papi ingin kamu jauh-jauh dulu dengan Nazwa. Pernikahan kalian kemungkinan kurang satu bulan lagi, ada baiknya kalian pisah untuk sementara. kamu bisa melakukan penjajakan dari telpon kalau kamu mau. Ini demi kebaikan kalian. Paham kan maksud Papi?"
"Hem, paham Pi."
"Baguslah kalau kamu paham. Seandainya Nazwa tidak terikat iddah, saat ini juga Papi nikahkan kalian."
"Kalau begitu, nanti sore Ray akan pulang."
"Ya sudah."
Sebenarnya Mami juga tidak tega untuk menyuruh Rayhan pulang tapi ini untuk kebaikan mereka. Dan juga biar menjadi pelajaran bagi Rayhan, agar dia semakin menyadari perasaannya kepada Nazwa.
Nazwa baru saja melihat handphone-nya. Ada notif pesan dari Tiwi. Tiwi mengirimkan sebuah video yang memberitakan Rayhan dan Nazwa. Nazwa terkejut melihat video tersebut. Lantas ia langsung menghubungi Tiwi.
"Ya Allah Wa, kamu keren banget lho. Gimana reaksinya Soni dan Ibunya semalam hah?"
"Sepertinya mereka shock Wi. Aku sih tidak berniat membuat mereka begitu. Aku malah sebenarnya tidak ingin datang. Tapi Mas Rayhan yang ngajak karena dia juga diundang.
"Apa apa, Mas Rayhan? Waw waw... kayaknya aku ketinggalan berita nih. Wa, kalian akting apa gimana?"
"Menurutmu?"
"Tuan muda keluarga Abraham tidak mungkin mau ambil resiko nama dan reputasinya hanya demi seorang pengasuh. Itu artinya kalian memang benar-benar ada hubungan."
Nazwa pun menceritakan keadaan yang sebenarnya kepada Tiwi. Mengetahui hal tersebut, Tiwi hanya bisa mendo'akan yang terbaik bagi sahabatnya itu.
Sore harinya, Rayhan sudah bersiap untuk pulang ke rumahnya. Ia tidak membawa sesuatu apa pun kecuali handphone dan apa yang melekat pada dirinya. Saat Rayhan akan pamit kepada si kembar, keduanya sedang belajar mengaji di di kamarnya bersama Nany.
"Shadaqallahul 'adim. "
Setelah selesai belajar mengaji, mereka mencium punggung tangan Nany nya.
"Assalamu'alaikum... " Ucap Rayhan di ambang pintu.
"Wa'alaikum salam, eh Papa. "
"Papa boleh ngomong?"
"Ngomong apa Pa?"
Rayhan melirik Nazwa. Seharian mereka tidak bertemu meski tinggal dalam satu rumah.
"Kalau begitu Nany keluar dulu ya."
"Jangan! Aku juga mau ngomong sama kamu." Ujar Rayhan.
Nazwa pun mengangguk patuh. Mereka duduk bersebrangan. Anggun dan Papa di kasur Anggun. Anggi dan Nany di kasur Anggi.
"Anak-anak, Papa mau pulang ke rumah dulu. Kalian kalian jangan nakal ya, harus patuh sama semua orang yang ada di sini. Jangan nyusahin Nany nya."
"Papa bilang gini kayak lama yang mau ke sini lagi."
"Iya, Papa akan sibuk ke depannya. Tapi Papa akan sering telpon kok."
"Yah, Papa nggak asik."
"Maafin Papa ya, tapi ini untuk kalian juga kok."
"Hem... iya deh."
"WA, titip mereka. Em...kalau ada sesuatu kabari."
"I-iya M-Pak."
Karena di depan anak-anak, Nazwa merubah kembali panggilannya. Sebenarnya Rayhan kecewa mendengar panggilan Nazwa kepadanya, namun ia langsung mengerti. Rayhan pun mencium kedua pipi si kembar lalu memeluknya.
Rayhan melirik Nazwa. Ia tidak bisa berbuat apa-apa kepadanya.
"Bersabarlah, kalau sudah waktunya aku akan memperlakukanmu sama dengan si kembar. Satu bulan lagi, kita akan bertemu dengan status yang berbeda." Batinnya.
Si kembar mengantar Papanya ke depan. Mereka menarik tangan Nany nya untuk ikut bersama mereka. Nazwa pun terpaksa menuruti.
"Dah dadah... Papa!"
Rayhan pun melambaikan tangan sebelum akhirnya menaikkan kaca jendela mobil.
Bersambung....
...****************...
menjelang lebaran bunda author sibuk, semangat 💪🙏😊
Si Rendra begitu disiplin yaa, krn bisa ikut sarapan tepat wkt dan tdk ada drama bangun kesiangan,😂😂😂