NovelToon NovelToon
AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

AKU BUKAN WANITA PEMBAWA SIAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Janda / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:357.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“DASAR WANITA PEMBAWA SIAL KAU, DHIEN! Karena mu, putraku meninggal! Malang betul hidupnya menikahi wanita penyakitan macam Mamak kau tu, yang hanya bisa menyusahkan saja!”

Sejatinya seorang nenek pasti menyayangi cucunya, tetapi tidak dengan neneknya Dhien, dia begitu membenci darah daging anaknya sendiri.

Bahkan hendak menjodohkan wanita malang itu dengan Pria pemabuk, Penjudi, dan Pemburu selangkangan.

"Bila suatu hari nanti sukses telah tergenggam, orang pertama yang akan ku tendang adalah kalian! Sampai Tersungkur, Terjungkal dan bahkan Terguling-guling pun tak kan pernah ku merasa kasihan!" Janji Dhien pada mereka si pemberi luka.

Mampukah seseorang yang hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama itu meraih sukses nya?

Berhasilkah dia membalas rasa sakit hatinya?

Sequel dari ~ AKU YANG KALIAN CAMPAKKAN.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

A ~ Bab 33

Apa Kak Dhien, di gondol Kolong Wewe?

......................

“Apa saya ada cakap, suruh bayar?” Agam bertanya seraya bergeser kesamping, memberikan ruang bagi sang gadis bermata indah itu untuk masuk.

Amala menggeleng, dengan masih menunduk dirinya memasuki warung yang lumayan luas, menyediakan kebutuhan dapur serta ada juga peralatan mandi dan lainnya, bisa dibilang warung sembako Agam Siddiq, berisi komplit.

“Maju satu langkah lagi, maka kau akan keluar dari pintu belakang, Nur Amala.”

“Astagfirullah.” Amala mendongak, benar kata bang Agam, dirinya bukannya mengambil barang keperluan Dhien, malah hendak keluar lewat belakang.

Dalam pengawasan netra tajam bak Elang mengamati mangsa, Nur Amala mulai mengambil barang di rak papan tersusun rapi.

“Sabun, odol, sikat gigi, shampo, sisir, handuk, terus apalagi ya?” Amala bermonolog seraya tangannya ikut bergerak.

“Oh ya, Dhien pasti membutuhkan obat-obatan juga.” Dirinya beralih ke bagian kotak-kotak yang berisi obat warung, mengambil pereda nyeri, sakit kepala, sampai balsam, koyok, dan tidak lupa obat demam.

“Sudah, itu saja?” tanya Agam, setelah Amala selesai mengambil barang.

Mendapati Amala yang mengangguk. “Apa Dhien tak butuh makan? Kau hanya mengambil kebutuhan mandi, serta obat menyembuhkan luka, tapi melupakan soal konsumsi, Nur.”

Amala tetap bergeming, berdiri 4 langkah dari pemilik warung, dia tidak enak hati bila ingin mengambil lebih banyak lagi, sebab barang di plastik saja harganya sudah tinggi bagi dirinya yang berekonomi pas-pasan.

Agam menjadi sedikit tidak sabar, dirinya melangkah mengambil plastik lain, mengambil cepat beberapa bungkus roti kering Unibis gula, Roma kelapa, kopi sachet, dan sedikit camilan.

“Bawalah! Satu untuk Dhien, dan ini untukmu!” Agam memberikan dua plastik yang isinya sama.

“Tak ada tapi-tapian, pulanglah!” ucapnya tegas, menyela sebelum Nur Amala menolak pemberiannya.

Amala hanya bisa mengangguk sambil menunduk. “Terima kasih, Bang.”

Begitu sampai di luar warung, dirinya di hadang Nyak Zainab.

“Berikan ini untuk Dhien, ya Mala! Nanti malam, kami akan datang menjenguknya. Kalau siang hari macam ni terlalu berisiko.” Nyak Zainab memberikan satu plastik putih lumayan besar bekas dari toko baju.

Amala pun mengucapkan terima kasih, ia berjalan cepat ke huniannya, beruntung sang ibu dan adiknya sedang tidak ada dirumah, mereka pergi ke kota kecamatan, Nirma meminta membeli celana baru, sebab Mak Syam baru saja panen kacang tanah.

“Sudah, Mala?” tanya Dhien yang keluar dari kamar mandi.

Mala mengangguk. “Ayo!”

Kembali dua orang yang tidak ada hubungan darah, tetapi jalinan kasih mereka sungguh luar biasa, berjalan melewati rerumputan pendek.

Rumah Makcik penjaga warung berada di bagian paling belakang dari jalan utama, sehingga hanya dilewati oleh beberapa orang saja yang hendak pergi ke ladang.

.

.

“Aku tinggal dulu, nanti sore kesini lagi. Kau jangan macam-macam! Ingat kalau masih ada Tuhan, dan kami yang begitu menyayangimu, Dhien! Dirimu tak sendirian, kita lewati ini bersama-sama, mau ‘kan?”

Dhien menatap sendu sang sahabat, wajah sembab nya kembali basah oleh air mata. “Kau tahu Mala? Baru kali ini aku menangis tak berkesudahan … he he he, sebetulnya aku malu, tapi entah mengapa air mata ni terus luruh tanpa ku persilahkan … hiks hiks.”

Mala berlutut, memeluk pinggang Dhien yang duduk di amben dapur. Kembali dirinya bungkam, hanya terus mendekap sambil mengusap sayang punggung sahabatnya.

Selepas kepergian Amala, Dhien membuka plastik pemberian Nyak Zainab. Netranya kembali basah.

“Terima kasih Nyak,” ia kembali tergugu kala membuka amplop yang diletakkan pada tumpukan baju milik Wahyuni dan Meutia. Nyak Zainab memberikan selembar uang 50 ribu.

"Terima kasih.” Dhien kembali terisak-isak, Amala sang sahabat memberikan dua stel baju lebaran tahun kemarin, padahal sahabatnya itu sehari-hari mengenakan pakaian banyak tambalan.

“Amala, aku janji akan bangkit lagi! Setelah ini tak kan ada kata toleransi, apalagi kasihan! Kan ku buat mereka menyesal sampai menangis darah!” Dhien memeluk erat baju sahabatnya.

***

Sore hari di kediaman Agam Siddiq.

“Mengenai pembukaan lahan di pelosok kota kecamatan, apa akan di lanjut, Bang? Kalau ya, saya bersedia menjadi pengawas di sana!” tanya Dzikri.

“Mengapa tiba-tiba setuju, sebelumnya kau masih meragu?” Agam menelisik penampilan bawahannya yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.

“Sudah saatnya saya terjun lebih dalam lagi, untuk bekal bila nanti mengelola perkebunan milik sendiri,” ujarnya memberikan alasan yang tidak sepenuhnya dusta.

“Kau buang kemana si Fikar, Dzi?”

Dzikri tersenyum masam, bukan hal aneh bila Agam Siddiq mengetahui tanpa ia beritahu. “Yang pasti ke tempat di mana dirinya tak lagi dapat menjangkau Dhien.”

“Saya takkan ikut campur, sebab kau sendiri lebih dari mampu menangani hal tersebut! Cuma, hanya ingin sedikit memberikan petuah … bila hatimu betulan telah terpaut kepadanya, libatkan lah Allah, agar kedepannya jalanmu menujunya dipermudah! Tak ada yang lebih indah daripada cinta yang diridhoi Sang Maha Kuasa.” Agam menepuk pundak Dzikri.

“Terima kasih, Bang.” Lalu dirinya mengeluarkan sesuatu yang sedari tadi disembunyikan dalam kemeja berlapis kaos polos. “Tolong berikan kepada, Dhien! Tapi jangan katakan bila ni dari saya.”

Agam menerima amplop besar itu, dan membuka isinya. “Kerja bagus!”

***

“Assalamualaikum.”

“Walaikumsalam.” Emak Inong membuka pintu dapur. “Masuk, Nak!”

Amala masuk ke dalam dapur Emak Inong. “Mak, Mala hendak mengambil beberapa baju Dhien. Nya dipinta oleh Ninik untuk sementara waktu tinggal di sana, sebab Aki sedang tak enak badan. Jadi, Dhien yang menggantikan mengawasi anak-anak berlatih karate, dan juga membantu panen buah jeruk.”

“Mengapa tiba-tiba sekali, Mala? Apa tak bisa Dhien pulang dulu, dan memberitahukan langsung kepada Emak?” Kening Emak Inong berkerut dalam dengan alis hampir menyatu.

“Namanya penyakit, siapa yang tahu kapan datangnya, dan tentu pula tak ada yang menginginkan kehadirannya, Emak.” Mala tersenyum lembut seraya menggenggam punggung tangan berurat timbul milik ibunya Dhien.

“Kau betul Mala, cuma Emak sedikit terkejut saja! Sana ambil sendiri di lemari susun kamar Dhien!” Emak Inong mempersilahkan, dia sudah menganggap Amala seperti putrinya sendiri.

Amala sengaja memberikan alasan yang masuk akal, agar Emak Inong tidak curiga dan mencari keberadaan sang putri.

.

.

“Nyolong tebu, sudah. Mencuri mentimun pun udah! Keluar masuk ladang orang sampai diteriaki karena menginjak pohon cabai yang baru ditanam, juga sudah. Tapi, mengapa tak jua berhasil membuat hati ini gembira. Salahnya dimana cobak?” Meutia duduk di pinggir jalan berbatu, dirinya seperti seseorang yang kehilangan semangat hidup.

“Sebetulnya Kak Dhien kemana sih, Kak? Mengapa menghilang macam digondol Kolong Wewe?” Ayek tidak jadi menggigit kulit tebu, dia sama lesunya dengan Meutia.

“Apa di culik Kuntilanak, ya Kak? Tapi, tak mungkin lah! Yang ada hantu pada takut dengan Kak Dhien, sebab kalau nya marah lebih menyeramkan daripada Setan!” Danang melepeh ampas tebu.

“Wee … tu Kak Mala!” Rizal memukul pundak Danang.

Netra Meutia membulat, senyumnya memekar layaknya bunga setaman. “Ayo kita ikuti! Pasti Kak Mala mau ketemu Kak Dhien PAOK tu, minggat pun enggan mengajak-ngajak nya!”

“Tapi, kalau Kak Mala cuma mau pergi berak macam mana, Kak? Masa tetap kita tungguin …?”

.

.

Bersambung.

1
Mawar Hitam
Ohbyangbdibaqa je rumah sakit tu si Samson toh..
Mawar Hitam
Ya..si Winda mau dilamar Polisi pun tak jadi. Barang aisa siapa mau ambil rugi.

Hanya akan jadi samsak si Dhien aaja kau ni.
𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 𝚜𝚌𝚘𝚛𝚙𝚒𝚘 🦂
thor.. kau mengingatkan ku pada masa2 sulit di masa lalu😭😭😭😭
Jamilah Dwi
ternyata kena prank, ku pikir ikram melamar meutia ke bang agam, ternyata samson berubah bentuk 🤣🤣🤣
Mawar Hitam: iya. aku juga sama kak..Kupikir Ikram.audah tak awsat dengar suami mwtia yg akan di bawa kw Rumah sakit.
total 1 replies
Fia Ayu
Lah ku kira omongan ini untuk si ikram,kena pranknya aku😭🤣
Ismi Asih
thor winda ini apa gak suster winda yg temen nya dokter rani ? yg kawin di semak²
Zidni Zakir
mudh2n jodoh dien itu bang dzikri /Whimper/
Masita
ya allahh tia paokkk 😭😭😭🤣🤣🤣🤣
Masita
dhien kowe dirasani anak buahmu 🤣🤣
ra nduwe wedi trio cebol iki 🤣🤣
Masita
ehhh mbuh tia 😭🤣
jan nyebut tenanan 🤣
jawir
Temen jadi demen ya ga apa2, sah2 aja ,,jgn di ambil paitny klu ada2 apa nanti persahabatan jd rusak ,y siapa tau dengan rasa yg tulus itu akan membawa mereka bersatu, menua bersama, hingga rambut memutih saling menjaga sampai maut memisahkan
maka udah selayaknya saling meraba perasaan masing2 ,menegaskan tanpa merasa risih hingga harus jd kakak beradik percayalah ga akan bisa jg karena hati yg sudah bertaut
jawir
Dalam kali kata2mu meutia ,teryata sesayang itu ya kalian pada Dhien ..jd teeharu aku tuh
Rehaan Aamir
Q Malah Tertarik Sama Kelanjutan Kehidupan Nirma&Byakta Thor...Meskipun Trio Cebol Juga Mungkin Bkln Menarik Krn Yg Ada Dalam Bayangan Q Seperti Film Laskar Pelangi....
Nayla Nachifaa
Luar biasa
Yuli a
dipaksa apa Tia...?? dipaksa nikah sama ikram Tah..???
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
kenapa baca surat nya Dzikri ikutan sedih gitu
sedalam itu rasamu buat Dhien
nah bangkit Dhien tunjukkan kamu setegar karang yang ga bisa dihempas siapapun
Bang Fay
seru banget semakin penasaran bagaimana langkah yg akan di lakukan oleh keluarga Fikar
Bang Fay
pertemukan Dhien dgn zhi dalam mahligai rumah tangga
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
untung ada amala yang bisa ngasih tau Emak inong soal Dhien . tapi gimana pun emak inong kan ibunya pasti ada lah firasat dia ga enak ttg dhien
🍁ɴᷠɪͥʟͤᴜᷝᴅͣ❣️💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
apa ini yang dikasih buat dititipkan ke Dhien
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!