"Zivanna aku menikahimu karena ingin balas dendam kepada ibu mu. Bukan karena aku mencintaimu," Devan mencengkeram kuat dagu gadis itu, lalu dihempaskan kelantai kamar dengan kasar.
"Aa--aa--apa! Bukanya selama ini kakak mencintai ku?" tanya Zizi tergagap di sertai air matanya.
"Cih, cinta kata mu! Aku tidak pernah mencintaimu. Selama ini aku melakukannya agar bisa menjalankan misi balas dendam ku. Apa kamu sudah mengerti sekarang,"
Namun, ketika dia hamil mampukah Zizi mempertahankan anaknya? Sementara dia harus berjuang untuk hidupnya sendiri. Sedangkan Devan sudah mengancamnya. Apabila dia hamil, maka anak itu akan lelaki itu lenyap kan. Kira-kira Zizi akan tetap tinggal di rumah mewah Devan atau mengugurkan kandungan nya? Atau dia memilih pergi bersama bayi dan penyakit yang di deritanya?
Penasaran sama ceritanya? Yuk langsung ke bab selanjutnya.🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis malang.
🌷🌷🌷🌷🌷
.
.
Setelah memeriksa Zizi beberapa menit. Dokter Kai terdiam ketika dia melihat ada luka lebam pada tubuh dan kaki gadis cantik yang masih berumur delapan belas tahun itu.
"Bagaimana ke adaan nya, Dokter Kai?" Bibi Marta bertanya dengan gusar, karena melihat Zizi semakin mengigil meski pun sudah di kenakan baju tidur kimono panjang. Dan di tambah lagi selimut tebal pada tubuh kecilnya.
"Dia tidak hanya demam tinggi, tapi dia juga..., Terlalu lama berada di dalam kamar mandi." jawab, Dokter Kai melirik kearah Zizi yang masih mengigil.
"Apa! Bagaimana Nona bisa merendam dirinya di dalam kamar mandi dengan cuaca yang sangat dingin seperti ini?" Bibi Marta bertanya entah ke pada siapa. Sebab yang berada di sana hanya mereka bertiga dengan sekertaris Jimi.
"Sekarang aku akan memasang infus pada tangannya. Kelihatannya dia seperti tidak makan dari kemarin. Makanya keadaannya bisa separah ini. Jika sampai sore tidak ada perubahan, maka kita akan membawanya ke rumah sakit." kata dokter muda itu sudah siap dengan peralatan yang di perlukan.
"Baiklah, jika begitu saya akan di sini saja untuk menjaganya. Jika ada apa-apa saya akan kembali menghubungi kalian." ucap wanita separuh baya itu, setelah dia melihat Dokter Kai sudah selesai memasang infus pada tangan Zizi.
"Hm, jika ada apa-apa tolong Bibi segera hubungi saya. Nanti saya juga akan mengirimkan satu orang perawat untuk membantu Bibi menjaganya. Namun, sekarang saya ingin menemui Tuan Devan dulu." dokter itu keluar dari sana, lalu dia pergi ke arah di mana kamar Devan berada.
Tok....
Tok...
"Siapa?" suara Devan dari dalam kamar nya.
"Ini aku, Kai," jawab Dokter Kai yang sudah tidak memakai bahasa pormal apa bila sudah tidak ada orang di sekitar mereka.
"Masuk lah, pintunya tidak di kunci." seru Devan setelah bertanya siapa yang sudah berani mengangu dia.
Cek...lek....
"Ada apa?" belum lagi dokter muda itu duduk namun, Devan sudah bertanya pada nya.
"Sepertinya kamu takut sekali aku bertanya sesuatu. Padahal walau aku tidak bertanya pun, pasti kamu sudah tau apa maksudku datang ke mari." Dokter Kai mencibir Devan, akan tetapi dia tetap berjalan masuk lalu duduk di salah satu sofa yang ada di sana.
"Dia adalah adik tiriku yang pernah aku ceritakan dulu pada, Mu." Devan yang memang sudah tau kenapa teman sekaligus dokter pribadinya itu datang ke kamarnya langsung saja bercerita.
"Lalu?" hanya empat kata itu yang di jawab oleh dokter muda itu.
"Aku sengaja menikahi nya untuk balas dendam seperti yang aku katakan dua tahun lalu. Dan kamu tidak perlu ikut campur, ini urusan keluarga ku." Devan mengambil satu batang rokok lalu di nyalakan, baru setelah itu dia ikut duduk di hadapan Dokter KAI.
"Devan, aku tidak bermaksud ikut campur dalam rumah tangga, Mu. Namun, aku hanya ingin mengigat kan saja sebagai sahabat, bukan sebagai dokter pribadi, Mu. Gadis itu sepertinya sangat lemah, kamu lihat sendiri kan. Kamu baru menyiksanya tadi malam, tapi coba kamu lihat seperti apa keadaannya saat ini. Jika sampai jam tiga nanti sore tidak ada perubahan, maka dengan terpaksa dia harus di bawa ke rumah sakit." Dokter Kai mengusap wajah nya kasar. Dia benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikir sahabat sekaligus bos nya itu.
"Aku tidak peduli, meskipun dia akan di bawa ke rumah sakit sekali pun. Tapi perlu kamu ketahui, Ini hanya awalan saja belum apa-apa," Devan semakin menghisap barang bernikotin itu agar dia bisa menenangkan hatinya yang sedang kacau.
"Hm, itu adalah hak, Mu, Van! Mau peduli atau tidak padanya. Aku harap suatu saat nanti kamu tidak akan pernah menyesal telah menyiksanya. Dan satu lagi, jika kamu tetap pada pendirian, Mu. Maka tahan dirimu agar tidak menyentuh nya. Aku hanya takut kamu terlalu menikmati nya, lalu lupa niat balas dendam, Mu. Apalagi jika dia sampai kamu buat hamil. Karena setahu ku, gadis muda sepertinya sangat subur," kata Dokter muda itu memperingati Devan.
"Ck! Kamu seperti tidak kenal aku saja. Meskipun aku menyentuh nya, aku tidak akan pernah membuatnya hamil. Aku juga tahu batasan ku. Coba kamu pikir, jika aku sembarangan menabur bibit, ku selama ini. Kamu pasti tahu kan? Anak ku pasti akan ada di mana-mana." Devan berdecak setelah di perigati oleh teman semasa SMA nya itu.
"Ya, ya! Aku akui kamu memang hebat. Tapi aku tegaskan sekali lagi, istri kecil mu itu, pasti berbeda dari sekian banyak wanita yang pernah menghangatkan ranjang, Mu. Sudahlah, aku akan pulang sekarang, nanti aku akan mengirimkan satu orang perawat ke sini untuk membantu Bibi Marta menjaga nya."
Dokter Kai pergi setelah dia memperingati Devan agar mengurungkan niat balas dendam nya, pada gadis yang kini sudah menjadi istrinya sendiri.
"Apa maksudnya aku akan menyesal? Tidak ada kata menyesal dalam kamus ku! Apalagi pada gadis kecil itu, aku akan memikirkan cara lain agar dia tetap tersiksa selama menjadi istri ku. Kamu lihat saja, Kai, seperti apa aku akan menyiksanya." Devan mematikan roko yang berada di tangannya, lalu dia buang pada asbak di atas meja.
Setelah itu dia berdiri dari sana dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Itu berarti sudah waktunya dia sarapan sebelum berangkat ke perusahaan Atmaja miliknya.
Tidak ingin ambil pusing memikirkan perkataan Dokter KAI tadi, Devan segera berganti pakaian kantor. Karena hari ini dia memang ingin mulai berangkat bekerja setelah libur selama hampir enam hari.
Hari ini dia akan masuk kantor dengan setatus yang baru. Meskipun orang-orang belum ada yang tau bentuk rupa dari istri sah nya itu. Namun tidak dapat dia pungkiri, jika seluruh pelosok negeri sudah tau jika lelaki dingin itu sudah menikah tiga hari yang lalu.
Namun berita di luar sudah menyebar dengan luas, banyak yang mengatakan jika istri dari CEO perusahaan Atmaja itu adalah Fiona, model cantik yang sangat terkenal. Makanya mereka berani mengklaim demikian, itu semua setelah kajadian tadi malam. Di mana Devan dengan bangganya mengumumkan jika dia bisa sukses seperti sekarang adalah karena Fiona Hermes orang terdekatnya.
**********
Kembali lagi ke kamar tempat Zizi.
Setelah tadi di pasangkan infus dan di suntik obat oleh Dokter KAI, keadaan Zizi sudah berangsur mendingan. Namun, sampai saat ini gadis itu belum juga mau membuka matanya. Meskipun matahari sudah bersinar dengan sempurna menyinari bumi. Dan perawat yang dikatakan oleh dokter muda itu pun sudah datang untuk membantu merawat nya. Tapi nyatanya gadis itu tidak kunjung bangun walaupun demam nya sudah turun dari tadi.
BERSAMBUNG.....😦
.
.
.
.
Mana nih pendukung Zivanna Lois 🤗 Yuk aah beri dukungan agar Mak author semangat buat nerusin ceritanya.
jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya ya 🤗
Like.
Vote.
Vaforit.
Komen.
Kopi ataupun bunga nya.😍😍
Terimakasih 😘😘😘