NovelToon NovelToon
Cinta, Berpihaklah Kepadaku

Cinta, Berpihaklah Kepadaku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Perjodohan / Lari Saat Hamil / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Nikah Kontrak / Cerai
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Linda manik

Evan Dinata Dan Anggita sudah menikah satu tahun. Sesuai kesepakatan mereka akan bercerai jika kakek Martin kakek dari Evan meninggal. Kakek Martin masih hidup, Evan sudah tidak sabar untuk menjemput kebahagiaan dengan wanita lain.

Tidak ingin anaknya menjadi penghambat kebahagiaan suaminya akhirnya Anggita
rela mengorbankan anak dalam kandungan demi kebahagiaan suaminya dengan wanita lain. Anggita, wanita cantik itu melakukan hal itu dengan terpaksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kakek Martin Kritis

"Aku akan menjadi ayah," kata Evan sambil tertawa kecil. Dia menatap punggung Anggita yang meninggalkan dirinya di dalam kamar. Pria itu bisa merasakan perasaan aneh di hatinya setelah mengetahui jika istrinya hamil.

Kemudian Evan juga keluar dari kamar itu. Dia kembali bergabung di ruang keluarga. Tempat duduknya berhadapan langsung dengan Anggita yang hanya terhalang meja.

"Jadi menantuku sudah hamil?" tanya Rendra senang setelah Danny membisikkan kabar bahagia itu ke telinganya. Rendra dan Anita baru saja tiba di rumah itu.

Mama Anita langsung menatap Anggita. Kebebasan Anggita dari penjara sudah menjadi kabar buruk baginya. Kini tentang kehamilan menantunya itu juga sudah diketahui oleh keluarga besar membuat mama Anita semakin membenci Anggita. Dia tidak ingin Anggita semakin diperlakukan istimewa karena kehamilan itu.

"Iya pa, sebentar lagi papa akan menjadi seorang kakek," jawab Evan. Anggita menatap suaminya. Dia tidak menyangka jika Evan yang akan menjawab pertanyaan Rendra.

"Gunawan, sebentar lagi Kita satu sama. Sama sama mempunyai cucu," kata Rendra lagi senang. Gunawan tertawa mendengar kata adiknya itu.

"Satu sama dalam hal cucu itu bagus om. Tapi satu sama karena mempunyai anak laki laki yang gagal dalam rumah tangga. Itu yang tidak bagus," kata Danny pelan tapi bisa di dengar oleh semua orang yang ada di ruang keluarga itu.

Danny melirik ke arah Evan yang ternyata juga menatapnya. Danny sangat yakin jika Evan mengerti akan maksud perkataannya. Sebelum terlambat, Danny sangat berharap jika Evan bisa berubah dan memperbaiki rumah tangganya bersama Anggita tanpa ada pihak ketiga yaitu Adelia. Danny ? ingin rumah tangga Anggita dan Evan bisa diselamatkan. Apalagi Danny bisa melihat jika Anggita sangat layak untuk diperjuangkan sangat berbeda dengan mantan istrinya.

"Dengarkan perkataan adik kamu Evan. Jangan mengikuti jejak adik kamu yang bercerai. Sesekali kamu harus membuat papa unggul dari om kamu. Jika Danny memberikan Gunawan satu cucu seharusnya kamu memberikan aku lebih dari satu cucu. Tapi dari satu Rahim ya," kata Rendra sambil tertawa kecil yang diikuti yang lainnya juga tertawa.

Pria itu berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya ke Anggita.

"Selamat ya nak. Jaga calon cucu papa baik baik. Ah, semoga cucuku laki laki," kata Rendra lagi. Pria itu tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya.

"Terima kasih pa," kata Anggita sambil tersenyum.

"Om, kamu tidak memberikan kata selamat untuk Evan. Janin, itu ada karena kerja kerasnya," kata Danny lagi membuat Evan kembali menatap Danny dengan tajam.

"Tidak perlu. Sudah sangat biasa di masyarakat kita jika hasil lebih dihargai daripada suatu proses. Jika dia pria yang baik dan tahu bersyukur. Biarkan dia mengucapkan kata selamat itu untuk dirinya sendiri," kata Rendra sinis.

"Pa, jangan berkata seperti itu. Jodoh, rejeki dan maut Ada di tangan Tuhan. Jika kehamilan Anggita tidak dapat mempererat ikatan pernikahan mereka itu artinya jika mereka tidak berjodoh," kata mama Anita sambil menyenggol tangan suaminya. Mama Anita sengaja berkata seperti itu supaya Evan tidak terpengaruh dengan janin yang ada di kandungan Anggita.

"Maksud kamu apa ma?" tanya Rendra tidak senang dengan perkataan istrinya.

"Mama tidak bermaksud apa apa. Coba kamu tanya anak kamu bagaimana keputusannya setelah mengetahui kehamilan Anggita. Apakah setelah kematian Kakek mereka bercerai atau tidak," jawab mama Anita tenang. Wanita itu seakan tidak ada beban mengucapkan kata kata yang tidak seharusnya menyinggung tentang kematian seseorang yang duduk di bersama mereka.

"Coba jawab apa yang dimaksudkan oleh mama kamu Evan," kata Rendra.

"Aku belum bisa mengambil keputusan pa. Butuh waktu untuk memikirkan ini semua," jawab Evan. Matanya menoleh ke arah Anggita lebih tepatnya ke bagian perut istrinya.

Rendra kecewa mendengar jawaban pengecut dari mulutnya putranya. Bagaimana pria itu masih berpikir untuk mengambil keputusan sementara ada janin yang harus dijaga bersama agar tumbuh kembangnya tidak terganggu.

Sama seperti Rendra, Anggita menundukkan kepalanya mendengar jawaban suaminya. Anggita merasa, perkataan Evan semakin memperjelas jika kebahagiaan pria itu dan Adelia adalah yang paling utama dibandingkan janinnya.

"Aku tidak menyangka kalian seperti ini. Kakek masih hidup tapi kalian membicarakan kematiannya di hadapan kakek sendiri," kata nenek yang sedari tadi terdiam. Wanita tua itu sangat kecewa. Nenek Rieta sangat terpukul dengan perkataan Anita dan juga jawaban Evan.

"Maaf mama, aku tidak sengaja. Aku hanya ingin memperjelas hubungan Evan dan Anggita," kata mama Anita. Dia mengetahui jika perkataan nenek itu untuk dirinya sendiri.

"Diam Anita. Untuk apa kamu ingin memperjelas hubungan mereka jika kamu yang membuat hubungan mereka tidak jelas. Bukankah kamu yang mendukung Evan berhubungan dengan wanita itu. Sebagai wanita seharusnya kamu mempunyai empati kepada sesama wanita. Ingat Anita, karma dari perbuatan kamu itu akan kamu terima sendiri," kata Nenek Rieta marah.

"Cukup, cukup jangan berde,,,," kata kakek Martin lemah. Kemudian pria tua itu terkulai lemah.

"Kakek," kata Danny. Dia bergerak cepat menghampiri tempat duduk kakek Martin.

"Siapkan Mobil," perintah Gunawan panik. Rendra cepat mengambil langkah keluar dari ruang keluarga sedangkan para wanita tidak henti hentinya memanggil nama kakek Martin.

"Kakek," kata Anggita sambil menangis. Bahunya berguncang dengan tangan menutup mulutnya sendiri. Anggita merasakan hatinya tersayat melihat kondisi pria tua itu yang kini seperti tidak bernyawa.

"Inikah waktunya aku terbebas dari pernikahan ini?" batin Anggita menatap iba kepada kakek Martin. Walau kematian Kakek Martin membebaskan dirinya dari Evan tapi tetap saja hatinya tidak rela melihat pria baik itu pergi untuk selama lamanya.

Sedangkan Evan terpaku di tempat duduknya. Selama ini, dia mengetahui kakek Martin sakit. Tapi, Ini pertama kali dirinya melihat kakek Martin seperti ini. Hati nuraninya masih berfungsi dengan bagus. Rasa bersalah semakin merayap di hatinya. Ternyata, dirinya juga belum rela jika sang kakek pergi untuk selama lamanya.

"Kakek," kata Evan pelan. Dia bingung lebih tepatnya tidak tahu berbuat apa apa melihat keadaan kakek seperti ini. Takut kehilangan membuat dirinya seperti orang paling bodoh di dunia.

Untuk pertama kalinya, Evan menitikkan air mata untuk sang kakek. Bayang bayang Masa kecil dirinya bersama kakek kini terlintas di pikirannya. Bagaimana sang kakek memanjakan dirinya. Memberikan apa yang dia mau. Mengajari dirinya banyak hal. Di usia remaja hingga perkuliahan, sang kakek mengajak dirinya berpetualang. Hingga hubungan harmonis itu renggang di kala sang kakek meminta dirinya menikahi Anggita.

"Mas, kamu tidak ikut ke rumah sakit?" tanya Anggita dengan suara yang serak. Evan tersentak. Karena larut akan kenangannya bersama sang kakek membuat Evan tidak menyadari jika kakek sudah dibawa dari ruang keluarga itu.

"Ikut," kata Evan cepat. Dia meraih tangan Anggita untuk keluar dari ruang keluarga.

Sepasang suami istri itu berjalan cepat menuju halaman. Hanya Mobil Evan yang tertinggal di halaman itu. Sedangkan Mobil yang lainnya baru saja keluar dari halaman mengikuti mobil yang membawa kakek Martin ke rumah sakit.

Sesampai di rumah sakit, kakek Martin langsung mendapatkan penanganan dari pihak medis dan ditempatkan di ruangan khusus. Kondisi kakek Martin yang sudah kritis membuat anggota keluarga masih menundukkan kepala dengan lesu.

1
Desi Oppo
bjo edan 😤
Janah Husna Ugy
Rico gk ada jodoh nya thor
Janah Husna Ugy
permainan ranjang nya hot nia dan Danny, timbang evan sama anggita
Janah Husna Ugy
kayaknya prank dech
Janah Husna Ugy
karma dibayar lgsg
#ayu.kurniaa_
.
echa purin
/Good//Good/
Ruzita Ismail
Luar biasa
Lala Al Fadholi
nia bodoh
Trisna
jangan hanya manis di awal yah Lex.
tapi di ending bikin Sad
Trisna
e Tah lah Nia sok jadi pahlawan banget.
Trisna
salsa ting-ting nih mah
senggol dong
Trisna
astaga Danny😂😂
Trisna
pak Rendra semakin di depan
Trisna
nah gitu dong Nia... berani berbuat, berani juga dalam bersikap. Lo memang salah
tapi mengemis no.
Trisna
Hot duda kaya raya
Trisna
Lo sendiri yang menciptakan penderitaan mu Nia😏😏
menjengkelkan
Trisna
Entah gimana perasaan Nia....
iri benci enggak yah dia nantinya sama Anggita🤔
Trisna
air mata mu tak berarti Nia.
💯%lo secara sengaja menjebak Danny. Lo menykiti pa Rendra.
tapi lo nenangis seakan-akan Lo yang tersakiti.
Trisna
gue curiga deh dama dokter itu di balik sifatnya yang tenang bisa saja dia bisa menghanyutkan.

sayang sih sayang tapi privasi bayi itu ada....
walaupun di bilang masih bayi
tidak mengerti apa-apa.
pada hal dokter itu orang luar tapi udah berani mandiin.
gue pikir yang agak bodoh itu adalah Anggita demi rasa nyaman
dia melupakan privasi putri mungilnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!