Cinta, Berpihaklah Kepadaku

Cinta, Berpihaklah Kepadaku

Menolak Bercerai

Seorang wanita berwajah cantik sedang tergesa menuju pintu utama setelah mendengar suara mobil suaminya yang memasuki pekarangan rumah. Senyum tersungging di bibirnya menyambut sang suami yang kini sudah berdiri di pintu. Perlahan senyum itu memudar karena sang suami tidak membalas senyum tersebut. Jangankan membalas menoleh pun tidak. Pria itu melewati tubuhnya tanpa menyapa. Wajah pria itu tidak sedikitpun menunjukkan wajah yang bersahabat.

Wanita cantik itu bernama Anggita. Wanita cantik bertubuh mungil dan mempunyai warna kulit putih yang sangat bersih dan mulus. Dia masih muda. Bulan depan usianya akan genap berumur 23 tahun. Walau kecantikannya menarik bagi pria lain. Tapi tidak dengan suaminya Evan. Suaminya itu masih saja bersikap dingin dan cuek.

Malam ini, setelah mendapat pesan pertama kalinya dari Evan yang menyuruh dirinya menunggu di rumah karena ada hal yang ingin dibicarakan. Anggita berpikir jika pesan itu sebagai pertanda jika hubungan mereka akan semakin membaik. Mereka sudah menikah selama satu tahun dan dua bulan terakhir ini hubungan mereka layaknya suami istri yang normal.

Anggita mengikuti langkah suaminya menuju kamar. Melihat suaminya yang langsung masuk ke kamar mandi. Seperti biasanya, Anggita menyiapkan baju untuk suaminya.

"Mas, kamu sudah makan malam. Jika tidak aku akan menyiapkannya," tanya Anggita dengan kencang.

Anggita menempelkan telinganya ke pintu kamar mandi untuk mendengar jawaban suaminya. Tidak ada jawaban. Anggita kembali mengulangi pertanyaannya.

"Sudah."

Jawaban singkat itu akhirnya terdengar juga. Anggita sudah menduga jawaban itu. Tapi sebagai istri yang baik, dia masih saja bertanya sebagai bentuk perhatiannya untuk sang suami. Merasa tidak ada lagi yang dikerjakan, Anggita membaringkan tubuhnya di ranjang.

Beberapa menit kemudian, Anggita bisa merasakan pergerakan di kamar itu. Evan sudah keluar dari kamar mandi. Anggita membuka matanya yang tadinya sudah terpejam. Dia melihat Evan membuka lemari kain setelah melihat pakaian yang disiapkan oleh Anggita.

Evan mengambil kaos dari lemari dan langsung mengenakannya. Kemudian berjalan ke ranjang mengambil celana karet yang disiapkan oleh Anggita sebelumnya.

Melihat hal itu, Anggita paham. Evan tidak bersedia memakai kaos yang disiapkan oleh dirinya tadi karena itu adalah pemberian dari Anggita sebagai kado ulang tahun Evan tiga bulan yang lalu.

Anggita merasakan sesak di dadanya. Apa salahnya sehingga Evan tidak bersedia memakai pemberiannya. Satu tahun menikah. Anggita menurut atas semua peraturan yang ada. Anggita merasa sudah maksimal melakukan tugas tugasnya sebagai istri. Jika Evan tidak bersedia memakan masakannya itu bukanlah salahnya. Walau begitu, Setiap hari Anggita melaksanakan kewajibannya sebagai istri.

Anggita hanya dapat memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya. Tak lama kemudian, Anggita merasakan pergerakan di ranjang. Anggita yang membelakangi Evan dapat merasakan tangan suaminya yang sudah melingkar di pinggangnya. Evan memang bersikap dingin. Tapi untuk urusan ranjang, pria itu tidak melewatkannya.

"Kamu menolakku?" tanya Evan dingin sambil melepaskan tangannya dari pinggang istrinya. Anggita langsung berbalik menghadap suaminya.

"Tidak, aku tidak menolak kamu mas. Kamu suamiku. Kamu berhak atas tubuh ini. Hanya saja aku mohon pelan pelan," jawab Anggita. Ingin rasanya dia memberitahukan tentang kehamilan yang sudah berusia satu bulan. Tapi mulutnya terkunci melihat wajah Evan yang menatapnya dengan tajam. Anggita hanya berpikir, jika dengan melayani suaminya di ranjang akan membuat hubungan mereka semakin baik, Anggita akan tetap melayani suaminya itu.

Evan memulai petualangan dengan mata tertutup. Dia menjelajahi tubuh istrinya dengan lembut berbeda dengan sikap dingin yang selalu yang ditunjukkannya. Hanya beberapa menit, pakaian mereka tidak pada tempatnya lagi. Tidak bertanya apakah Anggita sudah siap mengarungi samudera cinta dengan dirinya. Evan menikmati tubuh istrinya dengan imajinasinya sendiri. Berkali kali, Anggita mengingatkan Evan untuk pelan pelan. Wanita itu sangat ketakutan, gerakan Evan di tubuhnya melukai janinnya yang masih kecil dan berjuang untuk tumbuh.

"Sepertinya kamu tidak sepenuh hati melayaniku."

Evan kembali bersikap dingin setelah permainan mereka selesai. Anggita ingin membuka mulut untuk berbicara tapi gerakan tangan Evan menyuruhnya untuk diam. Sebenarnya Anggita ingin menjelaskan alasan mengapa dirinya tidak mengimbangi permainan suaminya tadi. Tapi pria itu langsung berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan benda pusaka.

"Bersihkan dirimu. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan."

Evan berkata setelah keluar dari kamar mandi. Anggita menurut dan masuk ke kamar mandi. Sama seperti Evan, Anggita juga berencana untuk memberitahukan tentang kehamilannya.

Di kamar mandi, Anggita membayangkan ekspresi suaminya setelah mengetahui dirinya hamil. Anggita berpikir jika kehadiran seorang anak adalah anugerah dalam setiap rumah tangga tidak terkecuali dengan rumah tangganya bersama Evan. Anggita mengembangkan senyumnya membayangkan kebahagiaan yang akan terlihat nantinya di wajah suaminya.

"Duduk," perintah Evan setelah Anggita keluar dari kamar mandi. Evan juga sudah duduk di sofa di kamar itu. Di tangannya sudah ada beberapa berkas.

"Tanda tangani ini," kata Evan sambil meletakkan berkas itu tepat di hadapan Anggita.

"Berkas apa ini?" tanya Anggita bingung.

"Matamu masih cukup bagus untuk membaca. Baca, pahami dan tanda tangani."

Anggita menatap wajah suaminya yang lebih dingin dari biasanya. Kemudian Anggita membaca berkas itu dengan seksama. Terkejut dan kecewa, itulah yang dirasakan oleh Anggita setelah membaca surat itu. Surat yang berisi tentang perceraian mereka dan semua kompensasi yang didapatkan oleh Anggita setelah perceraian tersebut.

Bagi wanita matre, melihat angka angka itu. Anggita pasti sudah membubuhkan tanda tangan di atas kertas tersebut. Tapi tidak untuk Anggita. Ada amanah yang harus dijaga. Bagi Anggita amanah itu adalah harga mati baginya.

"Selama kakek masih hidup. Aku tidak akan menandatangani surat perceraian ini," jawab Anggita berusaha tenang. Tapi tidak dengan hatinya. Bisa bisanya Evan menyuruh dirinya menandatangani surat perceraian setelah menikmati tubuhnya. Apakah dia tidak pernah berpikir jika kecebong kecebongnya akan menjadi janin seperti sekarang ini?. Anggita merasa terjatuh ke jurang yang paling dalam menghadapi kenyataan yang dihadapi sekarang ini. Anggita mengira jika Evan akan membicarakan kelangsungan hubungan rumah tangga mereka ternyata dia justru mendapat kenyataan jika hubungan rumah tangga mereka sudah diambang perceraian.

Mengingat kehamilannya, Anggita merasakan sakit yang teramat dalam di hatinya. Seharusnya hatinya saat ini tenang tanpa masalah supaya janinnya bertumbuh dengan baik. Tapi yang terjadi saat ini, Anggita harus menelan pil pahit dalam berumah tangga. Satu hal yang tidak diinginkan oleh warna di dunia ini adalah menjadi janda. Anggita merasakan matanya sudah memanas hendak menangis. Tapi Anggita menahan air matanya itu untuk tidak meluncur bebas di pipinya.

Jika perceraian itu harus terjadi. Setidaknya Anggita akan berusaha membuat Evan luluh semasa hidup sang kakek. Jika tidak. Anggita akan menerimanya sebagai takdir. Bukankah sebelum menikah mereka sudah menandatangani surat perjanjian. Pernikahan mereka hanya untuk menyenangkan hati sang kakek yang menjodohkan mereka. Jika dua bulan ini hubungan mereka layaknya seperti suami istri yang normal itu karena melenceng dari perjanjian. Walau tidak dapat dipungkiri jika Anggita sudah berharap banyak akan waktu berharga yang mereka habiskan selama dua bulan ini. Tapi tidak dengan Evan. Perjanjian tetaplah perjanjian.

"Kakek sudah divonis dokter hanya hidup tidak lebih dari tiga puluh hari lagi. Aku harap kamu menandatangani surat perceraian ini sekarang."

"Kalau begitu, aku menandatanganinya setelah kakek meninggal. Aku hanya ingin menepati janjiku kepada kakek." Anggita bersikeras untuk tidak menandatangani surat perceraian itu. Dia ingin berjuang untuk rumah tangga dan juga janinnya.

"Setelah pemakaman kakek nantinya. Semuanya sudah berakhir." Sang kakek masih hidup tapi Evan sudah membicarakan tentang pemakaman. Anggita hanya menganggukkan kepalanya pertanda setuju dengan apa yang dikatakan oleh Evan.

Anggita merasakan hatinya sangat hancur berkeping-keping. Selain perceraian itu sudah di depan mata juga karena kesehatan kakek yang semakin memburuk. Mengingat sang kakek, air mata yang sudah ditahan tidak terbendung lagi. Banyak kebaikan yang dia terima dari kakek yang bernama kakek Martin itu. Kebaikan yang tidak bisa dibalas selain bersedia menjadi istri dari seorang Evan.

"Kakek, maafkan aku," gumam Anggita di sela tangisnya.

Berbeda dengan Anggita yang merasakan kesedihan, Evan justru bersikap tenang. Pria itu mengambil kertas dari atas meja dan memasukkan ke dalam laci. Kemudian pria itu berjalan menuju ranjang. Membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata.

"Mas Evan. Sebenarnya aku...."

Anggita tidak meneruskan perkataannya lagi melihat Evan yang sibuk mencari ponselnya yang berdering.

Pria itu berjalan keluar dari kamar sambil menjawab panggilan di ponselnya. Anggita terus memandangi punggung suaminya hingga tidak terlihat lagi. Tangannya tidak berhenti mengelus perutnya yang masih rata. Menyadari dirinya terus tidak berhasil untuk mengungkapkan kehamilannya. Anggita merasa jika saat ini belum waktu yang tepat bagi Evan untuk mengetahui kehamilannya.

Anggita membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Sebagai wanita, Anggita juga makhluk yang lemah. Anggita menarik selimutnya hingga menutup kepalanya. Di balik selimut itu. Anggita menangis sesenggukan. Anggita berusaha menghentikan tangisannya setelah mendengar suara pintu kamar yang berderit.

Anggita merasakan hidungnya tersumbat karena menahan tangisnya. Semakin ditahan semakin sesak hidungnya bernafas. Anggita menyingkapkan selimutnya dan langsung duduk. Melalui ekor matanya dia dapat melihat Evan sudah tertidur pulas. Anggita beranjak dari duduknya. Dia membuka kamar dan menuju kamar tamu. Di kamar itu, Anggita bebas mengeluarkan tangisannya. Dia sangat yakin jika Evan tidak akan mendengarnya.

Terpopuler

Comments

#ayu.kurniaa_

#ayu.kurniaa_

.

2024-09-13

0

Uthie

Uthie

akan menjadi cerita yg tak kalah ku suka juga ini.. seperti suami Rahasia 👍👍🤗♥️♥️♥️

2024-04-20

0

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu wajib searchnya pakek tanda kurung dan satu novel lagi judulnya Caraku Menemukanmu

2023-05-20

0

lihat semua
Episodes
1 Menolak Bercerai
2 Marah
3 Teror
4 Lebih Cepat Lebih Bagus
5 Alasan Menerima Perjodohan
6 Istri Durhaka
7 Permintaan Evan
8 Pembelaan Bibi Ani
9 Permintaan Anggita
10 Ketakutan Adelia
11 Buah Kiwi
12 Pakaian Evan
13 Dewi Penolong
14 Mari, Kita Bercerai.
15 Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16 Fitnah
17 Fitnah2
18 Keras Kepala
19 Permohonan Anggita
20 Kabar Bahagia
21 Kakek Martin Kritis
22 Keselamatan Anggita
23 Keguguran
24 Keguguran2
25 Ikhlas
26 Pergi Darimu
27 Panggilan Sidang
28 Perasaan Evan
29 Rasa Bersalah yang Menyiksa
30 Aku Yang Kehilangan Kamu
31 Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32 Kejujuran Nia
33 Pesona Janda Muda
34 Persyaratan
35 Evan, Anita dan Rendra
36 Adelia
37 Adelia Dan Nia
38 Mama Ita
39 Evan Dan Adelia
40 Janji Evan
41 Penolakan Anggita
42 Petunjuk
43 Curahan Hati Evan
44 Kebaikan Dokter Angga
45 Danny Dan Dokter Angga
46 Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47 Kejujuran Danny
48 Saham lima Persen
49 Pendonor yang Sesungguhnya
50 Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51 Kafe Bintang
52 Anggita Melahirkan
53 Bertemu
54 Bayi Cantik
55 Keputusan Anggita.
56 Pengganggu
57 Evan Dan Cahaya
58 Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59 Anggita Dan Nia
60 Membawa Cahaya Pergi
61 Siapakah Dokter Angga
62 Titik Terang tentang Dokter Angga.
63 Janji Manis
64 Terperangkap Hujan
65 Terungkap
66 Hancur
67 Harapan Evan
68 Lembaran baru
69 Bahagia dan Marah
70 Saran Rendra
71 Lamaran
72 Lamaran2
73 Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74 Kesedihan nia
75 Diskusi Pengantin Baru
76 Malam Pengantin
77 Kebaikan Anggita
78 Kejujuran Danny
79 Penderitaan Dokter Angga
80 Wanita Untuk Rendra
81 Ulang Tahun Adelia
82 Wanita Terbaik
83 Sikap Evan
84 Memutuskan Hubungan
85 Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86 Dukungan Keluarga
87 Tamu Di Pagi Hari
88 Saling Memaafkan
89 Perlawanan Dokter Angga
90 Kedatangan Dokter Angga
91 Lanjut Atau Gugur
92 Evan Dan Mama Anita
93 Mama Anita dan Nia
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 127
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 152
155 Bab 153
156 Bab 154
157 Bab 155
158 Bab 156
159 Bab 157
160 Bab 158
161 Bab 159
162 Bab 160
163 Bab 161
164 Bab 162
165 163
166 Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167 Novel terbaru. Panggil Aku Bunda
Episodes

Updated 167 Episodes

1
Menolak Bercerai
2
Marah
3
Teror
4
Lebih Cepat Lebih Bagus
5
Alasan Menerima Perjodohan
6
Istri Durhaka
7
Permintaan Evan
8
Pembelaan Bibi Ani
9
Permintaan Anggita
10
Ketakutan Adelia
11
Buah Kiwi
12
Pakaian Evan
13
Dewi Penolong
14
Mari, Kita Bercerai.
15
Ijin dari Kakek Martin Untuk Bercerai
16
Fitnah
17
Fitnah2
18
Keras Kepala
19
Permohonan Anggita
20
Kabar Bahagia
21
Kakek Martin Kritis
22
Keselamatan Anggita
23
Keguguran
24
Keguguran2
25
Ikhlas
26
Pergi Darimu
27
Panggilan Sidang
28
Perasaan Evan
29
Rasa Bersalah yang Menyiksa
30
Aku Yang Kehilangan Kamu
31
Kehilangan Dua Orang Sekaligus.
32
Kejujuran Nia
33
Pesona Janda Muda
34
Persyaratan
35
Evan, Anita dan Rendra
36
Adelia
37
Adelia Dan Nia
38
Mama Ita
39
Evan Dan Adelia
40
Janji Evan
41
Penolakan Anggita
42
Petunjuk
43
Curahan Hati Evan
44
Kebaikan Dokter Angga
45
Danny Dan Dokter Angga
46
Perdebatan Tante Tiara dan Danny
47
Kejujuran Danny
48
Saham lima Persen
49
Pendonor yang Sesungguhnya
50
Kejadian Sepuluh Tahun Yang Lalu
51
Kafe Bintang
52
Anggita Melahirkan
53
Bertemu
54
Bayi Cantik
55
Keputusan Anggita.
56
Pengganggu
57
Evan Dan Cahaya
58
Kebahagiaan Keluaga Kakek Martin
59
Anggita Dan Nia
60
Membawa Cahaya Pergi
61
Siapakah Dokter Angga
62
Titik Terang tentang Dokter Angga.
63
Janji Manis
64
Terperangkap Hujan
65
Terungkap
66
Hancur
67
Harapan Evan
68
Lembaran baru
69
Bahagia dan Marah
70
Saran Rendra
71
Lamaran
72
Lamaran2
73
Kedatangan Bronson dan Dokter Angga.
74
Kesedihan nia
75
Diskusi Pengantin Baru
76
Malam Pengantin
77
Kebaikan Anggita
78
Kejujuran Danny
79
Penderitaan Dokter Angga
80
Wanita Untuk Rendra
81
Ulang Tahun Adelia
82
Wanita Terbaik
83
Sikap Evan
84
Memutuskan Hubungan
85
Cinta Bertepuk Sebelah Tangan
86
Dukungan Keluarga
87
Tamu Di Pagi Hari
88
Saling Memaafkan
89
Perlawanan Dokter Angga
90
Kedatangan Dokter Angga
91
Lanjut Atau Gugur
92
Evan Dan Mama Anita
93
Mama Anita dan Nia
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 127
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 152
155
Bab 153
156
Bab 154
157
Bab 155
158
Bab 156
159
Bab 157
160
Bab 158
161
Bab 159
162
Bab 160
163
Bab 161
164
Bab 162
165
163
166
Promo Novel Baru Bukan Rahim Bayaran
167
Novel terbaru. Panggil Aku Bunda

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!