NovelToon NovelToon
Sebatas Penghangat Ranjang

Sebatas Penghangat Ranjang

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:17.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: santi.santi

NOTES!!!!
Cerita ini hanya di peruntukan untuk orang-orang dengan pikiran terbuka!!
Cerita dalam novel ini juga tidak berlatar tempat di negara kita tercinta ini, dan juga tidak bersangkutan dengan agama atau budaya mana pun.
Jadi mohon bijak dalam membaca!!!

Novel ku kali ini bercerita tentang seorang wanita yang rela menjadi pemuas nafsu seorang pria yang sangat sulit digapainya dengan cinta.

Dia rela di pandang sebagai wanita yang menjual tubuhnya demi uang agar bisa selalu dekat dengan pria yang dicintainya.

Hingga tiba saatnya dimana pria itu akan menikah dengan wanita yang telah di siapkan sebagai calon istrinya dan harus mengakhiri hubungan mereka sesuai perjanjian di awal mereka memulai hubungan itu.

Lalu bagaimana nasib wanita penghangat ranjang itu??
Akankah pria itu menyadari perasaan si wanita sebelum wanita itu pergi meninggalkannya??
Atau justru wanita itu akan pergi menghilang selamanya membawa sebagian dari pria itu yang telah tumbuh di rahimnya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saling merindukan

Setelah melalui negosiasi yang begitu pelik, akhirnya Adrian berhasil membujuk keluarga dari korban runtuhnya bangunan proyek miliknya. Meski Adrian harus memberikan kompensasi yang lebih tinggi dari yang Adrian tawarkan sebelumnya, itu lebih baik daripada Adrian harus berurusan dengan hukum yang akan membuat nama perusahaannya tercoreng.

"Sekarang tinggal mengurus maslaah Nicolas saja. Kini pundak ku sudah lebih ringan rasanya" Adrian menjatuhkan dirinya di ranjang apartemennya.

Masalah yang beberapa hari ini membuatnya pusing kini mulai menemukan titik akhir. Kerja kerasnya tak sia-sia, walau harus lembur setiap hari, menguras tenaga dan pikirannya.

"Benar kataku kan Adrian. Kau pasti bisa melalui ini semua. Aku dari awal memang yakin jika kau itu bisa di andalkan meski Papamu sendiri menyalahkan mu atas semua ini"

Adrian memiringkan tubuhnya, menatap wanita berambut sebahu yang kini duduk di sampingnya.

"Kau tau tentang itu??" Pasalnya Adrian tidak pernah bercerita kepada Elena jika Papanya lepas tangan tentang maslah Adrian.

"Emmm, aku tak sengaja mendengarnya saat kau menerima telepon waktu itu"

Adrian kembali berbaring terlentang, menatap langit-langit kamar yang sudah mulai nyaman untuknya itu.

"Tapi aku tak kan bisa apa-apa tanpa adanya kau di sisiku El. Kau benar-benar selalu ada untukku, mendukungku dan percaya padaku di saat semua orang memilih pergi karena tak mau terlibat dengan semua ini"

Pipi Elena menghangat mendengar pujian dari Adria. Dirinya merasa lambat laun adrian mulai menerimanya. Elena yakin jika terus begini, Adrian pasti akan membuka hati untuknya.

"Itu memang sudah tugasku sebagai sahabat mu Adrian"

"Juga sebagai orang yang sangat mencintaimu" Lanjut Elena dalam hati. Mulutnya mendadak bisu ketika harus mengucapkan kata keramat itu.

"Hemm, terimakasih banyak untuk itu"

Elena hanya mengangguk dengan senyum menawannya. Senyuman yang jarang ia tunjukkan kepada lawan jenisnya karena memang Elena hanya menginginkan senyuman itu untuk Adrian. Meski ia sangat berharap jika senyuman indah itu tidak akan pernah berubah menjadi tangisan nantinya.

"Aku siapkan air hangat ya?? Sepertinya berendam di air hangat akan mengurangi rasa lelah mu"

"Kau memang selalu mengerti aku El" Jawaban Adrian itu langsung membuat Elena bangkit dari sisi Adrian. Wanita yang rela menjajakan dirinya untuk Adrian itu melesat ke kamar mandi. Mengisi bathub dengan air hangat dan tak lupa menambahkan aroma lavender yang begitu menenangkan siapapun yang menghirupnya itu.

"Airnya sudah siap Adrian. Lekas mandilah, aku akan menyiapkan makan malam untukmu"

Adrian yang sedang bermalas-malasan itu tampak bergerak pelan dari pembaringannya. Sebenarnya belum rela meninggalkan ranjang empuk itu. Tau sendiri jika beberapa hari ini Adrian tidak pernah bisa beristirahat dengan tenang.

"Terimakasih El" Adrian menyentuh pipi Elena dengan lembut sambil berlalu ke kamar mandi.

"Kalau kau menunjukkan sikap lembut mu seperti ini, bisa-bisa aku semakin terperosok ke dalam cinta sepihak ini Ian" Elena hanya bisa menelan isi hatinya lagi.

Sebelum Elena pergi menyiapkan makan malam mereka, tentu saja dia tak lupa menyiapkan baju ganti untuk bayi besarnya itu.

Sudah menjadi kebiasaan, bahkan lebih pantas di sebut kewajiban bagi Elena untuk mengurus Adrian sampai ke tahap memilihkan pakaian dalam milik pria itu. Tanpa risih dan malu, Elena mengambil kain segitiga yang bentuknya agak berbeda dengan miliknya itu. Elena meletakkan semuanya di atas ranjang agar Adrian bisa menemukannya dengan mudah.

"Aku rela melakukan ini seumur hidupku asal kau bersedia menerimaku menjadi bagian dari hidupmu Ian. Tapi melihat kenyataan yang ku hadapi saat ini, rasanya itu sangat mustahil" Elena menatap baju Adira yang berada di atas ranjang itu dengan nanar.

"Setiap hari aku hanya di landa ketakutan jika waktu itu akan tiba. Dimana Kamila akan kembali dan mengusir ku dari tempat yang saat ini begitu nyaman ku tempati" Elena menyapu air mata yang hampir membasahi pipinya.

"Apa-apaan aku ini!! Semua ini terjadi karena keputusanku sendiri. Aku harus menerima semuanya meski aku tak bisa membayangkan bagaimana keadaan hatiku saat itu tiba"

Elena memilih menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam mereka daripada harus merpati dirinya sendiri. Lagipula dia ingin makan malamnya siap saat Adrian selesai mandi nanti.

"Sempurna" Elena bertepuk tangan kecil melihat berbagai macam makanan yang telah tertata rapi di atas meja. Dia merasa puas dengan hasil makanannya.

"Sudah siap??"

"Baru saja aku ingin memanggilmu. Ayo duduk" Elena menarik kursi untuk Adrian duduk.

"Mau yang mana?? Semua ini makanan kesukaan mu"

Adrian menatap satu per satu makanan yang begitu menggoda itu. Memang benar jika yang tersaji di depannya saat ini adalah makanan kesukaannya.

"Apapun yang kau ambilkan, lagi pula semuanya aku suka. Mungkin aku juga akan memakan semuanya"

Elena tersenyum puas dengan jawaban Adrian. Dia semakin senang karena Adrian begitu menyukai masakannya.

"Makanlah" Ucap Elena setelah mengisi piring Adrian.

Adrian terlihat begitu menikmati makan malamnya. Baru kali ini dia merasakan lidahnya menikmati yang namanya makanan setelah dia tertimpa maslaah besar itu. Kemarin semua makanan terasa hambar di lidahnya.

Elena tak banyak bicara, melihat Adrian makan lahap seperti itu saja sudah membuatnya senang.

"Biar aku yang mencucinya, kau sudah lelah memasak semua ini" Adrian mencegah Elena yang ingin membawa piring kotornya ke wastafel.

"Bai..."

Drett..drett..drettt...

"Angkat saja biar aku yang membereskan ini semua" Wajah Elena berubah pias saat tak sengaja melihat siapa yang menghubungi Adrian saat ini.

"Maaf aku selalu merepotkan mu" Ucap Adrian karena merasa tak enak dengan Elena. Niatnya membantu Elena harus di urungkan karena Kamila menghubunginya.

"Tidak apa" Elena mulai menumpuk piring-piring kotor itu tanpa memperhatikan Adrian yang sedikit menjauh dari Elena.

" Ya Kamila??"

"Hay Adrian?? Apa kabar??"

"Aku baik, bagaimana dengan mu??"

"Aku juga baik. Tapi apa kamu tidak merindukanku sama sekali??"

"Tentu saja aku merindukan mu. Mana mungkin aku tidak merindukan calon istriku sendiri"

Memang jarak Elena dan Adrian saat ini tidak terlalu dekat. Namun telinga Elena masih bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang di katakan Adrian kepada Kamila.

"Lalu kenapa kau tidak menghubungi ku sama sekali setelah kembali ke sana??"

"Maafkan aku Kamila. Beberapa hari ini perusahaan ku sedang terkena maslah. Jadi aku tidak sempat menghubungi mu"

"Astaga, maafkan aku yang tak tau apa-apa Adrian. Lalu bagaimana keadaannya saat ini?? Apa sudah bisa di atasi??"

"Sudah, walaupun belum semuanya tapi sudah menemukan titik terang"

"Syukurlah kalau begitu. Tapi kamu jangan sampai terlalu lelah karena pekerjaan mu ini. Kamu harus menjaga kesehatan mu. Makanlah tepat waktu dan istirahat yang cukup"

"Tentu saja Kamila. Terimakasih karena telah memperhatikan ku. Aku akan selalu mengingat kata-katamu ini"

"Cih.." Elena tak suka dengan apa yang Adrian katakan saat ini. Seolah-olah Adrian tak ada yang memperhatikannya di sini. Sedangkan Elena yang selalu mengingatkan Adrian tentang semua itu, bahkan Elena selalu mencari cara agar Adria mau makan dan beristirahat dengan cukup.

Sejak tadi telinga Elena terasa panas meski tangannya sibuk mencuci piring.

"Adrian, sepetinya aku akan pulang munggu depan depan"

"Benarkah?? Apa aku perlu menjemput mu??"

Deg...

Jantung Elena seakan berhenti saat ini. Berita itu memang membahagiakan bagi Adrian. Namun baginya adalah Bencana.

"Tidak perlu Adrian, aku bukan anak kecil. Tapi apa kamu tidak mau tau apa alasan ku pulang, padahal dari dulu aku tak suka menghabiskan waktu libur ku di sana??"

"Memangnya apa itu??"

Elena menajamkan pendengarannya. Dia bahkan mematikan airnya karena ingin mendengar dengan jelas apa yang akan Kamila katakan.

"Aku rasa, aku mulai jatuh cinta padamu"

"Benarkah?? Apa akhirnya perasaanku bersambut Kamila??" Adrian tampak begitu bahagia dengan pernyataan Kamila itu.

"Hemm, itulah yang membuat ku ingin pulang. Aku hanya ingin menemui mu"

"Aku akan menunggu mu Kamila. Aku juga mencintaimu. Dari dulu hanya kamu wanita yang aku cintai"

Elena sudah tidak sanggup lagi berada di sana. Dengan cepat dia menyelesaikan pekerjaannya. Tanpa menunggu Adrian menyelesaikan panggilannya bersama Kamila. Elena sudah lebih dulu masuk ke dalam kamar. Terlalu sakit untuk mendengarkan obrolan mereka yang saling mengungkapkan cinta.

Elena masuk ke dalam selimut, membungkus tubuhnya hingga sebatas dagu. Mungkin berpura-pura tidur seperti itu bisa membuatnya terhindar dari Adrian setidaknya sampai besok pagi karena dia tidak sanggup berhadapan dengan Adrian untuk saat ini.

Mungkin jika mereka berada di apartemen Adrian, Elena akan memilih tidur di kamar lain. Tapi kali ini mereka masih di luar kota, sedangkan apartemen yang di sewa Adrian saat ini hanya memiliki satu kamar.

1
Qilla
halahhhh telek kucing thorrr tolongg geplakin kepala tu laki pake kursi apa meja dong
Syarifah Syarifah
Luar biasa
Juan Sastra
kau lupa dengan ucapanmu adrian bahwa kau tidak akan pernah mengizinkan anakmu lahir dari rahim wanita jalang sementara kau selalu menghina elena dan bahkan memanggil elena dgn sebutan jalang.. bahkan ibumu pun berkata seperti itu mau elena hamil atau pun tidak tidak akan pernah merubah keadaan.
Juan Sastra
heyy laki egois, penjahat kelam*n.bukankah kau sendiri yg tak ingin elena hamil dan setiap waktu selalu menyuruh elena minum pil kb karena kau tak mau hubunganmu sama kamila hancur.. sekarang bisanya kau marah marah tanpa kau berpikir betapa susahnya elena saat ngidam saat melahirkan dan susahnya saat merawat dan sekaligus harus mencari nafkah buat mereka,, tidakkah bisa kau bayangkan sementara uang hasil menjadi jalangmu justru dia kembalikan. dasar lanang jahat, bejat,.. MARAH AKU THORR
Juan Sastra
bilang sama mama kamu adrian kalau malam itu bahkan hanya masuk setengahnya saja udah di cabut karena udah blong.. 😂😂😂😂🙏🙏🙏
Juan Sastra
tidakkah kau sadar ian jika elena pergi mrmang sdh saatnya dia pergi karena itulah yg tertulis dlm srt perjanjian kalian, atau kau ingin elena lebih terpuruk dengan menyaksikan kau bersamding dengan wanita pilihanmu yg kau gadang gadangkan depan elena bahwa kau sangat sangat mencintainya mengagungkannya bahkan sejak lama. belum lagi hinaan dari ibumu dan bibirmu sendiri yg selalu merendahkan memanggil ele dengan sebutan jalang
Juan Sastra
lah bukannya nyonya sendiri mengusir elena, apa ggak berpikir bukan tidak mungkin jika saat itu bisa saja elena sedang hamil,, dan bahkan aura pun pernah mrlihat elena membeli susu hamil,, ggak curiga gitu,, ha haa memang yah orang bego gila martabat yah gitu,, esmossihh aku thorr 😂
Desy Kristina Situmorang
Luar biasa
Juan Sastra
apa haimu tak sakit saat mengingat perhina an,, dan tadi pun kau menghinanya menyuruhnya menjual tubuhnya
Juan Sastra
apa iya separah itu,, hei itu anak kecil pakai sepeda pula, bukan orang dewasa dan pake motor atau bajaj..aneh
santi.santi: mbak, kalau mobilnya mahal.. mau lecet dikit aja ttp mahal mba 🤣🤣🤣
total 1 replies
Juan Sastra
kalau jadi elena pergi lagi yg jauh,, karena wanita patut di perjuangkan bukan memperjuangkan, cukuplah selama bertahan dengan segala kesakitan dan kebodohan hingga membesarkan 2 kurcaci sampai usia sekarang,,, dan asal tau saja thorr menjadi singel mom tidak muda apa drngan segala keterbatasan ekonomi.,, 😂😂🙏🙏🙏 curhat dikit
Juan Sastra
coba di rekam untuk di serahkan sama mama papamu biar tau betapa baiknya kamila
Juan Sastra
benar kan koment ku saat adrian merayakan ulta kamila. fintrr memang tuh uler keket
Juan Sastra
mampus,, hancurlah ikrar suci itu,, lanang bego ya begitu ggak curiga semua terburu buru
Juan Sastra
oh ternyata,, bisakah ku tarik komentku di belakang untuk aura.. 😂😂
Juan Sastra
semoga kau pun merasakan lebih dari yg di rasakan elena !! ini kutukan authorr aura. ingat itu. 😁
al rizal
😁😁😁
Juan Sastra
katanya pemain handal,, masa tak bisa membamdingkan mana wanita pemain dan dan wanita benar benar suci,, meski seahli apa elena berusaha seolah mahir namun tetap kentara kakunya.. memang laki bego yah gitu yg ada di otaknya hanya wik wik aja,,
Juan Sastra
aku pernah baca kisah yg hampir sama hanya saja perbedaannya orang tua ceo nya tak tahu jika anaknya meperbudak sekretarisnya sendiri,, setelah kabur baru tahu dan plak bugh buagh habis dah tuh ceo nya di hajar oleh ayahnya,, karwna berani mempermainkan seorang wanita
Juan Sastra
setidaknya hargai elena sebagai perempuan yg menjagamu selama ini walau tak menapik jika elena memang goblok mau jadi jalangmu,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!