Mila terjebak oleh keadaan. Ia terpaksa harus sabar mendengar cacian dari Angga. Angga sangat membenci Mila. Karena menurut Angga, Mila adalah wanita miskin, rendahan yang hanya ingin menikmati kekayaan keluarganya.
Mila juga sangat membenci Angga semenjak kejadian yang menimpa dirinya bersama Angga. Angga adalah satu-satunya orang yang tidak ingin Mila temui lagi di dunia ini tapi, takdir berkata lain. Dimana pun Mila berada pasti ada Angga.
Walaupun keduanya saling bermusuhan, tapi mereka tidak menyadari bahwa setiap hari mereka saling bertemu dan bersama. Kapankah benih-benih cinta akan tumbuh di hati mereka?
Baca kisah Mila dan Angga hanya di Novel toon dengan judul Menikah dengan Mr. Arogan.
Jangan lupa like dan share nya ya.... Terima kasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Mawarni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Terserah
Angga memang pulang agak malam hari itu. Karena ia memang lagi sangat sibuk. Ia menyempatkan dirinya mandi di kantor. Dan langsung menjemput Mila di rumah. Mama Siska dan Papa Roy sangat senang saat tahu jika Mila dan Angga akan pergi bersama. Ada sebuah harapan di hati mereka. Dan mereka pun pamit.
Di dalam mobil, ingatan Mila kembali pada Tasya. Saat itu, Mila langsung melihat wajah Angga. Ia jadi kepikiran lagi untuk memberitahukan apa yang dilihatnya pada Tasya tadi. Namun, Lagi-lagi ia ragu. Mila takut mengadukan kondisi Tasya itu adalah hal yang salah.
Dan Angga memikirkan hal yang lain. Ia tahu bahwa Mila sedang melihat wajahnya begitu lama. Ia berpikir jika Mila terpesona dengan ketampanannya.
“Jangan ngeliatin terus. Nanti kamu beneran jatuh cinta loh”, ucap Angga dengan percaya diri.
Mila kaget dan langsung menyadarinya. Ia pun memalingkan wajahnya ke arah lain. Dalam hatinya ia mengumpat pada Angga. Lalu, Angga hanya tersenyum melihat tingkah Mila itu. Ia tahu jika Mila menjadi malu.
Pikiran Mila tentang Tasya pun tidak kunjung hilang. Hatinya ingin sekali mengatakannya pada Angga. Tapi, mulutnya seakan penuh lem. Susah sekali untuk berbicara. Angga memperhatikan Mila yang sedang gelisah itu.
“Mil, kamu kenapa? Dari tadi aku lihat kamu seperti gelisah gitu?”, tanya Angga.
Tapi, Mila enggan untuk menjawabnya. Ia hanya menggelengkan kepalanya. Mila terus menatap keluar jendela. Angga yang memperhatikannya mulai sadar mengapa Mila bertingkah seperti itu.
“Maaf untuk semua yang aku lakukan padamu. Aku sungguh-sungguh minta maaf padamu. Aku tahu kamu gelisah begini karena takut padaku. Jika kamu tidak nyaman, lebih baik kita batalkan aja dinner-nya”, ucap Angga dengan wajah khawatir.
Enak aja main batal-batal. Nggak tahu apa, kalau aku udah capek-capek dandan. Lagian aku udah nahan lapar dari tadi, masa harus dibatalin, ucap Mila dalam hati.
“Aku nggak apa-apa kok. Kakak nggak perlu khawatir. Aku cuma nggak enak aja tadi siang nolak ajakan kakak. Tapi, jangan sangka kalau aku telah memaafkan perbuatan kakak”, jawab Mila ketus.
Tidak ada jawab lagi dari Angga. Entah apa yang ada di pikiran Angga saat itu setelah mendengar ucapan Mila. Tin... Tin.. Angga membunyikan klakson berkali-kali. Jalanan sangat macet dan Angga sangat tidak sabar dengan itu. Mila sampai menutup telinganya karena Angga tak hentinya membunyikan klakson mobilnya.
“Kak! Apaan sih! Mau kakak klakson pun percuma!”, bentak Mila sambil menutup telinganya.
“Ck! Udah malam juga, masih aja macet! Hah... Buat badmood aja”, ungkap Angga yang juga lagi kesal.
“Sama aku juga jadi badmood gara-gara sifat kakak yang arogan itu!”, balas Mila tak kalah kesal.
Mendengar celetukan Mila, Angga jadi teringat jika di dalam pesan tadi, Mila menyebutnya Mr. Arogan. Rasanya ia ingin memarahi Mila karena telah memanggilnya begitu.
“Ah, iya. Tadi kamu menyebutku Mr. Arogan kan? Emangnya nggak ada panggilan lain apa yang lebih bagus?”, kata Angga dengan kesal.
“Kenapa? Nggak suka? Nggak terima?” Ejek Mila.
“Ck! Siapa coba yang suka di panggil seperti itu?”
“Loh, panggilan itu kan sesuai dengan sifat orang tersebut. Mr. Arogan!”, jawab Mila dengan penekanan.
Angga semakin kesal dengan jawab Mila. Kemudian, mobil di depannya sudah mulai maju. Ia melihat lampu hijau telah menyala. Angga pun tersenyum. Dan tiba-tiba...
Brumm... Wusssshh.... Angga melajukan mobilnya sangat kencang. Membuat Mila berteriak ketakutan. Namun, Angga malah kegirangan karena wajah Mila begitu lucu saat panik.
Mila terus berteriak meminta Angga menghentikan mobilnya. Tapi, Angga tidak perduli. Ia terus saja melaju dengan sangat kencang. Dan setelah beberapa lama dengan kegaduhan di dalam mobil, akhirnya mereka pun sampai ke sebuah kafe.
“Gimana? Menurut kamu seberapa Arogan aku?”, kata Angga sambil tersenyum melihat Mila kacau balau.
Angga pun turun dari mobilnya. Sedangkan masih mengatur napasnya. Angga benar-benar ingin membuatnya mati mendadak. Ia terus bergumam mengumpat pada Angga.
Klek, Angga membukakan pintu untuk Mila. Dengan masih mengatur napasnya, ia pun keluar dari mobil itu. Ia terus memandangi Angga dengan dongkol.
“Selamat datang di kafe Terserah”, ucap Angga sumringah.
Mila heran mendengar ucapan Angga. Ia pun melihat tulisan di bangunan kafe itu dan benar-benar tertulis “Terserah”. Mulut Mila menjadi ternganga melihatnya. Ia ingat dengan isi pesannya tadi saat membalas pesan dari Angga. Ia benar-benar tidak menyangka jika tempat ini benar-benar ada. Ia pun semakin merasa kesal.
"Kamu memang pandai mencari tempat yang bagus. Kafe ini masih baru dan sangat viral", ucap Angga pura-pura memuji Mila.
Angga pun jalan hendak masuk ke dalam kafe itu. Sedangkan Mila menarik napas dalam-dalam guna untuk meredam amarahnya terhadap Angga.
Angga yang sudah jalan duluan, sadar jika Mila masih berdiri dan tidak mengikutinya. Lalu, ia melihat kebelakang. Mila masih saja berdiri di samping mobilnya dengan tatap kesal pada Angga. Ia pun kembali mendekati Mila dan menarik tangan Mila.
“Ayo, kita masuk ke dalam”, ucap Angga.
Rasa kesal yang Mila miliki tidak bisa di tahan lagi. Selagi tangannya di pegang oleh Angga, tangan yang satunya terus memukuli pundak Angga. Angga tidak bilang apa-apa ia hanya tersenyum puas dengan kekesalan Mila.
Lalu, mereka pun duduk dan Angga memanggil pelayan. Pelayan wanita itu datang dengan membawa menu. Angga membaca menunya satu persatu. Sedangkan Mila masih menatap Angga dengan kesal.
“Kamu mau pesan apa Mil?”, tanya Angga.
“Terserah!”, jawab Mila yang masih kesal.
Dengan tersenyum, “Pesan terserah 2 ya mbak”.
Pelayan wanita itu mengangguk dan pergi. Dan Mila masih tidak percaya. Apalagi ini? Pikirnya.
“Makanan apa terserah?” tanya Mila heran tapi dengan nada kesal.
“Oh, aku kira kamu udah tau menunya. Nih liat aja”, jawab Angga sambil memberikan menunya pada Mila.
Mila membaca di sana ada menu Paket Terserah. Yang terdiri dari ayam geprek dengan nasi goreng, dan lemon tea. Mila sampai ternganga lagi melihat kenyataan di depannya. Sumpah, rasanya Mila ingin meledak-ledak. Padahal ia ingin terlihat cuek dan acuh pada Angga. Tapi, yang terjadi malah sebaliknya. Ia merasa seperti sedang di permainkan oleh Angga.
“Gimana sangat efektifkan untuk orang yang lagi gabut”, ujar Angga dengan senyum mengejek.
Sialan bilang aku gabut lagi. Dasar Mr. Arogan! Ucap Mila dalam hati.
“Aahhhh... Gak tau Ah....!”, ucap Mila merengek sambil menenggelamkan wajahnya di tumpuan tangannya.
Angga yang melihatnya begitu gemas. Rencananya berhasil membuat Mila semakin kesal. Tanpa sengaja ia mengusap-usap kepala Mila sambil tersenyum.
***