Dewi Eka Arshila, seorang gadis cantik yang sangat berperangai buruk.
Perangainya yang seperti ini terjadi karena ulah sang kekasih yang sudah mengkhianatinya. Ditambah pula ia yang baru kehilangan sosok ayah yang tega meninggalkan sang ibu dan juga dirinya. Suatu hari, Arshilla bertemu dengan Bima, pria tampan yang selalu memperhatikan dirinya. Berkat usaha gigih Bima dalam meraih cinta gadis pujaannya, Arshilla menerima lamaran Bima dengan setulus hati. Namun sesuatu terjadi yang membuat hati Arshilla terguncang. Kejadian apa yang membuat hati Arshilla seperti ini? Lalu bagaimana kelanjutan kehidupan Arshilla selanjutnya?
Terus ikuti The End Of Our Love.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Agustiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
Matahari bersinar terang, menerobos jendela kamarnya, seorang wanita cantik bernama Dewi Eka Arshilla, gadis cantik berusia 28 tahun kelahiran Jakarta. Arshilla meregangkan otot-otot tubuhnya lalu turun dari ranjang untuk bergegas mandi. Setelah dua puluh menit ia keluar menggunakan handuk kimono
"Sayang? Apa kamu sudah bangun?" tanya seorang wanita.
"Sudah Ma, ini Arshi lagi mau pakai baju!" teriaknya dari dalam kamar
"Mama tunggu di bawah ya, kita sarapan bersama!"
"Baik Ma."
Arshilla buru-buru mengenakan pakaian dan segera turun ke bawah, tak lupa ia membawa tas dan laptopnya.
"Pagi Ma!" sapa Arshilla, ia mencium pipi kanan Mama nya
"Pagi sayang!"
Arshilla duduk lalu memakan sarapannya yang sudah dipersiapkan.
"Tumben ada kelas pagi,"
"Iya Ma, katanya jam kuliah hari ini dimajukan soalnya Pak Dosen mau ada acara," jelasnya
Setelah menghabiskan sarapannya ia langsung pamit berangkat. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di kampusnya. Ia memarkirkan mobilnya dengan sempurna lalu keluar dari mobil, semua mata tertuju pada Arshilla. Gadis cantik itu mempunyai kulit putih dengan tubuh yang ramping serta bola mata hitam yang sungguh menawan, tatapannya tajam dan dingin layaknya serigala, serta rambut panjang coklat kemerahan yang bergelombang dibiarkan terurai. Dengan langkah terburu-buru ia menabrak seorang lelaki.
“Aduhh!” keduanya terjatuh.
“Maaf maaf,” ucap seorang pria.
Hampir saja suara lengkingannya keluar jika laki-laki itu tak meminta maaf. Yah tapi salahnya juga kenapa ia selalu terburu-buru.
“Nggak apa-apa, gue juga yang salah,” ucap Arshilla. Pria itu membantunya berdiri, kini mereka saling memandang satu sama lain.
“Lo nggak apa-apa?” tanya pria itu bernama Bima. Pria berkulit putih dan bertubuh tinggi, bola matanya yang kecoklatan menatap teduh wanita di depannya.
“Gue nggak apa-apa. Maaf!” jawabnya singkat.
Bima tersenyum melihat Arshilla yang pergi begitu saja.
“Jutek sekali,” gumamnya namun ia sangat menyukainya sedari dulu.
Arshilla dikenal sebagai wanita yang sangat cuek dan perangainya yang buruk, tak ada yang berani mengusik ketenangan Arshilla karena ia bisa saja melakukan apapun.
"Hai," sapa seorang wanita culun
"Hm,"
"Boleh aku duduk di sini?" tanyanya. Arshilla hanya mengangguk
Wanita culun itu duduk di samping Arshilla "Namaku Kirana, aku dengar namamu Arshilla ya,"
"Ya," balasnya cuek
Kirana hanya tersenyum, memang benar berita di kampus ini jika Arshilla adalah es yang susah mencair. Tiba-tiba segerombolan wanita datang menghampiri Kirana
"Heh, culun! Bagi duit dong!" ucap seorang wanita dengan pakaian mini yang bisa dikatakan dia adalah ketuanya
"Sa.. Saya nggak punya uang," ucap Kirana
"Halah! Alasan!" wanita bernama Teti itu menunjuk kening Kirana dengan keras
"Cepetan!" bentak Teti
Tiba-tiba
Brakk!!
Kelas yang tadinya ramai kini menjadi sepi, Arshilla bangun dari duduknya dan menatap Teti dengan tajam sedangkan yang ditatap merasa takut
"Berisik banget! Gue ngga fokus gara-gara kalian," ucapnya dengan nada dingin
"Gu.. Gue minta maaf Shill," ucap Teti.
"Kalau lo masih mau punya tangan mending jangan ganggu dia," ucapnya sambil menunjuk Kirana dengan dagunya.
"Ini urusan kita ya! Lo nggak usah ikut campur!" bentak teman Teti yang mempunyai nama Delia.
Arshilla beralih menatap Delia dengan tajam "Lo berani bentak gue?" tanya Arshilla
"Udah diem aja. Lo ngga tau gimana perangai dia," bisik Teti pada Delia
"Udah deh Shill, Lo ngga usah sok jadi orang!"
Arshilla tersenyum miring lalu berjalan mendekati Delia, semua teman sekelasnya mulai berbisik apa yang akan dilakukan wanita Ice itu.
"Gue hidup dengan jalan gue sendiri, yang sok itu kalian!" Arshilla terus berjalan maju sedangkan Delia berjalan mundur hingga terpentok dinding. Kini tubuh Delia menegang saat tatapan Arshilla semakin tajam
"Jadi benar, Arshilla orang yang menakutkan," gumamnya dalam hati
"Kok diam? Ayo ngomong lagi," ucapnya
"Dasar wanita gila!" bentak Delia.
Arshilla menjadi marah dengan ucapan itu ia mengangkat tangannya hendak menampar Delia, namun seorang laki-laki datang menahan tangan Arshilla yang sudah mengudara.
"Lepasin tangan gue!" bentak Arshilla, ia pun berbalik menatap laki-laki itu.
"Cepat kalian pergi dari sini!" perintahnya. Teti dan kawan-kawannya segera pergi dari kelas itu.
"Lo berani sama gue? Urusan gue sama dia belum selesai!" bentaknya
"Cukup Arshilla," ucapnya dengan nada lembut
"Bima, tapi gue.." ucapannya terhenti saat tangan kanan Arshilla digenggam erat oleh laki-laki bernama Bima itu
"Sudah cukup,"
Entah kenapa hati Arshilla menjadi sejuk saat tangannya digenggam lembut oleh Bima. Bima tersenyum saat Arshilla mulai melunak, ia mengantar Arshilla ke tempat duduknya.
"Jangan emosi terus," ucap Bima sambil mengusap kepala Arshilla.
Semua teman-teman di kelasnya melongo dengan apa yang terjadi karena baru kali ini Arshilla nampak diam setelah Bima menanganinya. Biasanya Arshilla akan berontak tapi kali ini dia diam dan menurut. Memang jika Arshilla marah Bima yang selalu ada untuk menenangkannya dan hanya Bima laki-laki yang mampu mendekati Arshilla.
"Gue rasa Arshilla mulai melunak deh sama Bima" bisik Riyan
"Heum, benar. Terbukti Arshilla langsung diam."
**********
"Arshilla, aku mau berterima kasih," ucap Kirana
"Tentang apa?" tanya Arshilla
"Tentang tadi kamu membela ku," Kirana membetulkan posisi kacamatanya
"Gue bukannya bela lo tapi gue ga suka kalau ada yang berisik!" jawabnya
Kirana tersenyum ia tahu jika wanita yang sedang ada di depannya ini membela dirinya
"Rumah lo dimana?" tanya Arshilla
Kirana tersentak "Eum agak jauh dari sini, rumahku berada di pinggiran desa,"
"Lo berangkat pakai apa?"
"Pakai sepeda motor," Kirana menjawab pertanyaan itu dengan lembut, Arshila mengangguk paham
Dari belakang seorang laki-laki datang memberi minum untuk Arshilla
"Nih minum!" ucapnya
Arshilla menoleh dan mendapati Bima yang tersenyum manis. Ia menerima minuman itu dan langsung meneguknya
"Makasih," ucapnya ketus.
"Ketus banget si. Ah lo mah gitu Shill," mimik wajah Bima dibuat sekesal mungkin untuk menarik perhatian Arshilla.
"Mulai dehh,," Arshilla menghentakkan kakinya meninggalkan mereka berdua, sedangkan Bima berlari mengejar Arshilla
"Arshii tungguuu!!"
Kirana terkekeh geli melihat tingkah dua manusia itu. Ia pun memutuskan untuk pulang karena jam kuliah hari ini telah selesa.
"Makan yuk, gue laper!" ajaknya
"Gue mau pulang!"
"Shilll please lah, sekalii aja,"
"Nggak!"
Bima terlihat kecewa karena penolakan itu. Namun ia tak pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Arshilla. Ia yakin bahwa Arshilla pasti akan menerima dirinya.
"Gue akan selalu nunggu lo membuka hati buat gue, Shill. Gue sayang banget sama lo sejak pertama kita terkunci di perpustakaan,"
Flashback
Arshilla dan Bima sedang mencari buku yang akan ia gunakan untuk mengerjakan tugas.
"Bim, ambilin buku yang di atas dong," pintanya
Bima yang sedang duduk seketika terbangun untuk mengambil buku yang Arshilla maksud. Bima berdiri di belakang Arshilla tangannya terjulur untuk mengambil buku itu, Arshilla terkejut lalu membalikkan badannya ia malah mendapatkan ciuman di kening dari dada Bima. Arshilla diam terpaku, Bima pun menatap menunduk menatap wajah cantik Arshilla.
"Gua ngga tau kalau li secantik ini," gumamnya dalam hati. Bima merasakan perasaan aneh dalam hatinya. Jantungnya berdegup kencang.
Brak!
Ke-dua terkejut karena suara pintu besi perpustakaan itu tertutup. Mereka panik dan segera berlari ke pintu itu
"Hei, pak di dalam sini ada orang!" teriak Arshilla
"Halooo tolong kami terkunci!" teriak Bima
Setelah lama berteriak dan tak membuahkan hasil ke-dua duduk di lantai.
"Gimana ini Bim?" tanya Arshilla
Bima menggeleng "Gue juga ngga tau Shill,, ya mau nggak mau kita tidur di sini?"
Arshilla menghela nafasnya berat, keduanya hanya duduk tanpa berbicara apapun hingga akhirnya ia merasakan kantuk
"Lo tidur aja," ucap Bima
"Hm. Lo jangan macem-macem ya sama gue!" ucapnya dengan tegas. Bima terkekeh geli dengan peringatan itu.
Arshilla membaringkan tubuhnya pada kursi yang sudah ia susun, beruntung ia menggunakan celana panjang dan kaos panjang namun tetap saja ia masih merasakan dingin. Bima melepaskan jaketnya dan menyelimuti tubuh wanita itu.
"Gue kenapa ya. Tiba-tiba jantung gue berdegup kencang, apa mungkin gue jatuh cinta sama lo," gumamnya sambil menatap wajah cantik Arshilla.
Bima mengusap lembut rambut panjang gadis itu, ia pun mulai merasakan kantuk dan tertidur dalam posisi duduk bersandar.