Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANANDA 6
Virgou harus melakukan rawat inap. Puspita dan Bart datang bersama Terra, ketika semua sudah kembali ke pekerjaan masing-masing.
"Mas ... jangan terlalu lelah," pinta Puspita merajuk.
Wanita beranak enam ini berada dalam dekapan suaminya. Bart mencium Virgou.
"Kau tau ... aku akan menyusul mu jika kau pergi."
"Grandpa, aku sudah tidak apa-apa," ujar Virgou.
Terra juga memberengut pada kakaknya itu. Ia juga sekarang ada dalam pelukan pria sejuta pesona itu.
"Panggilkan Gomesh dan Dahlan!" pinta Virgou.
Gomesh datang dengan wajah khawatirnya, begitu juga Dahlan.
"Aku sudah mendapatkan ibu dari Ananda. Bawa dia. Dan urus anak yang membuang ibunya!" titahnya dengan mata berkilat sadis.
"Sayang," tegur Puspita.
"Baik tuan!" sahut Dahlan dan Gomesh.
Aini datang bersama Gio. Mereka membawa makanan untuk pria itu.
"Tuan," panggil Gio dengan wajah khawatir.
"Aku tidak apa-apa, terima kasih telah mengkhawatirkan diriku," ujar Virgou tulus.
Aini dan Gio keluar. Puspita menyuapi suaminya.
"Sayang, Harun kau tinggal dengan siapa?" tanya sang suami khawatir.
"Di sana ada Maria dan semua saudaranya. Ia juga sudah tak mau menyusu lagi padaku," jelas Puspita sambil menyuapi suaminya.
"Iya, dia bilang Mommy atuh sutah peusal jadi eundat enen ladhi!" sahut Terra meniru perkataan bayi mau dua tahun itu.
"Ya sudah, selesai ini, kalian pulanglah. Aku pastikan besok akan pulang," perintah Virgou tak mau dibantah.
Puspita merengek manja. Pria sejuta pesona itu tak tahan jika istrinya merengek seperti itu.
"Sayang, jangan buat aku memakanmu di sini," desis Virgou dengan suara serak.
Puspita merona malu. Ia juga rindu disentuh suaminya. Tapi tiba-tiba.
"Kakak mau makan lagi?" tanya Terra polos.
Virgou dan Puspita terbengong. Bart menatap cucu perempuannya itu dengan pandangan entah.
"Maksudmu?" tanya Virgou penasaran.
"Itu tadi kakak bilang mau makan Kak Ita, sebegitu laparkah kakak sampai mau makan istri sendiri?" sinis Terra.
"Ya Allah ... apakah cucuku benar-benar sepolos ini?" sela Bart tak habis pikir.
"Ih ... grandpa ... apanya yang polos!" sahut Terra tak terima.
"Apa kau tak tau bahasa intim antara suami dan istri?" tanya Virgou sengit.
Terra terdiam, ia berusaha mencerna perkataan kakak sepupunya itu. Setelah lama berpikir akhirnya dia terkejut sendiri.
"Astaghfirullah ... ternyata kakak mau nganu sama Kak Ita ya!"
Ctak! Virgou menyentil kening adiknya yang kelewat polos itu, sampai Terra mengaduh.
"Grandpa!" rengeknya mengadu.
"Kau apakan adikmu!" teriak Bart marah.
"Grandpa ... cucumu itu loh yang duluan!" sahut Virgou membela diri.
Maka terjadilah perdebatan tak berarti, lalu semuanya berhenti ketika Lidya datang dan mengomeli semuanya.
Sementara itu, Diro memaksa diri untuk ikut mencari keberadaan istrinya. Ia juga membawa berkas untuk bukti yang bisa ia lampirkan.
Butuh waktu tiga jam untuk sampai di kota B. Melalui BraveSmart ponsel, Dahlan menghentikan mobilnya di sebuah perkarangan rumah yang cukup mewah. Di sebelah rumah itu ada toko kue.
Diro turun bersama Gomesh dan Dahlan. Ketiga pria itu mendatangi toko itu.
Bunyi kerincing bel yang sengaja dipasang di pintu menandakan jika ada yang masuk.
"Selamat datang di toko kue kami," sambut salah satu penjaga toko ramah.
Diro sangat mengenali suara itu. Pria itu tadi berdiri di belakang Gomesh. Tentu tubuh raksasa itu menyembunyikan dirinya.
"Ama ...."
Wanita itu menatap penuh senyum. Diro menampakkan dirinya, Ama tertegun. Dua netra saling tatap lama.
"Ah ... ada tamu, Ama kenapa kamu tidak menyambutnya?" tanya wanita bertubuh tambun.
Ama tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri. Semua panik termasuk Diro.
"Ada apa ini ... Ama?!" teriak wanita itu panik.
Diro langsung menyambar tubuh istrinya, wanita itu mendorong tubuh pria itu.
"Siapa kamu!?" teriaknya.
"Maaf nyonya. Kita harus bawa Nyonya Ama untuk diperiksa!" ujar Gomesh.
Wanita itu pun meminta semua membawa Ama pergi ke sebuah klinik dekat rumahnya. Hanya sepuluh menit saja Diro menggendong istrinya ke klinik tersebut.
"Maaf anda siapa?" tanya wanita itu.
Ama sudah ditangani oleh petugas medis. Diro pun menjelaskan dirinya.
"Kemana saja anda selama lima tahun?" potong wanita itu penuh kebencian.
"Saya sudah mencarinya melalui detektif, tapi tetap tak membuahkan hasil!" jelas Diro.
"Ah ... itu bualanmu saja!" sela wanita itu tak percaya.
"Tuan sebaiknya anda menceritakan saja yang sebenarnya," saran Dahlan.
Akhirnya Diro menjelaskan duduk perkara sebenarnya pada perempuan itu.
Diro memperlihatkan semua bukti identitas istrinya. Wanita itu percaya jika Ama sengaja diculik dan dibuang.
"Ama tidak ingat siapa dirinya ketika kami temukan lima tahun lalu," ujar wanita itu akhirnya memandang Diro iba.
Diro sedih bukan main. Wanita itu memperkenalkan dirinya.
"Saya Metta Khairunnisa!"
"Saya Diro Sugandhi!"
Dahlan dan Gomesh juga memperkenalkan dirinya. Mereka meminta maaf karena tidak langsung memperkenalkan diri tadi.
"Sudah tidak apa-apa, namanya juga panik," sahut Metta memaklumi.
"Jadi Ama punya anak perempuan yang nasibnya sama dengannya, hilang ingatan?" Diro mengangguk.
"Yang sabar ya, pak!"
Tak lama dokter keluar.
"Dok bagaimana keadaan istri saya?" tanya Diro penuh kecemasan.
"Istri?" tanya dokter itu bingung.
"Ya, dok. Ini adalah suami dari Ama ...."
Metta menjelaskan kejadian sebenarnya pada sang dokter.
"Jadi dokter ini yang menemukan Ama pertama kali dan membawanya ke sini," jelas Metta pada Diro.
Diro langsung memeluk dokter berjenis kelamin laki-laki itu sambil mengucap terima kasih.
"Sama-sama, Pak. Sebenarnya, Ama eh maksud saya istri anda hanya mengalami shock saja," jelas dokter bernama Wishnu itu.
"Apa sekarang saya boleh menemuinya?" Wishnu mengangguk.
Diro langsung masuk ke ruangan. Di dalam terdengar suara tangisan dan permintaan maaf dari mulut pria.
Tak lama berselang. Akhirnya Ama pun dibawa pulang oleh suaminya. Ama memeluk Metta dengan ucapan banyak terima kasih.
Wishnu menatap nanar kepergian wanita bersama suaminya. Metta mengelus punggung adik kandungnya itu.
"Dia masih jodoh pria itu, yang sabar ya," ujarnya menenangkan. "Kakak yakin akan ada gadis yang lebih baik datang sebagai jodohmu!"
Metta masuk, ia sedikit heran melihat satu amplop coklat. Ia mengambilnya, beberapa tumpukan uang, ada secarik surat di sana.
"Ini bukan apa-apa, tapi tanda terima kasih saya kepada anda ... walau kebaikan anda tak akan terbalas kan oleh saya. Mohon terima dan maaf."
Metta tersenyum, ia memegang amplop itu. Ia memang butuh uang banyak untuk membayar utang yang jatuh tempo, suaminya sudah mengusahakan setengahnya, di tangannya bahkan untuk membayar hutang saja lebih dari cukup.
"Alhamdulillah ya Allah atas semua rejeki-Mu!"
Empat jam perjalanan karena macet dan hujan di beberapa tempat, membuat Gomesh sedikit terlambat.
Ama menggenggam erat tangan suaminya. Mereka berjalan menuju ruang rawat putri mereka. Pintu terbuka.
"Aminah!" panggil Diro.
Gadis kecil itu menoleh dengan wajah sedikit pucat. Ia tersenyum dengan linangan air mata.
"Mama ... papa ..."
bersambung.
ah .... bahagianya.
next?