Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21
Rika menatap pria yang berdiri di sampingnya. Dion, dialah yang telah membuatnya seperti ini.
"Mas Dion!! Apa yang kau lakukan di sini?"hardiknya.
"Rika, Mas disini untuk menjagamu,"
"Mana yang sakit? Apa kepalamu masih perih?" Tanya Dion dengan penuh rasa bersalah. Seorang suami seharusnya menjaga dan melindungi istrinya.
"Tidak Mas! Aku tak membutuhkan mu, pergilah. Buat sekarang ini aku tak mau melihatmu."
"Rik, Mas tau kamu pasti marah. Tapi tolong izinkan aku untuk menemani mu." Mohon Dion. Iya tampak sangat berharap pada istri yang telah di sakitnya itu.
Rika tetap dengan keinginannya. Iya tak mau bertemu dengan suaminya sekarang.
"Mas! Kumohon, pergilah."usir Rika tanpa melihat suaminya lagi.
"Rika!!" Bentak Bu Diana.
"Kamu gak berhak yah, ngusir suami kamu.
Seharusnya kamu bersyukur, karena dia mau datang dan menemani kamu di sini."tambahnya membentak.
Rika menatap kesal ibu mertuanya. Iya lelah jika setiap kali ada masalah, wanita yang berdiri di samping suaminya itu selalu ikut campur.
Anaknya kini telah berkeluarga, tapi iya tetap saja selalu mengatur dan ikut campur dalam setiap hal.
"Mamah juga, sebaiknya keluar saja. Mas, bawa juga ibumu keluar. Aku ingin menenangkan diriku sendiri."pintah Rika. Iya tak mau ada sanggahan lagi dari orang-orang itu.
Dion pun pasrah, kini iya menarik tangan ibu dan istri keduanya untuk keluar. Sendiri, mungkin lebih baik untuk Rika sekarang ini.
****
Dion duduk sembari memegangi punggung kepalanya yang terasa berat. Bayangan Rika ketika terjatuh di tangga terus terbayang di benaknya. Sungguh penyesalan yang tiada Tara. Iya tak pernah menyangka, wanita yang sangat iya cintai itu kini terbaring di rumah sakit akibat ulahnya sendiri. Entah kenapa iblis di dalam dirinya itu mengamuk sampai lupa diri.
Wajiblah Rika marah padanya sekarang ini.
"Dion, buat apa kamu menyalahkan diri sendiri seperti itu? Semuanya sudah terjadi, buat apa diingat lagi. Sudahlah,"kata Bu Diana menasehati anaknya.
Dion hanya diam membisu mendengar perkataan mamanya. Mulutnya seakan terkunci dan hanya penyesalan yang ada.
"Em Dion, sebenarnya mama ke sini untuk minta uang sama kamu."ungkap Bu Diana tanpa ragu.
"Perusahaanmu kan sudah normal lagi, jadi mama yakin, kamu pasti sudah punya uang buat sekarang ini,"tambahnya menerangkan tujuan lainnya ke rumah sakit.
Iya butuh uang yang banyak untuk membayar cicilan perhiasan serta beberapa arisanya yang belum terbayarkan. Main arisan pasti selalu jadi hobi bagi emak-emak yang sudah berumur.
"Dion, Dion!!"
"Kamu dengar Mama gak sih?" Teriak Bu Diana karena iya tak mendapat respon dari anaknya.
Dion bangkit dari duduknya. Iya kini berdiri tepat di depan wanita yang melahirkannya itu. Rasa kessal tampak menghiasi wajahnya.
"Mah! Rika tuh lagi di rawat! Masa kondisi lagi begini, Mama malah minta uang?"
"Dion! Apa salahnya jika mama minta uang?kalo ada, kamu tinggal kasih. Itu saja."
"Iya, memang Dion ada. Tapi tidak seharusnya Mama minta sekarang."
"Sudahlah Dion, kasih aja sama Mama sekarang. Mama lagi butuh uang."pintanya tanpa basa-basi lagi.
"Masa sama ibu sendiri kamu pelit."tambah Bu Diana agar keinginannya itu segera tercapai dari sang anak.
Dion lalu meraih dompetnya yang berada di saku celananya. Segera iya mengeluarkan ATM nya lalu diserahkannya kepada Bu Diana.
"Tuh, mama ambil sendiri."ujarnya.
Bu Diana tentu saja menerimanya dengan wajah tersenyum puas. Akhirnya iya tak mesti ditagih-tagih lagi oleh beberapa kawannya.
Melihat suaminya memberikan uang, tentu sjaa Reta tak diam saja. Iya juga langsung memajukan diri untuk meminta jatahnya.
"Mas! Aku juga butuh uang! Buat aku mana?"
Dion terkesiap dibuatnya. Huuffff!! Untung saja kondisi keuangannya kini telah normal.
Jika tidak, iya pasti akan kembali pusing memikirkan dua wanita penting yang sedang meminta uang itu.
Dion memang selalu menyimpan uang dalam bank. Langsung saja iya mengambil kartu ATM satunya lagi lalu diberikan kepada Reta, istri keduanya yang juga sedang meminta uang itu.
"Dion, sekarang kamu pulang saja dengan Reta. Rika biar mama yang urus."kata Bu Diana berbicara lagi.
Sekarang memang sudah malam, Dion pasti capek karena mengurus istri pertamanya itu.
"Sudah sana, Rika pasti aman sama mama di sini."tambahnya menyakinkan anaknya.
Melihat ketulusan ibunya, Dion pun setuju. Tanpa banyak fikir lagi, Dion dan Reta langsung pulang meninggalkan Rika bersama ibunya.
****
Setelah anak dan menantunya pergi, Bu Diana kembali masuk ke dalam kamar Rika. Iya bermaksud untuk mengecek keadaan istri dari anaknya itu.
Bu Diana mendapati Rika sedang tidur pulas. Akibat nyeri di bagian kepala, Rika pun tertidur agar iya tak terlalu merasakan sakitnya. Melihat menantunya istirahat, Bu Diana pun keluar lagi.
"Hemm!! tidur di sofa itu pasti akan membuat tulang-tulangku encok. Meskipun empuk, tapi sofa di kamar hotel pastinya jauh lebih nyaman dari pada itu."ucapnya lalu iya melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan VIP itu.
Bu Diana kini telah memasuki mobil taksi yang sudah di pesannya secara online itu. Iya kini menuju hotel bintang lima yang sering didatangi oleh para kaum kalangan atas.
Menginap satu malam di sini tak masalah baginya. Kartu ATM anaknya kan ada bersamanya.
Bu Diana kini memasuki lobby hotel. Disana iya langsung ke meja resepsionis.
"Hey kamu! Siapkan kamar yang paling mahal di sini!" Pintanya pada dua resepsionis yang berjaga.
"Baik Bu."
"Mau berapa malam Bu?" Tanya salah satu dari penjaga resepsionis itu dengan ramah.
"Satu malam, cepat sedikit." Pintanya tak sabaran.
"Ini kuncinya."kata resepsionis itu tersenyum sembari menyerahkan kunci kamar yang akan ditinggali tamunya.
Bu Diana segera mengambilnya. Iya pun berlalu menuju lift yang akan membawanya.
"Sombong sekali ibu-ibu itu. Tidak kah dia tau kalau semua kamar di sini mahal."cela salah satu resepsionis.
"Iya benar sekali. mungkin ini pertama kalinya iya ke sini."tambah satunya lagi mencela.
"Hey kalian!! Apa kalian sedang mengataiku?"teriak Bu Diana yang tiba-tiba kembali muncul.
Iya lupa menyuruh kedua orang itu untuk membawakannya beberapa cemilan.
Kedua orang yang diteriakinya itu terkejut seraya menundukkan kepala. Mereka tak menyaka bahwa orang yang barusan mereka bicarakan itu kembali.
"Ah tidak Bu! Kami tidak melakukannya,"elak keduanya.
"Ahh dasar! Orang rendahan! Asal kalian tau yah, orang kaya seperti saya ini bisa saja membuat kalian berdua kehilangan pekerjaan rendahan Ini."
"Beraninya yah, kalian bicara seperti itu tentang saya!" Hardik Bu Diana. Iya tak terima dengan perlakuan tak sopan resepsionis itu. Iya hendak memanggil manager dari hotel itu.
"Maafkan kami Bu, kamu tidak akan melakukannya lagi. Sebagai permintaan maaf kami, semua makanan yang dikirim ke kamar ibu geratis."kata salah satu dari mereka memohon.
"Geratis!! Apa kalian fikir saya tak bisa membayarnya??" Murka Bu Diana. Emosinya tambah meluap mendengar mereka akan menggeratiskan semua makanannya.
"Ah bukan itu maksud kami."jelasnya seketika sebelum tamu hotelnya itu salah paham lebih jauh.
"Yasudah, gratiskan saja semua. Saya tunggu!!"pungkas Bu Diana lalu kembali masuk ke dalam lift.
.............. happy reading........
like and vote komen juga yah