Kisah Jovanka, seorang mahasiswi cantik yang bekerja sebagai seorang pengasuh empat anak laki-laki yang usianya bukan lagi anak-anak.
Empat anak laki-laki korban broken home membuat mereka terbiasa hidup mandiri meski tergolong orang berada. Meski awalnya beberapa dari mereka tidak sepenuhnya menerima kehadiran Jovanka, gadis itu membuat semuanya perlahan berubah.
Kehidupan Jovanka berubah sejak menjadi maid dan hidup serumah bersama empat laki-laki tampan. Perselisihan, pertengkaran, asmara, kisah manis dan kekeluargaan terjalin erat tanpa disadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Bersalah
Ini akan menjadi hari yang sangat melelahkan bagi Jojo. Selama di kampus, ia terus mengamati Leon dengan seksama. Memastikan jika laki-laki itu tidak membuka mulut pada siapapun tentang Keenan.
Sebagian besar dari teman sekelas Jojo memuji penampilan Jojo hari ini. Jika biasanya Jojo tampil sederhana dengan dress-dress sederhana, kali ini gadis itu tampil lebih modis dan cantik.
Semua jam pelajaran selesai, Jojo pulang lebih cepat. Ia mengatakan pada Irene jika dirinya sedang ada urusan mendadak karena biasanya mereka mampir untuk mengobrol atau sekadar duduk di kantin bersama.
Setelah sampai di rumah, Jojo langsung ke kamar dan mengganti pakaian. Ia melihat selembar kertas undangan dari Kai yang ia tinggalkan di meja dekat pintu.
Gara-gara kecerobohannya meletakkan kertas undangan itu sembarangan, Jojo dan Kai kini terlibat masalah yang lebih rumit.
Bayang-bayang tentang ekspresi wajah marah Kalingga sudah menghantuinya. Jojo juga mulai menebak kira-kira hukuman apa yang akan mereka terima setelah ini.
Di dapur, Jojo melamun sambil memasak air. Ia membuat susu dan sereal karena sebentar lagi Kai akan segera pulang. Gadis itu benar-benar tidak bisa fokus. Sambil menunggu Kai datang, ia duduk di meja makan sendirian.
"Hei, Kai. Kau sudah pulang?" tanya Jojo. Ia melihat Kai berjalan ke arahnya, masih dengan seragam lengkap dan sepatu. Ia menyeret tas punggungnya dengan wajah lelah.
"Hmm, melelahkan sekali hari ini. Bagaimana nasib kita?" tanya Kai. Ia duduk bersebrangan dengan Jojo dan meletakkan kepalanya di atas meja.
"Aku sedih, bagaimana jika kak Kalingga menghukumku dengan memotong lima puluh persen gajiku?" tanya Jojo. "Ah, beban pikiranku sungguh sangat berat," lanjutnya.
"Aku baru saja bisa menikmati uang jajanku yang melimpah. Bagaimana jika kakak memotongnya lagi?" tanya Kai.
Keduanya duduk dengan lemas. Selera makan dan selera hidup Kaivan menurun drastis.
"Ternyata kak Keenan masuk ke dalam kamarku dan melihat kertas undangan yang aku letakkan di atas meja. Maaf, aku lupa menyembunyikannya," ucap Jojo. Andai saja ia tidak ceroboh, mungkin rencananya bersama Kai tidak akan hancur berantakan seperti ini.
"Ah, nggak apa-apa. Salahku juga karena nggak jujur sama mereka sejak awal," ujar Kai. Ia tidak bisa menyalahkan Jojo, karena ia sendiri yang menyeret pengasuhnya itu untuk ikut campur dalam masalahnya.
Jojo bangkit, mengambil segelas susu dan sereal yang sudah ia siapkan untuk Kai. Ia meletakkannya di depan bocah laki-laki itu.
"Aku nggak selera makan," ucap Kai. Ia kembali meletakkan kepalanya di meja sambil memandang kosong ke arah tangga.
"Baiklah. Aku akan memakannya sendiri." Jojo menarik kembali mangkuk berisi sereal, ia menghabiskannya dalam sekejap. Setelah itu, Jojo juga langsung meneguk habis susu dalam gelas di samping Kai.
Bocah laki-laki itu menatap Jojo dengan perasaan aneh. Bagaimana bisa di situasi yang mendebarkan seperti ini bahkan Jojo tidak kehilangan selera makannya.
"Hei, serius? Kau bilang sedang sedih dan banyak pikiran. Tapi bisa makan dengan santai seperti itu," ujar Kai.
"Memangnya kenapa? Salah satu cara agar aku bisa berpikir dan bertahan hidup adalah dengan makan. Sayang sekali sereal itu kau tolak, padahal enak," ucap Jojo.
"Terserah kau saja!" seru Kai. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan meninggalkan Jojo.
"Hei, kau harus mengepel lantai sesuai perjanjian. Jangan ingkar! Kai!" teriak Jojo.
"Besok saja. Ku mohon jangan hari ini," ucap Kai sambil berjalan pergi.
Kai ingin mandi dan berganti pakaian. Ia ingin tidur dan menenangkan diri beberapa saat sebelum Kalingga memberinya hukuman.
Karena hari ini adalah hari yang berat untuk mereka berdua. Jojo bisa mentoleransi penolakan Kai. Ia juga tidak terlalu memaksa bocah itu melakukan pekerjaan rumah. Pada akhirnya, Jojo memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Ia membuka ponsel, melihat pesan dari Keenan.
Aku pulang saat jam makan malam. Buatkan nasi goreng seperti yang kuminta sebagai permintaan maafmu.
"Syarat yang mudah," batin Jojo. Ia keluar dan melihat lemari pendingin untuk memastikan semua bahan yang ia butuhkan masih tersedia.
🖤🖤🖤
Pukul lima sore, nyatanya semua anak asuhnya sudah berkumpul di rumah, bahkan Keenan. Kai dan Jojo mendadak berkeringat dingin. Tidak biasanya ketiga laki-laki itu berada di rumah sesore ini.
"Kalian semua pulang lebih awal, ya," ucap Jojo saat menemui Kylan di kamarnya.
"Ya, ada hal penting yang harus kami semua bicarakan," jawab Kylan.
Jojo hanya mengangguk. Ia kembali ke dapur untuk memotong sayur dan sosis. Ia menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng, karena malam ini semua akan makan malam dengan menu yang sama.
Sepanjang kegiatan memasak, ia seakan dihantui rasa bersalah terhadap semua anak asuhnya, terutama Kai. Seharusnya ia membantu, namun malah mengacaukan rencana mereka.
Pukul tujuh malam, semua anak asuhnya sudah berkumpul di meja makan. Jojo menyiapkan nasi goreng dalam mangkuk porselen besar dan membiarkan anak asuhnya mengambil sesuai selera mereka. Ia memisahkan telur mata sapi dan sosis yang sudah di goreng ke dalam wadah kaca masing-masing.
Semua orang menikmati makan malam yang sangat jarang Jojo masak. Rasanya tidak mengecewakan, semua orang suka dan hampir menambah isi piring mereka.
Namun ada satu orang yang tidak begitu berselera makan. Ia adalah Kai. Ia hanya mengisi separuh piringnya dan mengambil tiga potong sosis berukuran kecil. Jojo terus memperhatikan Kai, ia juga mulai gelisah saat semua orang sudah menyelesaikan makan malam mereka.
Setelah membereskan piring dan sisa makanan ke wastafel, Jojo menunda pekerjaan mencucinya. Ia kembali duduk di kursi. Kini Jojo dan Kaivan merasa seperti sedang menjadi narapidana yang menjalani sidang di depan tiga hakim sekaligus.
Semua orang diam, Kalingga menatap Jojo dan Kai bergantian.
"Jojo, Kai. Kalian tahu apa kesalahan kalian?"
"Tahu, Kak," jawab Kai. Jojo hanya mngangguk lemah sambil menunduk, takut jika sorot mata Kalingga menguliti tubuhnya.
Sebelum memberi hukuman, Kalingga meminta Kai menjelaskan kronologi tentang perkelahian yang ia lakukan. Semua orang mendengarkan dengan seksama. Keenan tersenyum samar, ia mengusap punggung adiknya yang mulai berkeringat.
"Siapa yang punya ide untuk membawa Jojo dan mengaku sebagai kakak iparmu di sekolah?" tanya Kylan. Saat Jojo ingin menjawab, Kai sudah berbicara dengan cepat.
"Ide itu terpikirkan sendiri olehku," jawab Kai. Ia seakan melindungi Jojo, padahal jelas-jelas Jojo sendiri yang memberi ide agar Kai mencari seseorang untuk berpura-pura sebagai kakaknya.
"Dan Jojo, kenapa kau mau saja masuk dalam rencana gila Kaivan?" tanya Keenan. Jojo diam, ia masih menunduk dan membisu.
Semua orang di rumah ini tahu bagaimana awal hubungan Jojo dan Kai yang kurang baik. Sejak awal, Kai selalu membuat Jojo dalam masalah. Namun anehnya, Jojo masih saja mau membantu Kai sampai bertindak sejauh ini.
🖤🖤🖤
terimakasih akak... 🙏🙏☺️