sinopsis Amelia, seorang dokter muda yang penuh semangat, terjebak dalam konspirasi gelap di dunia medis. Amelia berjuang untuk mengungkap kebenaran, melindungi pasien-pasiennya, dan mengalahkan kekuatan korup di balik industri medis. Amelia bertekad untuk membawa keadilan, meskipun risiko yang dihadapinya semakin besar. Namun, ia harus memilih antara melawan sistem atau melanjutkan hidupnya sebagai simbol keberanian dalam dunia yang gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul natasya syafika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9: Permainan Kotor
Amelia menyadari bahwa dirinya terlibat dalam permainan yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan. Dengan flash drive dari Dr. Farid di tangannya, ia telah memegang kunci untuk mengungkap skandal besar yang melibatkan perusahaan farmasi dan rumah sakit tempatnya bekerja. Tetapi, semakin dalam ia menyelidiki, ancaman terhadap dirinya semakin nyata.
......................
**Apartemen Amelia, Malam Hari**
Di ruangan yang hanya diterangi cahaya dari layar laptopnya, Amelia duduk dengan tubuh sedikit membungkuk. Matanya terpaku pada barisan dokumen elektronik yang terbuka di layar, semua berasal dari flash drive yang diberikan Dr. Farid. Jarinya perlahan menggulir dokumen demi dokumen, sementara pikirannya dipenuhi kekhawatiran dan amarah.
Ia membaca sebuah email internal dari salah satu eksekutif perusahaan farmasi:
“Laporan ini terlalu berisiko untuk publikasi. Hapus data terkait kegagalan uji klinis, dan pastikan komponen materialnya tidak disebutkan di laporan final."
Amelia menghela napas panjang. "Mereka tahu perangkat itu berbahaya... mereka tahu, tapi tetap melanjutkan," gumamnya dengan nada penuh kemarahan.
Ia terus membaca, membuka laporan teknis yang menunjukkan hasil uji klinis yang dimanipulasi. Catatan tentang kematian pasien diabaikan, sementara laporan keamanan diubah untuk menampilkan hasil positif. Amelia mencetak beberapa dokumen penting sebagai cadangan, berjaga-jaga jika flash drive itu hilang.
Ketika ia membuka file terakhir, sebuah video rekaman muncul. Dalam video tersebut, seorang pria yang tampaknya adalah insinyur perangkat menjelaskan bagaimana material murah digunakan untuk menghemat biaya produksi.
“Ini bukan soal ketidakmampuan teknis,"kata pria itu dalam video. “Ini soal keserakahan. Mereka tahu risikonya, tapi mereka tidak peduli."
Amelia menutup laptopnya dengan kasar dan menengadah, menatap langit-langit dengan penuh frustrasi. "Ini lebih buruk dari yang kubayangkan," gumamnya.
......................
**Apartemen Amelia, Dini Hari**
Amelia tertidur di sofa dengan beberapa dokumen tercetak tergeletak di atas meja. Namun, tidur singkatnya terganggu oleh suara berisik dari arah pintu depan. Matanya terbuka lebar, dan ia segera menyadari pintu apartemennya tidak lagi tertutup rapat.
Ia duduk dengan waspada, mencoba mendengar suara apa pun yang mencurigakan. Kemudian, ia melihat pintu terbuka lebih lebar, dan suara langkah kaki terdengar mendekat. Dengan panik, Amelia meraih ponselnya, tetapi sebelum ia bisa menelepon polisi, sosok berjubah hitam dengan masker wajah muncul di ruang tamu.
Amelia menahan napas dan segera merunduk, bersembunyi di balik meja dapur. Ia mengintip dengan hati-hati saat sosok tersebut mulai membongkar barang-barang di ruang tamunya. Semua laci dibuka, dan dokumen-dokumen yang ia cetak dilempar begitu saja ke lantai.
Amelia memutar otak, mencoba mencari cara untuk mengusir penyusup itu tanpa membahayakan dirinya sendiri. Namun, sebelum ia sempat melakukan apa pun, sosok itu mendekati laptopnya yang masih ada di meja. Dalam sekejap, orang tersebut mencabut flash drive dari port USB dan segera berlari keluar pintu.
Amelia: “Tidak! Flash drive itu!”
Ia mencoba mengejar, tetapi saat sampai di pintu, sosok tersebut sudah melompat ke atas motor dan menghilang di kegelapan malam.
Beberapa menit kemudian, polisi tiba di apartemennya. Namun, Amelia tahu bahwa penyerang itu sudah terlalu jauh untuk dikejar. Dengan hati yang berat, ia menyadari bukti terpenting yang ia miliki kini sudah lenyap.
......................
**Apartemen Amelia, Pagi Hari**
Saat matahari mulai terbit, Amelia duduk di lantai apartemennya yang berantakan, mencoba membereskan kekacauan. Dokumen yang ia cetak semalam berserakan, beberapa bahkan sudah rusak akibat diinjak-injak penyusup. Ponselnya tiba-tiba berbunyi, membuatnya terkejut.
Nomor yang tidak dikenal muncul di layar. Dengan ragu, Amelia mengangkat telepon.
Amelia: "Halo? Siapa ini?"
Suara pria misterius terdengar di ujung telepon. "Aku tahu apa yang kau lakukan, Dokter Amelia. Kau tidak sendirian dalam mencari kebenaran."
Amelia berdiri dari tempat duduknya, menggenggam ponsel lebih erat. "Siapa kau? Apa kau yang mengambil flash drive itu?"
Pria misterius: "Bukan aku, tapi aku tahu siapa yang melakukannya. Dan aku punya lebih banyak bukti tentang kejahatan mereka."
Amelia merasa darahnya mendidih. "Kalau begitu, kenapa tidak kau laporkan saja ke polisi atau media?"
Pria itu tertawa kecil. "Kau tidak mengerti, Dokter. Orang-orang ini punya kekuasaan yang tidak kau bayangkan. Mereka bisa membungkam siapa saja, termasuk polisi dan media. Kalau kau ingin menghentikan mereka, kau harus berhati-hati."
Amelia: "Kenapa aku harus percaya padamu?"
Pria misterius: "Karena aku punya data yang lebih besar dari apa yang kau miliki. Kalau kau ingin melanjutkan perjuangan ini, datanglah ke gudang tua di kawasan pelabuhan malam ini. Aku akan menunggu."
Sebelum Amelia sempat menjawab, panggilan itu terputus. Ia berdiri di sana dengan ponsel masih di tangan, merasa bimbang.
......................
**Kafe Dekat Rumah Sakit**
Amelia memutuskan untuk bertemu Laras, satu-satunya orang yang ia percayai sepenuhnya. Mereka duduk di pojok kafe, jauh dari keramaian. Amelia menceritakan semua yang terjadi, termasuk kehilangan flash drive dan telepon dari pria misterius.
Laras mendengarkan dengan cermat, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. "Amelia, kau yakin pria itu bisa dipercaya? Ini semua terdengar seperti jebakan."
Amelia mengaduk kopinya dengan gelisah. "Aku tidak tahu, Laras. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Flash drive itu sudah hilang. Kalau orang ini benar-benar punya bukti, aku harus mencobanya."
Laras menatapnya dengan serius. "Kalau begitu, aku ikut denganmu. Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendiri."
Amelia tersenyum kecil, merasa lega mendengar dukungan temannya. "Aku tahu kau selalu ada untukku. Tapi aku tidak mau melibatkanmu lebih jauh. Ini sudah cukup berbahaya."
Laras menatapnya dengan tajam. "Berbahaya atau tidak, aku sudah terlibat sejak awal. Kau tidak perlu melakukannya sendirian, Amelia."
Amelia ingin membantah, tetapi ia tahu bahwa Laras benar. Meski ia ingin melindungi temannya, situasi ini terlalu besar untuk ditangani sendirian.
......................
**Apartemen Amelia, Malam Hari**
Amelia bersiap untuk pergi ke gudang yang disebutkan oleh pria misterius. Ia mengenakan jaket tebal dan menyelipkan senter kecil ke dalam tasnya. Sebelum pergi, ia memeriksa dokumen-dokumen yang tersisa dan memastikan tidak ada yang tertinggal.
Ketika ia membuka pintu, Laras sudah berdiri di luar dengan ekspresi tegas. "Aku bilang aku ikut."
Amelia tidak lagi mencoba berdebat. Ia mengangguk, lalu mereka berdua berjalan menuju mobil Laras.
Di sepanjang perjalanan menuju kawasan pelabuhan, Amelia tidak bisa berhenti memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Apakah ini benar-benar jebakan? Atau mungkin ini adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk mendapatkan bukti baru?