Menikah adalah hal yang membahagiakan. Tapi tidak saat aku menikah. Menikah membawaku kedalam jurang kesakitan. Dilukai berkali-kali. Menyaksikan suamiku berganti pasangan setiap hari adalah hal yang lumrah untuk ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Naina dan Raka berdiri bersebelahan sembari membagi brosur untuk penggalangan dana bagi anak yatim dan kaum yang kurang mampu.
Kemana kaki Naina melangkah, disitu juga kaki Raka berada. Sudah mencoba untuk memberikan jarak, tapi sepertinya Raka bukanlah pria yang mudah menyerah. Selama tiga tahun penuh matanya juga hatinya hanya tertuju untuk Naina. Gadis yang memiliki hati murni. Senyum tulusnya membawa kebahagiaan. Meski lahir di keluarga yang lumayan berada, Naina sama sekali tak terlihat seperti Nona manja pada umumnya.
Bersekolah mengandalkan prestasi dan bekerja paruh waktu. Naina hampir tidak pernah menggunakan uang orang tuanya. Bahkan, Naina adalah seorang gadis muda yang rajin menyumbangkan uangnya untuk panti asuhan. pakaian dan barang-barang mewah, sangatlah jauh dari kehidupan Naina.
Naina tersenyum sembari membagikan brosur.
" Raka, apa kau tidak ingin berpindah tempat? " Naina sudah merasa risih saat Raka terus saja menempel padanya.
" Apa kau mengusirku? " Raka menatap Naina yang sama sekali tak memperhatikannya.
" Pfft... Tidak. Bukan itu maksud ku. Disini sudah ada aku yang membagikan brosur. Bisakah kau pergi kesana dan membaginya disana? " Naina menunjukkan salah satu tempat yang sepertinya sangat cocok untuk membagikan brosur. Kalau dia yang berpindah,sudah pasti Raka juga akan mengikutinya.
Raka mendesah sebal. " Memang aku harus ke sana ya? " Raka merasa masih keberatan untuk berjauhan dengan Naina.
" Tidak harus, tapi akan lebih baik. " Ujar Naina tersenyum menatap Raka. Rasanya akan percuma jika memaksa Raka.
" Baiklah. Tapi kau harus berjanji padaku. " Raka tak bisa lagi menolak saat melihat Naina tersenyum begitu manis dihadapannya.
" Janji apa? "
" Pergilah makan bersamaku nanti. "
Naina tersenyum dan mengangguk. Raka berjalan menuju tempat yang telah ditentukan. Sesampainya di sana, Raka tersenyum dan melambaikan tangan. Naina hanya bisa membalas senyumnya dan terus membagikan brosur.
Aku sudah tidak pantas untuk mu. Jujur saja, aku juga menyukaimu. Tapi sekarang, aku semakin kehilangan kepercayaan diri. Dulu aku selalu rendah diri karena aku tidak cantik. Aku menyadari jika kau menyukaiku. Dan sekarang, aku menjadi sangat sulit saat ingin mengangkat wajah dan menatapmu.
Naina mengingat saat-saat dia sering mencuri pandang. Mengagumi ketampanan dan kebaikan Raka yang terlihat tulus.
" Apa yang dia lakukan ditempat itu? siapa laki-laki itu? " Tanya Arsen dari dalam mobil. Tak sengaja melihat Naina dan menghentikan mobilnya.
" Ini adalah acara penggalangan dana Tuan. Nona Naina sangat aktif dengan kegiatan sosial. " Tomi menjawab sembari menatap Naina yang terlihat begitu semangat tak mengenal teriknya matahari yang membakar kulitnya.
" Cih! apa dia sedang menciptakan Image baik untuk namanya?
" Sepertinya tidak Tuan. " Ujar Tomi yang lancar menjawab setiap pertanyaan dari Arsen.
Arsen mendesah sebal. " Kau membelanya? "
" Tentu tidak, Tuan. "
" Ayo pergi. Aku muak melihat wanita sok baik itu. "
" Baik. "
***
Naina menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri sembari duduk di kursi. Merilekskan pinggangnya yang terasa pegal.
" Ini untukmu. " Raka memberikan sebotol air mineral dingin untuk Naina.
" Terimakasih. " Naina langsung menenggaknya . Rasanya tenggorokan yang tadi seperti kering kerontang, kini sudah binasa. Rasanya segar sekali batinnya.
Raka mengambil kursi lalu mengubah posisinya duduk berhadapan dengan Naina. Menempelkan botol air dingin dipipi Naina yang terlihat merah karena terbakar matahari.
" Bagaimana? apa sudah lebih baik. " Tanya Raka.
Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan. Jika kau seperti ini terus menerus, aku akan semakin sulit nantinya.
" Nai? " Panggil Raka yang tak juga mendengar jawaban Naina.
" Iya. Aku baik-baik saja sekarang. " Naina meraih botol di pipinya yang Raka pegang. Menjauhkannya senatural mungkin.
" Nai, ayo kita pergi makan siang. " Raka tak sengaja mendengar perut Naina yang berbunyi beberapa kali.
" Baiklah. " Aku memang belum sarapan juga.
Raka dan Naina kini berada di sebuah restoran. Setelah makanan yang mereka pesan telah sampai di meja mereka, Naina dan Raka langsung melahapnya.
" Raka, apa tidak masalah jika kita meninggalkan teman-teman? " Naina merasa bersalah disela kegiatan makannya. Ingin rasanya menghentikan mulut dan tangannya, tapi perutnya tidak menginginkannya.
" Tenang saja. Aku sudah mengirimkan makanan untuk mereka. " Raka tersenyum. Seperti biasa, Raka juga begitu peduli dengan teman-temannya.
" Raka, kau yang terbaik. " Naina mengacungkan jempolnya. Raka menggenggam jempol Naina dan mengangguk. Berawal dari persahabatan berharap menjadi pacar dimasa depan. Batin Raka.
" Cih! kenapa mereka ada disini juga? " Arsen mendengus kesal. Rasanya hari ini adalah hari tersial baginya. Kemanapun dia pergi selalu melihat Naina.
" Silahkan Tuan. " Tomi mempersilahkan Arsen mendahuluinya. Meski mendengar gumaman kesal Tuannya, rasanya akan lebih baik untuk tidak menanggapinya.
Begitu asiknya mereka berbincang, Naina sampai tak sadar jika ada sepasang mata yang terus menatapnya tajam.
Naina melihat jam dipergelangan tangannya karena merasa cukup lama dia berada di restauran itu.
" Ya ampun. Kita sudah satu setengah jam ada disini. " Naina tak percaya. Waktu yang lumayan lama begitu tak terasa saat bersama Raka.
Raka tersenyum melihat Naina yang begitu terkejut. Bukankah satu setengah jam begitu sedikit? jika boleh, Raka malah ingin seharian penuh bersama Naina disana.
" Aku merasa seperti baru sepuluh menit. " Ujar Raka.
Naina meneguk air yang tersisa di gelasnya dan bangkit dari duduknya.
" Ayo cepat. Yang lain pasti sudah menunggu kita.
" Mba! " Panggil Raka kepada salah satu pelayan.
" Iya. " Saut pelayan sembari berjalan menuju meja Raka dan Naina.
" Tolong bill nya.
" Ok.
Pelayan itu pergi untuk mengambilkan bill. Tak lama kemudian, Ia kembali dengan tangan kosong. " Maaf Tuan, makanan anda sudah dibayar.
Raka dan Naina saling tatapan penuh tanya.
" Nai? kau yang membayar?
Naina yang sudah dalam posisi berdiri hanya menggeleng bingung.
" Lalu? siapa yang membayar?
" Tuan yang disana. " Pelayan itu menunjuk sebuah meja VIP.
Naina dan Raka mengikuti arah jari telunjuk pelayan itu. Hanya bisa mengerutkan alis dan bingung. Bagaimana mungkin? kenapa dia juga ada disini? benar-benar hari sial baginya.
" Dia itu siapa? " Arsen bangkit dan berdiri dekat dengan Naina. Sosok laki-laki yang terlihat begitu gagah dan rupawan. Dari penampilannya dan banyaknya penjaga di dekatnya, Raka bisa menebak bahwa laki-laki itu pasti orang yang memiliki kekuasan.
" Saya kurang tahu Tuan. " Jawab pelayan itu dan membungkuk memohon izin untuk melanjutkan kegiatannya.
" Nai? kau kenal? " Naina tersadar dari lamunannya dan menatap ke arah sumber suara yang menyebut namanya. " Ah! " Naina terkejut melihat wajah Raka yang begitu dekat dengannya. Naina yang terperanjak mencoba memundurkan langkah kebelakang. Sayangnya langkah yang terburu-buru membuat kakinya hilang keseimbangan dan membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.
" Nai kau baik-baik saja? " Raka meraih pinggang Naina dan mencegahnya terjatuh. Posisi mereka seperti sepasang pasangan dansa. Naina menelan ludahnya karena melihat wajahnya dan wajah Raka yang begitu dekat.
" Seret wanita tidak tahu malu itu kesini. " Arsen memberikan perintah kepada dua pengawalnya.
...........................